KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI KAMPANYE UTAMA PDIP DI PEMILU 2024 — Apa Istimewanya? (Bagian 2)

Oleh JUARA R. GINTING

Kesimpulan yang bisa kita tarik dari Bagian 1 kemarin, terkait pertanyaan pada judul di atas, adalah bahwa dunia saat ini menghadapi krisis pangan. Kesimpulan ini adalah juga kesimpulan resmi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Itu artinya, kampanye PDIP pada Pemilu 2024 mengikuti issue dunia dan akan menjadi issue dunia.

Sementara dunia lewat FAO menyarankan perubahan paradigma dalam menangani krisis pangan ini. Dari detil-detil penjelasan mereka kita bisa melihat ajakan berubah dari paradigma perubahan (change) ke paradigma keberlanjutan (suistanable).

Ajakan FAO itu terangkul di dalam thema Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober 2023 yang akan datang, yaitu: “Air adalah kehidupan, air adalah makanan. Jangan tinggalkan siapa pun.”

Banyak hal bisa kita bahas dari thema itu. Tapi, seperti saya janjikan sebelumnya, saya membatasi diri hanya membahasnya sebagai strategi politik dalam kaitannya dengan Kampanye Pemilu 2024 yang dilancarkan oleh PDIP.

Penjadwalan

Hal pertama yang menarik adalah penjadwalannya. Mungkin saja banyak yang tidak menyadari kalau Rakernas PDIP itu dibuka pada tanggal yang sama dengan Hari Kesadaran Internasional Pemborosan Pangan (International Day of Awareness of Food Loss and Waste) (29 September 2023).

Tidak berapa lama lagi Pemerintah RI juga memperingati Hari Pangan Sedunia (16 Oktober 2023). Walaupun peringatannya dilakukan oleh Pemerintah RI, tentu issuenya tetap terkait dengan pangan, krisis pangan, dan kedaulatan pangan.

Ini biasanya adalah keuntungan incumbent. Bisa dikatakan kampanye gratis. Apalagi bila kepala-kepala daerah yang diusung oleh PDIP ikut memperingatinya di daerah mereka masing-masing.

Hal itu telah terlihat jelas di Medan. Bukan baru semalam Bobby Nasution merehabilitasi drainase di Medan dalam mengatasi banjir. Dia juga membangun kantong-kantong air seperti halnya di Kelurahan Padangbulan Selayang II (Medan Selayang). Baru beberapa hari lalu, bekerjasama dengan TNI Angkatan Darat, Pemko Medan melakukan pembersihan Sungai Deli dari sampah.

Kalau Pemko Medan terus menerus melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian air, di masa kampanye nanti terutama menjelang Hari-H Pemilu 2024, akan terlihat hasilnya yang secara tidak langsung sangat mendukung kampanye PDIP.

Salah satu penekanan kampanye PDIP yang sebenarnya terasa sangat kental pada Jokowi adalah “kerja, kerja, dan kerja …..” yang boleh kita ganti juga dengan “lakukanlah, jangan ngomong manies wae”. Kampanye PDIP yang hasilnya terlihat dari salah satu kader mereka adalah pengendalian air, baik kualitasnya maupun kuantitasnya.

Di pihak lain, Pemerintah RI sudah membangun waduk-waduk sehingga Indonesia kini memiliki sekitar 300 waduk. Demikian dikatakan oleh Jokowi dalam pidatonya di Rakernas PDIP kemarin.

“Itupun jumlah waduk yang kita miliki belum ada 10% dari jumlah yang dimiliki oleh Korea Selatan maupun China,” katanya sambil mengingatkan bahwa ini merupakan tugas Presiden RI berikutnya untuk menambah jumlah waduk.

Thema

Terkait dengan thema Hari Pangan Sedunia 2023 (Air adalah kehidupan, air adalah makanan. Jangan tinggalkan siapa pun), sangat terasa ajakan untuk menjaga keseimbangan alam atau pengendalian air.

“Air adalah kehidupan” berbeda dengan kasus banjir dimana air bisa menjadi pembunuh. Ini tentunya mengharapkan masyarakat dan pemerintah mengendalikan alam untuk mencegah banjir yang berlebihan sehingga membahayakan kehidupan manusia.

Demikian juga bila air sudah tercemari zat-zat kimia/ beracun. Air bukan lagi kehidupan, tapi kematian. Sebagaimana diingatkan oleh FAO, masalah air bukan hanya kekeringan dan banjir, tapi juga pencemaran akibat penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia yang berlebihan serta akibat dijadikannya sungai dan laut sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah.

“Air adalah makanan” mengajak masyarakat dan pemerintah mengendalikan debit air karena pertanian dan peternakan membutuhkan air. Demikian juga tentunya ikan-ikan yang hanya hidup di air. Pertanian, peternakan dan perikanan adalah sumber-sumber makanan manusia.

Itu yang sudah dan sedang dilakukan oleh Pemko Medan dengan membersihkan Sungai Deli dari sampah. Dia juga merencanakan akan memasang CCTV untuk mengawasi adanya orang yang membuang sampah ke sungai dan memberlakukan denda bila ketahuan membuang sampah ke sungai.

Membuang sampah ke sungai atau ke parit memang merupakan masalah besar di Indonesia, terutama di kota-kota. Lagi-lagi kita melihat upaya Walikota Medan mengatasi masalah sampah dan mendorong warganya menjual sampahnya ke bank sampah.

Sebuah aliran sungai di Bingkawan dekat Sembahe (Karo Hilir) (Foto: Elisabeth Barus)

Tentu saja mengawasi hutan dari penebangan liar adalah teramat penting dalam rangka menjaga ketersediaan air sehat. Demikian juga pembatasan industri yang meningkatkan pemanasan global, terutama fabrik-fabrik.

Ajakan perubahan paradigma dari FAO dalam mengatasi krisis pangan dunia dapat diperingkas dengan teoritisasi adalah perubahan dari paradigma Kapitalisme ke paradigma Sosialisme.

Paradigma Sosialisme itu terasa sekali di dalam bagian thema “Jangan tinggalkan siapa pun”. Dalam mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, Kapitalisme merasa tidak bersalah mengabaikan orang-orang lemah. Sebaliknya, Komunisme dalam memaksakan kesetaraan cenderung mematikan kelompok-kelompok bangsawan atau pemilik modal.

Sosialisme maupun Nasionalisme bukan Kapitalis dan bukan Komunis. Keadilan sosial bagi Sosialisme adalah sesuai talentanya. Bukan hanya untuk si lemah dan bukan juga hanya untuk sikuat. Tapi, untuk semua.

BERSAMBUNG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.