Kisah Bersambung: Ginting Manik Mergana (1)

Awal dari Segalanya

KISBER 1
Ilustrasi Foto: Juara R. Ginting (Model: Ratna Sari br Tarigan)

[one_half]Oleh: Bastanta P. Sembiring (Urung Senembah)[/one_half]

Alangkah terkejutnya Ginting Manik mergana melihat turang yang dia sayangi tergeletak di jalan bersimbah darah dengan tarikan nafas terbata-bata. Bukan main gejolak yang timbul di hatinya. Spontan dia berlari dan menghampiri. Mengangkat tubuh turangnya ke atas pengkuannya hingga ajal menjemput turang beru Ginting Manik.

Tepat di samping jasad turangnya yang baru saja menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya, sesosok tubuh yang tidak asing juga tergeletak dengan bersimbah darah. Oh, dia masih bernafas, walau tampak berat.

Sedih bercampur benci, spontan Ginting Manik mencabut tumbuk ladanya dan membenamkannya ke perut tubuh Perangin-angin mergana sambil berkata: “Éndam ulihna dat ko!

Atas kejadian ini, Ginting Manik mergana dijatuhi hukuman penjara dan pembuangan ke Pulau Nusa Kambangan di Cilacap, Jawa Tengah.

Sudah kehilangan saudari kesayangannya dan harus menjalani hukuman bukanlah hal yang biasa bagi Ginting Manik yang selama ini dikenal ramah dan baik hati, serta sangat menjunjung tinggi adat istiadat Suku Karo.

* * * *

Di sebuah kuta yang disebut Namo Kelawas, Karo Jahé, di sanalah Ginting Manik mergana beserta keluarga besarnya tinggal. Dia adalah Kalimbubu Simajekken Lulang dari Sitepu Mergana yang adalah sibiak (bukan Sibayak) kuta; artinya, kaum utama oleh karena leluhur mereka adalah simanteki (pendiri) kuta itu.

Tanah yang subur memberi hasil yang melimpah; udara sejuk, air mengalir jernih di sungai, ternak-ternak subur, serta dipimpin oleh seorang penghulu yang adil dan bijaksana membuat kehidupan di kuta itu tampak sempurna.

Sudah menjadi tradisi dalam jabu (keluarga) Ginting Manik Mergana, setiap generasi pasti ada seorang gadis dari merga mereka yang kecantikannya melebihi rata-rata gadis seusiannya. Membuat semua mata tertuju kepadanya.

Oh, beru Ginting Manik. Beru puhun singumban nandé. Ndigan nge ndia tumbuk até morah nandangi beru kalimbubu é, turang besan?

Keceriaan di wajah seorang gadis anak singuda (anak paling kecil) di usia beranjak dewasa, membuat hati Ginting Manik mergana sedikit terobati setelah ditinggal mati kedua orangtuanya. Sebagai anak tertua dari lima bersaudara, otomatis dia harus menggantikan tugas orang tuanya menjaga, mendidik dan membesarkan keempat adiknya.

Sumpahnya dihadapan pusara kedua orangtuanya: “Labo aku pagi erjabu o, nandé, o bapa, adi agi-agiku énda lenga manteki jabuna sekalak-sekalak!”

Hal ini membuat gadis pujaannya beru Sembiring Kembaren pun duluan dipersunting seorang jaksa Belanda di Kota Medan.

Kejujuran, keadilan, dan kasih menjadi pedoman hidupnya. Hal demikian juga diterapkannya mendidik adik-adiknya. Dia merupakan teladan, bukan hanya bagi adik-adiknya, tetapi juga bagi banyak orang. Sehingga dia pun sangat dicintai banyak orang.

* * * *

Amir, seorang sahabat Melayu Deli di Medan mengirim pesan kalau dia akan berkunjung dalam waktu dekat. Namun, seminggu kemudian, kembali sahabat tersebut mengirim pesan.

“Maaf, saya tidak bisa memenuhi janji karena sedang sakit. Namun, seorang sahabat yang tertarik dengan perdagangan gula gara (gula Karo) dan kembiri di kuta kita akan datang. Dia merga Perangin-angin, seorang putera saudagar dari Karo Bingé. Kuharap kam dapat membantunya,” kata Amir dalam pesanya melalui sepucuk surat yang dikirim lewat para pedagang.

Selang beberapa hari kemudian, orang yang dimaksudkan oleh Amir telah tiba di kuta.

Mejuah-juah, impal,” katanya kepada Ginting Manik mergana.

“Aku me nina Amir é siersura-sura ngenehen gula ras kembiri ndai,” sambungnya lagi.

Percakapanpun terjadi antara dua pria ini.

Seminggu kemudian setelah kunjungan pertamanya, Peranginangin kembali dan memulai aktifitas berdagangnya.

Di Medan, Peranginangin dan Amir, serta beberapa orang lainnya memiliki firma bernama Poetra Karo – Deli yang bergerak dalam bidang ekspor komoditi lokal Sumatera Timur ke Singapura dan ke seluruh Semenanjung Malaya. Kwalitas gula dan kemiri di Namo Kelawas sudah terkenal bagus, sehingga permintaan ekspor pun meningkat. Hal ini membuat pengusaha lainnya pun bergerak ke Namo Kelawas.

Untuk menjaga pasokan barang tetap terpenuhi, Peranginangin mergana terpaksa harus sering datang ke Namo Kelawas.

Aktifitasnya yang kian sering di Kuta Namo Kelawas, serta tentunya Amir selalu menitipkan sesuatu untuk diberikan kepada Ginting Manik Mergana, membuat perangin-angin pun sering singgah di rumah Ginting Manik Mergana.

Satu sore, saat hendak kembali ke Medan dengan truck biawaknya yang dipenuhi barang, Peranginangin singgah di rumah Ginting Manik untuk menyampaikan titipan dari Amir. Saat itu Ginting Manik Mergana belum sampai di rumah, dan hanya beru Ginting anak singuda yang didapati di rumah. Peranginangin pun bergegas pergi tanpa masuk ke rumah dan hanya meninggalkan titipan Amir.

Itulah pertemuan pertama Perangin-angin Mergana dan beru Ginting Manik.

Dan, sebulan ke depan baru mereka bertemu kembali.

KISBER 2

BERSAMBUNG


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.