Kolom Andi Safiah: KAUM SOFIS

Pada Abad ke 5 SM, pembelajaran Bahasa Yunani berkembang hampir ke segala arah. Menjadi semakin sulit bagi orang-orang terpelajar untuk mengikuti perkembangan baru dan untuk mendidik generasi berikutnya.

Juga, kemampuan mempengaruhi orang lain melalui penggunaan argumen rasional semakin dihargai.

Terutama untuk memperdebatkan kasus-kasus hukum. Tetapi juga untuk memajukan agenda politik seseorang di negara-kota yang lebih demokratis.

Dalam lingkungan ini, guru yang disebut Sofis mulai melakukan perjalanan dari kota ke kota di dunia berbahasa Yunani. Biasanya mereka mencari nafkah dengan memungut biaya untuk memberikan pidato instruksional tentang retorika, logika, dan etika.

Ajaran kaum Sofis sangat bervariasi. Tidak ada “sekolah” penyesatan. Tetapi, secara umum, kaum Sofis cenderung menggunakan argumen dan logika yang terampil untuk menjelaskan isu-isu politik dan etika saat ini.

Kaum Sofis kurang peduli dengan filsafat alam. Beberapa menganggap ajaran Heraclitus dan Eleatics yang lebih paradoks sangat berguna untuk membingungkan lawan dalam debat.

Dari kaum Sofis, Protagoras (ca. 490 – ca. 420 SM) adalah yang paling terkenal. Diktumnya yang terkenal adalah bahwa “Manusia adalah ukuran segala sesuatu” menekankan relativitas kebenaran.

Karena setiap orang adalah hakim kebenaran, “kebenaran” relatif dari argumen apa pun bergantung sepenuhnya pada kemampuan pembicara untuk membujuk.

Protagoras mengaku mampu mengajari orang, melalui keterampilan retorika; bagaimana mengubah argumen yang lebih lemah menjadi lebih kuat. Apakah yang lebih lemah atau tidak: argumen benar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.