Kolom Acha Wahyudi: BOROBUDUR DAN PENINGGALAN NABI SULAIMAN?

Kalian sama takjubnya ga sih denganku, berkenaan dengan judul buku koleksi Perpustakaan Dikbud ini? No wonder bila banyak orang mempercayai klaim tak berdasarkan bukti tersebut. Mungkin sebab rasa memiliki yang besar itukah menyebabkan prilaku seperti dalam foto di bawah ini kerap kita temui pada mayoritas pengunjung Borobudur?

Pertama kali aku menginjakkan kaki di Borobudur sekitar tahun 2002, saat Oubrey masih Batita dan Khanza masih bayi.

Saat itu bangunan indah peninggalan Dinasti Syailendra tersebut dalam kondisi penuh sesak. Namun jelas terlihat sebagian besar orang-orang yang berkunjung ke Borobudur bukan jenis orang yang bangga akan peninggalan budaya bangsa sendiri yang sangat berharga tersebut.

Walau stupa-stupa dan beberapa bagian rawan sentuh telah dipagari ditambah peringatan untuk tidak diduduki, banyak orang dengan tanpa merasa berdosa duduk-duduk di situ.

Apakah ini artinya begitu banyak warga negara Indonesia masih buta huruf? Malas membaca? Atau jangan-jangan mereka lebih fasih membaca huruf milik Bangsa Timur Tengah saja?

Keputusan Pemerintah menaikkan entry fee Borobudur adalah suatu langkah cerdas! Wisatawan yang akan berkunjung tersaring dengan sendirinya.

Satu rombongan keluarga, seorang abi bercelana kekinian plus ummi dengan 13 anak akan berpikir seribu satu kali untuk mengunjungi Candi Suci Umat Buddha tersebut kan?

Bayangkan kalau istrinya lebih dari satu, dari istri yang lain ini pun punya beberapa anak lagi. Lagian untuk apa juga coba?

Mending berziarah ke Timteng toh?

Walaupun tarif Borobudur naik menjadi 750 ribu rupiah, uuh apaan tuh murah banged!

Bandingkan donk dengan biaya naik haji yang bisa sampai ratusan juta rupiah per orang, itupun daftar sekarang harus ngantri puluhan tahun. Semoga yang daftar ga keburu kena stroke atau serangan jantung, amin…

Pemerintah yang memberikan anggaran jauuuh lebih besar bagi Depag dibanding anggaran untuk Riset dan Inovasi, juga orang-orang yang bisa naik haji pastinya bangga bingitz telah dan akan terus memberikan devisa dalam jumlah besar ke Crazy Rich Country, dimana pangeran-pangerannya bisa beli yacht dipakai paling banter 2 minggu dalam setahun atau beli Lambho pagi, dibawa kebut-kebutan sepanjang hari. Sorenya bosen lantas ditinggalkanlah si Lambho di Gurun pasir begitu saja!

Ato inces-incesnya beli tas Hermes – Himalayan Birkin yang dibuat dari kulit alligator seharga lebih 5 milyar rupiah, senyantai membeli krupuk kulit berkantong kresek di lampu merah.

Sekaya itu kah mereka? Iyaaa sekaya itu Ceeep, kaseeep! Lo mah apaan pergi haji jual sawah warisan, habistu lo bingung mau nyari uang dari mana?!

Balik ke new entry fee Borobudur, tarif yang dikenakan bagi wisatawan asing sebesar $100 dibandingkan dengan biaya mengunjungi bangunan bersejarah yang mirip seperti Machu Picchu di Peru yakni sekitar $69, memang sih masih lebih tinggi fee baru Borobudur. Namun untuk mencapai Machu Picchu sedikitnya diperlukan anggaran sekitar 3 ribu dolar di luar penerbangan.

Salah seorang temanku menghabiskan ratusan juta per orang untuk berkunjung ke sana. Kalikan biaya tersebut dengan 3 anggota keluarga yang dibawa serta. Online pocketku alias saldo gopay dan shopeepayku menjerit

…aow..aaooww…aaaooowww!

Berapa toples Nastar yang harus kujuaaal, Alehandrooo? (nama Spanyol terpaksa di Indonesiakan biar ga salah ucap). Ealaaah ngomongin nastar, baru inget harus baking, ada temen yang pesen nastar bertubi-tubi walau lebaran telah lampau.

Akhir kata kuucapkan terima kasih atas keputusan Opung LBP dan Pemerintah yang telah menaikkan tarif masuk Borobudur sebagaimana mestinya.

Bila sebelumnya 1000 pengunjung dengan tarif 50 ribu menghasilkan income Rp.50 juta saja, maka saat ini hanya dengan 100 pengunjung lokal dengan itikad baik dan diharapkan memiliki good manner, Borobudur akan mendapat income lebih besar yaitu sebesar Rp. 75 juta.

Kalau yang datang 1000 pengunjung per hari maka akan mendapat 750 juta rupiah. Semoga dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk peningkatan kualitas pelayanan dan pemeliharaan Candi Borobudur agar terus memukau nan bestari.

Note:

~ Mohon dipertimbangkan para penganut Buddha yang tidak mampu membeli tiket masuk untuk beribadah, semoga bisa diberikan tarif khusus. Sedangkan…

~ Bagi non Buddha yang ga mampu beli tiket masuk Borobudur, ga usah nyari-nyari seragam SMP-SMA apalagi SD juga kelleus! Ayo kerja cari uang yang banyak! Jangankan Borobudur, Swiss bahkan ke Mars pun kita bisa! Ganbate! Cemunguud sadayanaaa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.