Kolom Ahmad Fauzi: Agama Tanpa Tuhan, Agama Paling Tua dalam Sejarah Umat Manusia

Emile Durkheim
The Elementary Forms of The Religious Life
Terj. Sejarah Agama
Terbitan Ircisod

 

Dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture, E.B. Tylor memaparkan tentang agama yang menurutnya paling elementer dan paling tua dalam sejarah manusia, yaitu animisme. Dengan membuat definisi minimum tentang agama sebagai “belief in spiritual being” (kepercayaan tentang “ada” yang bersifat spiritual), ia memasukkan semua agama pasti mengandung pengertian ini. Ada yang bersifat spiritual ini dimaknai sebagai adanya “roh.”

Hampir setiap agama yang memiliki konsep spiritual seperti setan, jin, dewa, malaikat, Tuhan dan sebagainya merupakan pengembangan dan evolusi dari konsep roh.

Oleh karena itu, agama-agama di atas layak disebut animistik. Animisme menjadi elemen mendasar dari setiap agama yang memiliki kepercayaan pada roh yang berkembang menjadi setan, jin, dewa, malaikat dan Tuhan. Dengan pengertian ini, Islam juga bisa dikategorikan sebagai agama animistik, meskipun ia tidak mau mengakuinya.

Lalu, bagaimanakah dengan agama yang di dalamnya tidak ada konsep roh, setan, jin, malaikat, dewa-dewa dan Tuhan?

Menurut Durkheim, ada agama yang belum dirasuki konsep-konsep di atas, yaitu totemisme. Agama totem mirip sebuah ritual atau pesta yang berpusat pada binatang. Agama ini belum memiliki konsep pemikiran, dan lebih mengutamakan ritus daripada refleksi dan perenungan.

Tiang-tiang totem

Dengan memanfaatkan data-data etnografi dari peneliti Spencer dan Gillen, Durkheim panjang lebar menelusuri totemisme sebagai ritus paling tua dalam sejarah umat manusia. Agama ini tidak mengenal konsep roh, dewa, setan, malaikat apalagi Tuhan. Agama ini sangat sederhana, yaitu berupa upacara pengorbanan hewan. Sekelompok manusia mengitari dan mengelu-elukan hewan yang diikat di tengah lingkaran yang kemudian mereka bunuh dan makan rame-rame meskipun masih mentah dan penuh darah hangat bercucuran.

Menurut Durkheim, totemisme melambangkan keutuhan komunitas kelompok dan masyarakat, bukan Tuhan atau dewa dan sebagainya. Sehingga menurut sosiologisme Durkheim, Tuhan pada mulanya adalah masyarakat yang disakralkan. Inilah agama paling tua dalam sejarah umat manusia. Agama tanpa Tuhan.

Untuk lebih jelas dan lengkapnya, bisa dibaca buku paling monumental di antara karya-karya yang pernah ditulis oleh Emile Durkheim, salah satu pendiri sosiologi modern, selain Marx dan Weber.

Catatan Redaksi:

Masyarakat (society) bagi Durkheim bukan kumpulan manusia maupun sebuah pengelompokan sosial (social group), tapi melainkan sesuatu yang berada di luar diri manusia-manusia individu tapi berpengaruh bukan hanya terhadap prilaku dan tindakan manusia, tapi juga terhadap cara berpikir manusia-manusianya. Kadang Durkheim menyamakan masyarakat dengan fakta sosial, terkadang pula dengan collective representation. Louis Dumont (1980) dalam bukunya Homo HIerarchicus menjelaskan masyarakat sebagai sebuah sistim nilai, mengikuti alur pemikiran Durkheim.

Buku Durkheim itu telah menjadi inspirasi utama dari strukturalisme di Antropologi yang berawal dari desertasi Claude Levi-Strauss berjudul The Elementary Structure of Kinship (1949).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.