Kolom Asaaro Lahagu: Ahok Tersangka, Jokowi Serang Balik Sampai Lebaran Kuda

asaaro-jokowi




Ahok tersangka adalah pilihan terbaik dari 2 option yang ada. Kalau Ahok Asaaro Lahagudinyatakan bebas, bisa anda bayangkan gaduhnya negeri ini. Demo bergelombang terus berlanjut, ekonomi mulai goyah, dan pemerintah menjadi tidak fokus bekerja. Lalu potensi pertikaian sesama bangsa semakin besar. Sementara jika Ahok tersangka, maka musuh Ahok puas, demo berhenti dan pemerintah menjadi fokus bekerja.

Sinyal bahwa Ahok tersangka terlihat dari pernyataan Jokowi Selasa (15/11/2016) bahwa tidak ada lagi demo ke depan. Artinya, Jokowi sudah tahu bahwa Ahok tersangka. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa tidak ada demo lagi karena Ahok sudah tersangka, sesuai dengan tuntutan para pendemo sebelumnya. Jadi Jokowi sudah tahu bahwa Ahok akan dijadikan tersangka sebelum Bareskrim Polri mengumumkannya. Sebetulnya Jokowi bisa mempertahankan Ahok agar tidak dijadikan sebagai tersangka dan dinyatakan bebas oleh Bareskrim Polri. Namun Jokowi tidak melakukan itu. Jokowi setuju Ahok jadi tersangka.

Pertanyaannya adalah mengapa Jokowi setuju Ahok menjadi tersangka? Pertama, pilihan menjadikan Ahok tersangka adalah pilihan tepat. Alasannya biarlah Ahok membuktikan dirinya di pengadilan apakah ia benar salah atau tidak. Dengan demikian Jokowi tidak bisa lagi dituduh melindungi Ahok, melindungi “Si Penista Agama” karena pengadilan di luar wewenang Jokowi.

Status Ahok sebagai tersangka pun bukan berarti segala sesuatu menjadi kiamat. Jalan masih panjang. Lewat siaran terbuka nantinya, Ahok akan bertarung membela diri. Ia bisa membela diri dengan argumen-argumen yang valid dan mendatangkan saksi ahli dari luar negeri. Jelas butuh waktu yang lama sebelum akhirnya Ahok ditetapkan bersalah oleh pengadilan.

asaaro-catur
Beberapa pecatur Karo di masa kolonial telah bertanding langsung dengan jago-jago catur dunia dintaranya adalah antara Narsar Purba (sebelah kiri dalam foto) melawan Dr. Max Euwe dengan hasil remise. Beberapa tahun kemudian, Max Euwe menjadi juara dunia (sebelum Boris Spasky).

Tentu saja, publik Jakarta tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bahwa Ahok telah tamat. Alasannya sesuai dengan Undang-Undang Pilkada, Ahok masih bisa berlaga dalam Pilkada Februari 2017 mendatang. Di situ akan terlihat apakah ada pengaruh status tersangka itu bagi para pemilihnya atau justru masyarakat Jakarta berbondong-bondong memilih Ahok sebagai Gubernur DKI periode ke dua.

Bisa jadi masyarakat Jakarta yang muak melihat skenario politik busuk yang sangat menginginkan Ahok terjungkal justru termotivasi untuk memilih Ahok. Bisa jadi publik Jakarta menjadi semakin paham bahwa Ahok hanyalah korban politik busuk dan karena itu mendapat simpati dari mayoritas masyarakat Jakarta. Tentu saja sekarang publik akan wait and see melihat perkembagan kasus Ahok di pengadilan. Jika ke depan Ahok terlihat sebagai korban dari permainan politik busuk, maka rakyat Jakarta akan beralih untuk mendukungnya dan berbondong-bondong memilihnya dalam Pilkada mendatang.

Ke dua, demo Ahok yang terjadi selama ini sudah bercampur-baur dengan politik. Itu yang dipahami oleh Jokowi. Keadaan sudah tidak bisa dipisahkan yang mana soal agama dan yang mana politik. Karena itu lawan-lawan politik Jokowi amat mudah menunggangi demo-demo yang ditujukan kepada Ahok. Ini sangat berbahaya. Musuh bisa berkamuflase dan mendapat kendaraan untuk menyerang Jokowi dengan cara menunggangi demo lanjutan. Dengan ditetapkannya Ahok sebagai tersangka, maka skenario lawan politik untuk melengserkan Jokowi gagal total.


[one_fourth]korban yang diincar Jokowi, pasti yang lebih gede[/one_fourth]

Ke tiga, Jokowi rela mengorbankan Ahok demi menekuk lawan-lawan politiknya. Dengan ditetapkannya Ahok menjadi tersangka, maka tidak ada alasan lagi para lawan politiknya untuk menghantam langsung pemerintahan Jokowi. Nah, di sini Jokowi justru bisa mulai melancarkan serangan balik mematikan. Ibarat bermain catur, Jokowi rela mengorbankan kudanya demi men-skak-mat raja lawan. Artinya, Jokowi rela mengorbankan Ahok untuk mendapat korban lebih banyak dari lawannya. Ada korban sama dari pihak gue, tetapi gue juga akan memakan korban dari pihal loe. Begitulah bahasa gaulnya. Jadi sama-sama ada korban. Bedanya korban yang diincar Jokowi, pasti yang lebih gede.

Dengan ditetapkannya Ahok tersangka, maka sekarang Jokowi bisa mengatur ulang posisi politiknya. Ia dengan tenang membidik SBY, Ibas dengan kasus-kasus sebelumnya seperti Century, kasus TPF Munir, kasus Antasari, kasus 34 proyek PLN yang mangkrak. Itu akan terus ditelusuri sampai lebaran kuda. Jokowi juga dengan tenang membidik FPI, HTI dan siap membubarkan ormas-ormas sangar ini.

Hal yang sama bagi MUI. Ke depan Jokowi akan tenang mengaudit lembaga ini terkait dana yang diterima lewat pemberian sertifikasi halalnya. Jika terbukti korup, maka hak memberikan sertifikasi itu akan dicabut dan diberikan kepada Kementerian Agama agar mudah mengawasinya.




Nah, itulah strategi rela berkorban  Jokowi demi mengincar korban yang lebih besar. Itu tidak akan berhenti sampai lebaran kuda, lebaran kuda dan sampai lebaran kuda berikutnya. Jelas ada banyak korban yang sudah siap diincar, dibidik oleh Jokowi ke depannya. Tinggal pilih, yang mana yang pertama, ke dua, ke tiga dan seterusnya. Permainan semakin menarik.

Ke depan jika Jokowi tetap membutuhkan jasa Ahok demi revolusi mentalnya, maka dengan gampang Ahok bisa dipilih menjadi salah satu menterinya untuk membabat habis para koruptor, mafia dan para begal APBN. Tempatkan saja Ahok di Kementerian Aparatur Negara, maka para bandit di sana dengan gampang dihabisi oleh Ahok. Rencana itu bukanlah hal yang sulit. Itupun kalau Ahok kalah di PIlkada DKI dan jika masyarakat akhirnya tidak memilih Ahok.

Lalu, kalau Ahok tetap dipilih oleh masyarakat Jakarta? Jika itu terjadi, pertarungan masih berlanjut sampai lebaran kuda. Nah, untuk sementara, Ahok direlakan Jokowi sebagai tersangka. Tujuannya adalah agar Ahok leluasa membela diri dan sekaligus memberi keleluasaan bagi Jokowi untuk mengincar lawan-lawan politiknya yang lebih besar. Jadi ibarat bermain catur, saya rela anda makan kuda saya, tetapi saya akan habisi rajamu dan skak-mat.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.