Kolom M.U. Ginting: Kapitalisme Ma

kapitalisme ma
Penampilan Sanggar Seni Sirulo di Hotel Danau Toba International (Medan). Terlihat Salmen Kembaren menarikan Tungkat (Koreografi: Juara R. Ginting)

M.U. Ginting 2Menarik juga jadi bahan diskusi tentang Satpan ‘gila’ China ini. Dia telah menyumbangkan hampir Rp. 1 M kepada anak-anak sekolah miskin dari gajinya yang hanya Rp. 4,5 juta per bulan (merdeka.com).

Satpam ini dikatakan ‘egois’ tetapi patut berterimakasih kepadanya, dan ‘tidak disarankan untuk mengikuti jejaknya’.  Ketika ibunya  sakit dapat bantuan dari dermawan tak dikenal. Ma berterimakasih dan itu jadi pendorong baginya untuk juga berbuat yang sama.

Perbuatan yang baik juga bisa menjangkit. Saya seperti tak sedar saja bilang ini ‘perbuatan yang baik’, otomatis way of thinking Indonesia menganggap ini perbuatan baik. Tetapi tidak begitu bagi kebanyakan orang China dalam way of thinking China.

Karena itu, menarik juga dibahas bahwa dia itu ‘egois’ dan tak perlu mengikuti jejaknya, walaupun Ma sendiri juga mengikuti jejak dermawan tak dikenal yang pernah menyelamatkan ibunya ketika sakit.

Kalau orang ‘egois’ patutlah tak perlu ditirukan. Tetapi bagaimana penjelasannya bahwa dia egois?


[one_fourth]pengemis itu menolak bunga dan tartnya yang cukup mahal[/one_fourth]

Kemarin hari Paskah saya menyaksikan satu adegan yang sangat menarik. Di depan satu toko ada pengemis perempuan. Datang seorang ‘gentleman’ bawa satu bungkus bunga bagus dan satu bungkus tart serta menyerahkannya dengan sopan kepada pengemis perempuan itu. Tak disangka sama sekali, pengemis itu menolak bunga dan tartnya yang cukup mahal. Tak ada sikap berterimakasih sama sekali dari sang pengemis, yang selalu hanya mau menerima duit kontan.

Bapak gentleman ini sangat kecewa, terlihat dari raut mukanya. Tentu dia tadi akan sangat berbahagia kalau sipengemis menerima hadiahnya dan apalagi kalau berterimakasih. Dengan penolakan itu dia tak berbahagia malah sangat kecewa. Apakah pak gentleman ini memberikan hadiah itu untuk kebahagiaannya atau untuk kebahagiaan sipengemis? Miripkah ini dengan ‘egois’?

Pebisnis Yahudi George Soros kadang bikin sumbangan, tetapi selalu ada kaitannya dengan perkembangan bisnisnya. Bill Gates, juga sering menyumbang tetapi karena memang banyak duitnya dan gajinya.


“He can donate US$15 to everyone on earth but still be left with US$5 Million for his pocket money. The US national debt is about 5.62 trillion dollars, if Bill Gates were to pay the debt by himself; he will finish it in less then 10 years,” berbagai komentar soal Bill di internet.

Bill Gates tentu tak mau bayar utang USA.

Ma yang gajinya cukup-cukupan bisa kumpulkan sumbangan hampir Rp. 1M untuk anak-anak sekolah miskin. Saya teringat juga ex Presiden Uruguway Jose Mujica yang menyumbangkan 90% gajinya tiap bulan untuk orang tak mampu.

Satpam Ma, Jose Mujica, George Sorro, dan Bill Gates sama-sama menyumbangkan sebagian dari gajinya, sama-sama ‘egois’. Tetapi, dua yang pertama dan dua yang terakhir ini keegoisannya tidaklah sama.

Satpam Ma dan Jose Mujica adalah masa depan kapitalisme, yaitu kapitalisme untuk semua, dan sedang dalam proses perkembangan, sedangkan George Sorro dan Bill Gates adalah sisa kapitalisme era lalu dalam perjalanan ke kepunahan.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.