KEPAHLAWANAN SUDUT KIRI — Tani, Nelayan, Buruh dan Pendidik Yang Dinegasikan

Oleh ASPIPIN SINULINGGA (KaroHilir–LangkatHulu, Sumut)

“Aku tani tua

Makin renta didekap senja

Aku sudah lelah

Semai merdeka

Tanpa pernah panen raya

Hanya karna aku tak tahu

Cara angkat senjata

Kokang peluru

Lalu bikin mati musuh bangsa”

“Aku tani tua

Diajar alam membuat kenyang

Dididik Sang Whidi menghidupi

Tak pernah mimpi dipekik Pahlawan

Oleh anak generasi… “

“Ini ; Aku Tani Tua….”

“PAHLAWAN”

Dalam asumsi mayoritas merupakan kata yang melahirkan personifikasi :”GAGAH, TEGAS, BERANI, DENGAN CATATAN PERTEMPURAN IKONIK DALAM MENUMPAS LAWAN”

Tidak salah, namun menghasilkan sebuah distorsi atas makna sebenarnya dari kepahlawanan… Menegasikan segmen – segmen lain yang kontributif atas perjuangan, baik itu demi kemerdekaan, ketahanan nasional, atau bahkan eksistensi kenegaraan.

“IRONI”

“Pahlawan ; sosok yang menebar kematian”

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia per tahun 2020, penduduk Indonesia yang berprofesi sebagai petani rata-rata ada di angka 80%. Hanya DKI Jakarta yang berada di bawah 50% dan hanya Provinsi Riau yang berada di angka 70% penduduknya sebagai petani.

Selebihnya, penduduk Indonesia di tiap – tiap provinsi 80% adalah petani. Bahkan Papua adalah wilayah yang paling tani di Indonesia; 98,97% rakyatnya adalah petani (Lihat Link 1).

Untuk Sumatera Utara, 80,76% penduduk adalah petani. Sentra pertanian paling utama di Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo, yang menghasilkan 60an% kebutuhan umum dapur-dapur penduduk seluruh Provinsi Sumatera Utara. Ironisnya, Sumatera Utara ada di peringkat pertama daerah dengan konflik agraria tertinggi di Indonesia.

Kita bisa lihat konflik agraria petani dengan PTPN di Marelan, Marindal, Mencirim, Langkat, Patumbak, Selambo, dan Lau Cih, Simalingkar A (sebagian besar di Karo Hilir).

Kita bisa lihat konflik agraria petani dengan pengembang dan pengusaha swasta di Paluta, Asahan, Karo, Langkat, dan Madina. Kita masih sama saksikan lawan Petani Ramunia, kini malah menjabat sebagai Gubernur, dan diwakili pula oleh sosok dari keluarga yang terlibat konflik tanah dengan masyarakat di Madina, Paluta, Labuhan Batu, Langkat, dan Deli Serdang.

Ada 8868 Ha tanah petani yang saat ini “KABUR RIMBA” di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan itu adalah amanat UU PA 1960 yang merupakan TUJUAN UTAMA DARI KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA.

Mari berefleksi…

Kepahlawanan apa yang kerap kita kumandangkan, kibarkan, gaungkan setiap 10 November? Ada 3223 jiwa Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri medio 2021 ini sebagai TKI menurut data Bank Indonesia dan BNP2TKI. Mereka adalah pahlawan devisa negara, yang tidak sedikit sumbangsihnya bagi uang masuk negara.

TKI menyumbangkan Rp. 94 Triliun pada tahun 2020 bagi penerimaan bersih negara, dan Rp. 114 Triliun pada 2019. Ternyata PRT & BURUH PABRIK DI LUAR NEGERI ITU LEBIH KONTRIBUTIF DARI PADA CAMAT, BUPATI, GUBERNUR, DAN DPRD YANG TERHORMAT ITU (Lihat Link 2 di bawah)

“Kurang pantas kah mereka disebut pahlawan?”

Bahkan kita yang secara “LATAH” mengunggah caption-caption heroik tentang kepahlawanan 10 November Surabaya saja LUPA ada pahlawan pendidikan yang luluh lantak dihantam keadaan dari perjuangannya, dengan hanya dihargai Rp. 315 ribu/ bulan. Belum lagi mereka yang berada di garis terdepan pendidikan daerah terpencil di Indonesia (Lihat Link 2 di bawah)

Apakah 9449 desa yang ditetapkan Menteri Nadiem sebagai daerah yang menerima Tunjangan Bagi Guru Honorer sudah tepat? TERNYATA NEGARA TIDAK PERNAH TAHU BERAPA BANYAK PAHLAWAN YANG LULUH LANTAK MENJAGA PRESTISE PENDIDIKAN DI NEGARA INI.(Lihat Link 2 di bawah).

Yah, mungkin “KEPAHLAWANAN” hanya milik mereka yang berseragam, bersenjata, dan mampu menghilangkan nyawa manusia. Bagi kaum tani, nelayan, buruh, dan pendidik yang menjaga perut anak bangsa tidak berbunyi, menjaga realisasi utang negara tetap tercicil, menjaga prestise SDM anak bangsa tetap terhormat.

BAGI MEREKA YANG MENYEMAI KEHIDUPAN; Pahlawan bukanlah Gelar yang pantas disematkan. Menjadi Pahlawan adalah soal menghantar kepada kematian. Bukan Menyemai kepada kehidupan…

Negara dan Pemerintah ke mana?

“ONANI DENGAN KEPAHLAWANANNYA”

BACOT Bung Ahok

Medan, 10 November 2021

#RenovasiOtak#ArgumentumInAbsourdum

https://www.bps.go.id/indicator/6/1171/1/persentase-tenaga-kerja-informal-sektor-pertanian.html?fbclid=IwAR3ozXGg55hJ5M_IgPGGnweIZ2IdMu1qQHvRTrWHmkypvLALOg1CHGzdKAE

https://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-perlu-melakukan-hal-ini-agar-devisa-dari-tki-naik-lagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.