Kolom Acha Wahyudi: PERIMENO DAN MENOPAUSE

Sejak memasuki usia 50 tahun ini, aku merasakan perubahan besar dalam diriku. Semangat hidup meredup, merasa lebih sensi, frozen shoulder, olahraga sedikit… tubuh dan tulang terasa sakit, hot flashes, inflamasi dan insomnia. Namun, yang paling terasa adalah brain fog, depresi, lebih sering lupa, mata dan kulit menjadi sangat kering.

Metabolisme tubuh semakin melambat. Mendadak saja aku menua dalam 2 bulan ini.

Sejak bbrp bulan lalu, untuk menenangkan diri, aku cabut dari group-group yang bisa mempengaruhi Mental Health. Lebih senang menyendiri, memasang tanda forbidden bagi Mas Didi yang selalu saja membuatku marah dengan segala perbedaan yang tidak bisa lagi aku tolerir, menjadi keharusan!

Btw, ternyata ini salah satu keuntungan tinggal di dua rumah di antara banyak Kerempongannya.

Tetap mengupayakan olahraga teratur. Sesekali bikin kue dan tetap memasak untuk bekal anak-anak selama seminggu. Menjahit baju, membereskan file dan bebersih rumah. Pokoknya aku paksakan diri untuk tetap bergerak.

Menghabiskan waktu mencari tahu apa yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi dengan melakukan riset tentang Menopause. Ternyata… semua yang terjadi pada diriku selama hampir 10 tahun ini adalah PERIMENOPAUSE symptoms yang semakin parah.

Berkurangnya Hormon sex: Estrogen, Testosteron dan Progesteron secara bertahap sampai akhirnya ndlosor tajam dan benar-benar berhenti produksi pada usia Menopause, berdampak dahsyat bagi wanita.

Bukan hanya berefek pada masalah seksual dan reproduksi. Lebih dari itu, setelah menopause, resiko seluruh organ vital wanita terutama jantung dan otak mengalami failure (Alzheimer dan Dimensia) menjadi jauh lebih tinggi dibanding para Pria.

Walaupun produksi hormon testosteron pada pria pun mulai berkurang seiring aging, namun testis masih terus akan memproduksi Testosteron hampir selama pria itu hidup. Dengan semua symptoms bersamaan dengan aging, wanita seperti dipaksa memasuki gerbang kematian di usia 50 tahun! Sementara tidak ada dalam kriteria bangsa modern manapun saat ini, wanita bisa dikatakan tua di usia 50 tahun!

Harus mencari tahu, apa yang bisa membantu melewati ini semua.

Konsumsi makanan dengan banyak kandungan Omega 3, Vitamin D3 K2, magnesium dan zinc, Intermittent Fasting 16:8, olahraga teratur… tentunya membantu. Namun tidak cukup untuk mengatasi semua kegilaan yang kurasakan ini. Sebagian kita mungkin sudah tahu bahwa treatment yang bisa diambil adalah HRT (Hormon Replacement Therapy).

Foto ini adalah satu contoh hasil scan otak seorang wanita berusia 43 tahun dan 8 tahun setelahnya paska menopause tanpa BHRT. Di usia 51 tahun Brain energy levels drop 30%.

Masalahnya, jangankan di Indonesia, di Amerika saja, sulit menemukan dokter ObGYN yang pro HRT. Peningkatan resiko Breast Cancer menjadi alasan mengapa dokter tidak menyarankan HRT sebagai menopausal therapy secara umum. Dilalahe di sini, kondisi ini dianggap wajar, harus menerima takdir dengan sikap pasrah.

Yo wis… Yang sabar, terima saja, ini sudah saatnya benar-benar mengumpulkan bekal untuk mati! Untunglah, lagi-lagi para peneliti dan inventer al-kafirun di sono itu memang keterlaluan pinternya. Untuk ke sekian kalinya bisa menemukan cara mengalahkan entropy, melawan Selfish Gen yang maha kuasa!

Mereka berhasil menemukan dan mengembangkan Bioidentical Hormon yang berbeda dengan Ethinylestradiol atau”synthetic hormon” Pro-inflamasi yang digunakan dalam HRT selama berdekade lalu. Estrogen dalam bentuk Estradiol dan Progesteron yang 100 persen similar dengan yang selama ini dihasilkan oleh Ovarium dan bersifat anti-inflamasi.

Walau tetap BHRT ini tidak lantas dapat langsung ditreat ke siapa saja tanpa kecuali. Namun bagiku, menjalani hidup dengan symptoms seperti ini tanpa BHRT, dengan resiko Alzheimer dan Dimensia 2 kali lipat dari lelaki, atau pun Stroke, itu lebih mengerikan daripada resiko kecil kemungkinan Breast Cancer.

Tugas kita sekarang adalah, mencari Dokter ahli Menopause. Karena sekali lagi tidak banyak ObGYN yang expert dalam masalah Perimeno/ Menopause ini. Lakukan advokasi bagi diri kita. Berbagi info bagi seluruh keluarga inti, terutama pasangan, agar seluruh symptoms ini bisa dihadapi dengan bantuan orang-orang terdekat.

Bagi teman-teman yang berada di usia PERIMENOPAUSE (sekitar 35-50) atau yang telah berada dalam fase Menopause, mulai deh lakukan riset, agar smooth memasuki dan menjalani fase baru dalam kehidupan kita.

Teman-teman bisa mulai dengan browse sendiri youtube video Neurosaintis, DR Lisa Mosconi, DR Mary Claire Haver atau para ahli menopause lainnya.

Teteup cemunguud Achaaa, kamoe jugaaa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.