Keroncong TVRI dan KBB (1)

Oleh: Bastanta Permana Meliala (Medan)

 

jogjaKeroncong adalah salah satu musik Indonesia yang telah mendunia. Walau keroncong lahir dari kaum ekspatriat, namun, keroncong merupakan musik asli Indonesia, karena lahir, berkembang dan hanya ditemukan di Indonesia. Dalam perkembangannya, musik keroncong cukup banyak dipengaruhi oleh musik-musik lainnya, terutama musik daerah di Indonesia, sehingga sekarang ada kita kenal keroncong daerah Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, dlsb.

Sebagai seorang peminat musik keroncong, acara Musik Keroncong yang disiarkan oleh TVRI pusat Jakarta tentunya menjadi tontonan wajib disetiap Senin malam. Walau terkadang mata sudah sangat mengantuk menunggu acaranya dimulai pukul 23.00 wib, apalagi alunan musik keroncong yang syahdu cukup kuat menarik mata untuk terpejam.

Satu malam, saat asik menonton alunan musik keroncong di televisi, tibalah saatnya seorang wanita cantik tampil membawakan satu lagu Melayu dalam alunan keroncong. Saya sangat ingat lagunya, karena selain peminat keroncong saya juga seorang peminat lagu Melayu. ‘Fatwa Pujangga’, lagu yang cukup melegenda dalam musik Melayu, berhasil dibawakan dalam alunan keroncong dalam aksen Sunda.

Timbullah perdebatan kecil diantara kami yang menonton. Ada yang berkata ‘kena sekali cengkon Jawanya’ dan banyak komentar memuji lainnya. Yang namanya pujian sebenarnya tidaklah patut dipermasalahkan, namun jika pujiannya tidak tepat, tentunya perlu kita luruskan. Maka, spontan saya katakan, “itu bukan Jawa, tetapi Sunda”.

Masih penyanyi yang sama, saya lupa namanya. Namun, jelas saya ingat paras cantik dan suara merdunya. Hehehe… Kembali beliau membawakan lagu daerah dalam irama keroncong. Kali ini beliau membawakan lagu berbahasa Sunda. Pujian dari kami yang menonton juga kembali terdengar. Ada yang berkata, ‘memang bagus/pas kalau lagu Jawa dibawakan dalam irama keroncong. Apalagi dibawakan oleh seorang sinden(aksennya)’.


[two_third]Itu Sunda bukan Jawa[/two_third]

Kembali saya merasa perlu meluruskan, saya katakan, “Itu Sunda bukan Jawa”. Demikianlah dan seterusnya terjadi perdebatan kecil antara yang mengatakan itu Jawa ataupun Sunda. Sampai tibalah saat dimana pembawa acara berdialog dengan sang penyanyi seperti sesi wawancara. Si pembawa acara kemudian meminta penyanyi tersebut kembali membawakan lagu Sunda dengan aksen nyinden. Baru-teranglah diantara kami yang menonton, bahwa itu Sunda bukan Jawa.

Kejadian ini mengingatkan saya betapa pentingnya kita mengumandangkan semangat KBB (Karo Bukan Batak), agar masyarakat umum tahu pasti yang mana Karo dengan salamnya ‘mejuah-juah’ dan yang mana Batak dengan ‘horas’ –nya. Tentulah ini sebuah perjuangan panjang dan melelahkan. Tak jarang ada suara sumbang berbisik, ‘urus saja dirimu sendiri’, yang lain berkata, ‘apa yang sudah ada tidak usah diubah’. Terkadang memang ada benarnya, tetapi apakah kita pasrah dan tidakkah ada solusi untuk itu? (Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.