Kolom Asaaro Lahagu: Ahok-Mega Bertemu, Rem Offside Ahok Kepada Agus-SBY?

 

Sore hari, Jum’at, 17 Februari 2017, Ahok secara tertutup bertemu dengan Mega. Seusai pertemuan itu, Ahok bungkam kepada media. Ia tidak mau membocorkan sedikitpun apa isi pertemuan itu. Bahkan saat masuk kembali ke Balai Kota pada pukul 17.15, wajah Ahok terlihat masam.

Ada 2 pertanyaan publik tentang pertemuan Ahok-Mega itu. Pertama, mengapa Ahok tiba-tiba bungkam soal isi pertemuannya dengan Mega? Dilihat dari sifat blak-blakannya, Ahok kerap kali keselo lidah untuk memberi info penting tentang kegiatannya. Namun kemarin, hal itu disimpan rapat-rapat oleh Ahok. Ke dua, mengapa seusai pertemuan itu, Ahok bermuka masam? Mari kita telaah dan memprediksi isi pertemuan Ahok-Mega dengan hati riang gembira dan pikiran jernih.

Pertemuan Ahok-Mega 17 Jum’at Februari itu erat kaitannya dengan hasil Pilkada 2017. Pertemuan itu cukup bersejarah  ke depan karena akan menentukan langkah politik Ahok dalam putaran ke dua Pilkada pada bulan April mendatang. Ahok yang selama ini berperan sebagai kutu loncat dari partai satu ke partai lain, gampang berubah prinsip politik seperti maju dari jalur partai berubah ke jalur independen lalu balik lagi ke jalur partai, akan dihentikan oleh Mega.

Maka isi pertemuan Ahok-Mega itu tidak lain dari pada tindak lanjut pernyataan Ahok yang ingin melakukan pertemuan dengan Agus dan bahkan kirim salam kepada SBY. Saat Agus mengucapkan selamat kepad Ahok lewat telepon, Ahok mengutarakan niatnya untuk bertemu dengan Agus pada masa depan sekaligus titip salam kepada SBY. Dalam konteks Pilkada, jelas rayuan Ahok ini bertendensi politis. Perolehan suara yang hampir sama dengan Anies, jelas membuat Ahok ketar-ketir apalagi pendukungnya.

“Semalam sudah telepon ngomong sama Bu Sylvi, orang kita kenal baik kan. Saya kirim salam juga ke Pak SBY,” ujar Ahok di gedung Balai Kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat [Kamis 16/2].

Bagi Mega, ucapan Ahok yang memberi sinyal rayuan kepada SBY demi memenangi Pilkada adalah tindakan tidak etis. SBY adalah lawan abadi Mega. Selama 10 tahun SBY memerintah, tak satu kalipun Mega mau tunduk dan mau bertemu langsung dengan SBY. Pun pada saat Jokowi mencalonkan diri pada Pilpres 2014 lalu, Mega tidak pernah mau merapat kepada SBY.

Bahkan karena kepala batunya, Mega membiarkan Fraksi PDIP kalah voting suara di DPR saat penentuan Pilkada Langsung. Saat itu ada kalkulasi politik bahwa PDIP akan memenangi voting di DPR jika dia mau bertemu dengan SBY. Namun Mega rela kalah ketimbang mau bertemu dengan SBY lawan abadinya. Demikian juga ketika terjadi pertarungan KIH vs KMP di DPR, Mega tak pernah mengalah kepada SBU biarpun dia kalah.

Jika benar tuduhan SBY bahwa ada 3 orang yang menghalangi Presiden Jokowi untuk bertemu dengan SBY, bisa saja atau mungkin saja Mega termasuk salah seorang di antaranya. Jika dilihat perseteruan Mega-SBY selama lebih 10 tahun, maka sangat masuk akal jika Mega sampai detik ini tidak mau berdamai dengan SBY.

Ketika Ahok mencoba merapat kepada SBY, saya menduga Mega marah besar. Mega kemungkinan mengatakan kepada Ahok bahwa Mendagri, Thahjo Kumolo sudah pasang badan untuk tetap mengaktifkan Ahok di kursi gubernur. Pun ketika Ahok diserang lewat hak angket di DPR, maka partai-partai pendukung Jokowi akan kembali memasang badan untuk Ahok.

Lalu mengapa Ahok mengkhianati perjuangan Mega yang terus konsisten, tetap berpendirian teguh untuk tidak berdamai dengan SBY yang pernah mengkhianatinya saat menjadi menteri pada tahun 2004 lalu? Mengapa Ahok tidak paham dukungan all-out Mega kepadanya dan masih mencoba bermanis-manis kembali kepada SBY?

Bagi Mega, jika pada level nasional saja saat Jokowi bertarung sengit untuk meraih kursi RI-1 tanpa mengemis dukungan SBY,  apalagi di level daerah. Mega jelas tidak mau Ahok yang dia dukung mati-matian untuk mencoba-coba mengemis dukungan kepada SBY. Biarpun kalah, Mega tetap bersikukuh untuk tidak mau mengemis dukungan kepada SBY.

Mungkin dalam pertemuan tertutup kemarin Mega terus menasehati Ahok agar percaya kepada kekuatan sendiri. Segala sesuatu adalah kehendak Tuhan. Jika Ahok tetap konsisten, tetap berjuang di jalan kebenaran untuk memajukan bangsanya, maka jalan untuk kembali menjadi DKI-1 tetap terbuka lebar. Bukankah ketika sudah banyak senjata yang ditujukan kepada Ahok untuk menjatuhkannya, namun Ahok tetap tegar berdiri hari ini dan bahkan masih bisa memenangkan Pilkada DKI Jakarta?




Ahok memang tidak menang satu putaran. Dan itu harus dimaknai bahwa perjuangan belumlah selesai. Kemenangan tertunda itu juga sekaligus sinyal agar seluruh pendukung Ahok merapatkan barisan untuk bertarung pada putaran ke dua dan bukannya mengemis dukungan kepada SBY. Mengemis dukungan kepada SBY sama dengan blunder Ahok. Warga Jakarta tentu sudah paham dan cerdik untuk menentukan siapa calon Gubernur DKI Jakarta yang layak  ke depan. Yakinlah pada kekuatan sendiri dan tetap bekerja keras. Selebihnya adalah kehendak Tuhan.

Maka pertemuan Ahok-Mega kemarin kemungkinan isinya adalah Mega memarahi Ahok. Mega marah kepada Ahok karena dia offiside mencoba mengemis dukungan kepada Agus-SBY. Itulah sebabnya (ini dugaan) mengapa Ahok saat kembali ke Balai Kota, wajahnya masam dan tidak mau membocorkan isi pertemuannya dengan Mega. Karena, jikalau Ahok mengatakan bahwa dia telah dimarahi oleh Mega terkait kirim salamnya kepada SBY, maka gegerlah media di Tanah Air.

Kesimpulannya adalah SBY dengan Demokratnya tidak akan mau berbalik mendukung Ahok. Karena syaratnya super berat. Dia harus terlebih dahulu dipertemukan dengan Mega yang sudah 12 tahun tak pernah terwujud. Dengan demikian jika SBY tidak mau mendukung Anies karena itu juga berarti berdamai dengan Prabowo, maka Demokrat menjadi partai penyeimbang yang galau. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.