KOK TOMAT MAHAL PADAHAL PENJUALAN MOGOK?

Oleh ELISABETH BARUS (Medan)

Kemarin [Selasa 10/1], kita meberitakan “harga tomat keranjang naik, tetapi lakunya mogok dan masih banyak sisa di pasar.” Tadi pagi [Rabu 11/1], kita memberitakan pula “harga tomat keranjang stabil, tetapi lakunya kurang lancar.” Tentu timbul pertanyaan, setelah terjadi kenaikan harga tapi lakunya mogok, mengapa keesokan harinya harganya tetap bukannya diturunkan?

Padahal, keesokan harinya itupun lakunya masih juga mogok.

Dari hasil pengamatan kami di Pasar Induk Lau Cih (Medan), terlihat para pedagang mempertahankan harga tinggi karena mereka sudah mengeluarkan modal pembelian barang yang tinggi dari Perturun Malam. Sebelumnya, Perturun Malam juga membeli barang dengan harga tinggi dari Verkoper. Sementara Verkoper juga membelinya dengan harga tinggi dari petani.

Mengapa harga tomat tinggi di tingkat petani?

Menurut pengamatan kami, tingginya harga tomat dua hari terakhir ini di tingkat petani adalah efek dari macet tiga hari lalu [Minggu 8/1]. Sebagaimana kami beritakan sebelumnya, Minggu kemarin itu terjadi kemacetan luar biasa karena, selain setiap Hari Minggu biasa terjadi kemacetan lalulintas di jalan raya Medan–Berastagi, hari itu adalah juga liburan terakhir suasana Tahun Baru dan esoknya adalah hari pertama sekolah.

Akibat kemacetan, barang-barang dari Dataran Tinggi Karo sempat kosong di Pasar Induk Lau Cih (Medan) dan harganya pun menjulang. Sebagaimana kami beritakan sebelumnya terkait naiknya harga cabe merah keriting, harga yang sudah sempat mahal tetap dipertahankan meski barangnya sudah mulai memasuki pasar.

Demikian juga halnya dengan harga tomat. Para petani mempertahankan harga jual yang tinggi karena sebelumnya, kata mereka, harganya masih tinggi. Harga jual sehari sebelumnya menjadi pedoman petani dalam tawar menawar harga dengan veroper. Sementara verkoper kadang terpaksa membelinya juga karena takut tidak ada barang untuk dijual. Selanjutnya Perturun Malam berharap dapat pula menjualnya dengan harga tinggi di Medan.

Ketika penjualan tomat di Pasar Induk Lau Cih (Medan) mogok alias tidak laku, orang yang paling menanggung kerugian adalah Perturun Malam. Kebanyakan tomat yang dibeli oleh pedagang di Pasar Induk belum dibayar ke Perturun Malam.

Ketika harga jualnya di bawah harga perjanjian dengan Perturun Malam, mereka meminta toleransi ke Perturun Malam menurunkan harga pembayarannya karena harga penjualan tidak sesuai dengan harapan. Perturun Malam pun terpaksa mentoleransi karena takut kehilangan langganan.

Demikianlah duduk persoalannya mengapa harga tomat tetap tinggi sementara kami melaporkan penjualannya seret alias mogok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.