Kolom Andi Safiah: RUANG UNTUK IDIOLOGI YANG LAIN

Yang beredar dalam ruang perdebatan public lebih banyak logika islami, lihat saja perdebatan-perdebatan yang difasilitasi Facebook atau bahkan media-media mainstream di negeri ini, lebih banyak menggunakan nalar Islami; Islam Liberal vs Islam Radikal, Islam Nusantara vs Islam Arab, Islam garis lurus vs Islam garis miring, Islam Wahabi vs Islam Ahmadiah, Islam Sunny vs Syiah, dll.

Intinya Islam di negeri ini adalah way of thinking, sehingga gaya berpikir macam Atheistme, Komunisme, Liberalisme, Agnostics, Nihilisme, Relativism, hingga Quantumism tidak begitu menarik karena memang soal kebiasaan saja.

Jika kebiasaan yang dibangun selama ini adalah logika berpikir Islami, maka sedikit sulit bisa menerima logika berpikir lain di luar Islam, apalagi yang secara terbuka bersebrangan dengan Islam, lebih sulit lagi.




Satu contoh paradox ketika menyaksikan perdebatan pada forum ILC, Islam Nusantara yang diwakili oleh Nusron Wahid vs Islam Radikal yang diwakili oleh Ismail Yusanto jubir HTI, dimana topik pembicaraanya seputar “tafsir” Perpu no 2 Th 2017 yang baru saja dikeluarkan oleh pemerintah.

Yang menarik sekaligus paradox adalah yang berdebat atau berbeda pandangan soal keputusan pemerintah adalah sama-sama beraliran Islam. Pertanyaan yang bisa kita ajukan adalah, mengapa sesama Islamnya bisa berbeda pandangan? Bukankah dalam doktrin Islam sudah jelas bahwa umat Muslim, di manapun dia berada, adalah saudara dan ketika bicara kepentingan Islam maka satu suara menjadi tujuannya?

Dalam konteks ini, Islam ternyata tidak sanggup menyatukan suara dan kepentingan mereka. Jika demikian maka menurut saya bangsa INI perlu memberikan ruang bebas bagi ideologi lain di luar Islam untuk ikut berpartisipasi dalam mewarnai ruang imaginasi manusia Indonesia.

Jika bangsa ini sudah berani melabel dirinya sebagai bangsa yang demokratis tapi di satu sisi malah memberangus cara pandang yang berbeda, maka perlu diperiksa secara serius demokrasi yang sudah terlanjur menjadi label di republik ini.

#Itusaja!





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.