Kolom Asaaro Lahagu: 19 April, Taktik Jitu Tito dan Penundaan Sidang Ahok

Rencana sidang Ahok ke-18, 11 April mendatang, membuat pendukung Ahok galau. Sebaliknya lawan-lawan Ahok siap bertepuk tangan dan ejakulasi. Galaunya pendukung Ahok karena sidang ke-18 itu sudah memasuki pembacaan tuntutan Jaksa. Saya prediksi tuntutan Jaksa kepada Ahok antara 3 – 12 bulan. Tuntutan ini sudah paling ringan. Sebab, kalau tuntutannya bebas maka ada demo 7 jutaan lagi. Jadi, tuntutan bebas tidak masuk dalam skenario Jaksa kendatipun ada Plan C untuk itu sebelumnya.





Seringan apapun tuntutan Jaksa, itu tetap akan mempengaruhi pemilih pada 19 April. Inilah yang membuat pendukung Ahok galau. Pernyataan para pengacara Ahok bahwa tidak masalah jika sidang tuntutan tetap dilakukan, itu hanya taktik mengelabui para kaum sumbu pendek agar tidak mengamuk.

Bagi para lawan Ahok, pembacaan tuntutan kepada Ahok akan menjadi senjata baru kaum sumbu pendek. Bila tuntutan Jaksa maksimal yakni 4 – 5 tahun, maka para lawan Ahok akan bersorak sambil ejakulasi. Spanduk-spanduk pun sudah disiapkan. Bunyinya, penista agama dituntut hukuman 5 tahun. Penjarakan secepatnya Ahok.

Lalu, bagaimana jika tuntutan Jaksa hanya 3 – 12 bulan? Inilah yang telah dicium oleh Kapolri Tito. Intelijen sudah mencium bau demo bergemuruh dan habis-habisan. Alasannya, tuntutan ringan Jaksa telah melukai hati kaum Muslim di seluruh dunia. Kira-kira begitu respon kaum fitsa hats dan firsa hots.

Di sebuah daerah di Sulawesi. Foto: Flickriver

Sekarang, pasca ditangkapnya Ketua FUI, rencana demo menjelang 19 April sedang disiapkan secara diam-diam oleh kaum sumbu pendek. Akan tetapi yang namanya bau kentut demo, tetap saja dicium aparat yang lebih cerdas. Untuk mengkocar-kacirkan rencana demo dengan skenario kekacauan itu, Tito bermanuver. Tito membuat taktik di luar nalar sumbu pendek.

“Tunda sidang pembacaan tuntutan Ahok,” demikian saran halus nan keras dari Polri. Karena di sana ada ketidakadilan. Ahok disidang dan dituntut, sementara Anies-Sandi terus goyang dangdut ala Oke-Ocenya.

Polri lewat Kapolda Metro Jaya pun telah mengirim surat saran kepada Pengadilan Jakarta Utara agar sidang pembacaan tuntutan kepada Ahok ditunda dengan alasan keamanan. Kejaksaan dengan kode khusus sudah memberi sinyal bahwa penundaan sidang akan diserahkan kepada Hakim sidang Ahok. Lalu apakah hakim akan mengabulkan permintaan Polri itu?

Prediksi saya, ya. Hakim tidak akan mengambil resiko sebagai pihak yang disalahkan jika aksi demo terjadi dan ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu. Jika hakim menolak, maka Skenario B akan dilaksanakan oleh Polri. Apa itu? Anies-Sandi akan diperiksa marathon terkait kasus mereka masing-masing. Tujuannya agar ada keadilan di sana. Ahok disidang, Anies-Sandi diperiksa dan bisa ditetapkan sebagai tersangka. Dan, itu adalah taktik jitu Tito.

Jika Skenario A dikabulkan oleh hakim, maka mudahlah bagi Polri untuk mengkocar-kacirkan rencana busuk politisasi masjid dan tamasya Al-Maidah 19 April mendatang. Polisi dan tentara sudah menyiapkan skenario penjegalan aksi pengerahan massa dari luar Jakarta. Demo-demo menjelang 19 April bisa diantisipasi, dikendalikan sekaligus dijinakkan.

Kini Skenario A dan B sedang digodok Polri. Prinsipnya adalah Pilkada 19 April akan dijamin keamanannya oleh segenap aparatur negara. Kini kemenangan Ahok yang sudah di depan mata ada di tangan pendukungnya. Mengapa? Para lawan Ahok paham benar kunci untuk mengalahkan Ahok. Apa itu? Kacaukan keamanan pendukung yang akan memilihnya terutama yang double minoritas.




Kejadian 1998 akan dicoba digaungkan kembali oleh kaum sumbu pendek. Akan ada propaganda masif dan selebaran menakutkan kepada para pemilih Ahok yang isinya intimidasi. Sosial mediapun akan dijadikan sebagai sarana untuk menakut-nakuti pemilih Ahok agar lari ke luar negeri menjelang hari Pencoblosan.

Lalu, bagaimana cara menghadapi intimidasi itu? Pertama, keyakinan kepada aparat di bawah kendali Tito dan Gatot bahwa keamanan warga akan dijamin 100%.

Kepada para pemilih Ahok yang berada di luar negeri, diminta untuk pulang demi nasib Jakarta dan Indonesia 5 tahun mendatang.

Ke dua, jangan takut akan selebaran apapun yang dibaca di sosial media dan jangan pernah ikut-ikutan menyebarkan atau men-share hal-hal yang menakutkan. Ke tiga, jika ada intimidasi pada Hari H, lawan. Mereka yang munafik, curang dan salah, akan takut terkencing-kencing di celana jika digertak dan dilawan balik. Sang khalik tidak pernah berpihak kepada mereka yang berniat jahat.

Saya tetap yakin akan prediksi saya sebelumnya bahwa Ahok akan menang di kisaran 54% melawan Anies-Sandi 46%. Namun, dengan catatan bahwa para pendukung Ahok semuanya turun langsung mencoblos dan tidak takut keluar rumah pada 19 April mendatang.

Tito dengan segala taktiknya sudah berusaha maksimal melakukan tugasnya. Kini, keputusan ada di tangan pendukung sekaligus pemilih Ahok-Djarot. Keputusannya adalah memastikan nama terdaftar di DPT, gagah berani mencoblos dan tidak takut intimidasi serta siap melawan setiap bentuk kejahatan.

Foto header: Tanpa Judul



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.