Kolom Asaaro Lahagu: GAGAL JEBAK JOKOWI — Prabowo Punya 4 Skenario Akhir (Sirulo TV)

Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu

Dua jebakan Prabowo kepada Jokowi. Kedua jebakan itu simpel. Saking simpelnya, publik bisa menganggapnya sebagai jebakan lebai alias main-main. Namun, bagi Prabowo, walau jebakan itu main-main, bisa-bisa hasilnya bukan main.

Pertama, Prabowo adu cepat deklarasi pemenang Capres.

Prabowo sampai 3 kali menyatakan sebagai pemenang dan telah menjadi Presiden RI. Apa jebakan Prabowo di sini? Prabowo ingin memancing Jokowi tersinggung dan marah luar biasa.

Ketika Jokowi marah karena Prabowo memproklamasikan diri sebagai presiden tandingan, maka Jokowi langsung menyerang Prabowo. Jokowi mengeluarkan kata-kata sadis, kasar dan mungkin memerintahkan aparat untuk menangkap Prabowo karena telah memproklamasikan diri sebagai Presiden.

Bila hal itu terjadi, maka pendukung Prabowo yang 45% itu langsung mengamuk menyerang balik Jokowi. Mereka berdemo bukan karena alasan kalah tetapi karena serangan kata-kata Jokowi kepada Prabowo. Emosi pendukung Prabowo akan mudah terbakar. Mereka pun mengacaukan situasi. Dalam situasi kacau-balau inilah Pemilu dianggap gagal. Skenarionya adalah pemilu ulang.

Tetapi, apa yang terjadi? Jokowi tidak marah atau grasa-grusu melihat Prabowo 3 kali mengklaim kemenangan. Jokowi membiarkan emosi Prabowo cooling down. Jokowi malah mengajak Kubu Prabowo agar bersatu kembali menjalin persahabatan.

Mengapa Jokowi mengumumkan dia telah mengutus utusan untuk bertemu Prabowo? Mengapa dia tidak diam-diam mengirim utusannya? Alasannya adalah agar pendukung Prabowo sadar dan paham Jokowi sedang melakukan itikad baik. Hal ini membuat emosi pendukung Prabowo yang kalah pelan-pelan cooling down alias kembali dingin.

Gagal pada jebakan pertama, Prabowo melancarkan jebakan ke dua. Prabowo menstigma Pemilu telah curang. Ia menang 62% dengan selisih 25%. Hitungan quick count salah semua. Alasannya, mereka telah bersengkokol membohongi publik dan mendukung Jokowi.

Apa jebakan Prabowo di sini? Prabowo sedang memancing salah satu lembaga survei keluar dari barisan survei yang memotret kemenangan Jokowi dan berbalik mendukungnya. Ibarat Said Didu yang setelah dipecat, bernyanyi dengan menjelek-jelekkan BUMN dan Jokowi. Prabowo sedang memancing dan berharap agar ada satu survei yang kredibel berbalik memenangkan Prabowo.

Jebakan lainnya adalah lembaga-lembaga survei itu akan terpancing buka-bukaan data. Lalu Kubu Prabowo akan melihat celah kelemahan mereka. Jika ditemukan, Kubu Prabowo akan menyerang balik dan menjadikan kelemahan itu sebagai pembenaran persengkokolan.

Lewat celah dan borok salah satu survei, Prabowo akan menjadikannya sebagai argumen untuk terus mengklaim kemenangannya. Namun, apa yang terjadi? Tak satupun survei kredibel berbalik memenangkan Prabowo. Tak satupun survei kredibel yang membongkar borok survei lain dan mengaku telah bersengkokol.

Mengapa? Karena memang mereka tidak bersengkokol. Mereka bekerja objektif dan ilmiah. Kalaupun mereka terpancing buka-bukaan data, Kubu Prabowo tak menemukan celah untuk menyerang balik. Jebakan Prabowo yang ke dua inipun gagal.

Kini Prabowo hanya melongo dan menganga melihat kemajuan real count KPU dari detik ke detik. Untuk sementara tak ada gelagat dia menang 62%. Dari sini Prabowo akhirnya pelan-pelan sadar ia telah dibohongi oleh timnya sendiri. Form C1 yang dikirim ke tabulasi nasional BPN adalah hanya C1 Plano yang Prabowo menangi. Sementara yang kalah, dibuang jauh-jauh.

Lalu, apa skenario Prabowo untuk menyikapi kekalahannya? Jelas, sampai kiamat Prabowo tidak akan menang Pilpres 2019. Termasuk hitungan real count KPU. Oleh karena itu hanya ada 4 skenario Prabowo yang bisa dilakukan.

Skenario pertama, dia akan ngotot melakukan people power bersama Amien Rais. Namun, people power ini akan menjadi aksi bunuh diri, berbahaya bagi Prabowo-Amien Rais. TNI-Polri dengan mudah memadamkannya. Apalagi people power ini tidak didukung oleh SBY dan sejumlah kalangan internal Prabowo. Belum lagi tak ada mahasiswa yang bisa ditunggangi. Jika ngotot namun gagal, maka konsekuensinya sangat fatal.

Skenario ke dua, karena sulit melakukan people power, maka skenario ke dua adalah memperkarakan kecurangan Paslon 01 di Mahkamah Konstitusi. Nantinya akan dibawa bukti-bukti kecurangan yang menguatkan tuduhan adanya manipulasi suara. Tetapi ini pun peluang menang tipis. Apalagi jika jumlah suara yang diduga curang itu tidak signifikan.

Skenario ke tiga, Prabowo dan kubunya tidak mengakui kemenangan Jokowi tetapi juga tidak membawanya ke Mahkamah Konstitusi. Jadi digantung. Prabowo tetap menyatakan Pemilu curang dan Jokowi tidak layak menjadi Presiden. Opini ini dipertahankan hingga bertahun-tahun dan mungkin sampai kiamat. Akan tetapi skenario ini jelas sangat berat untuk dijalankan.

Skenario ke empat, setelah KPU mengumumkan pemenang Pemilu 22 Mei, Prabowo akan menerima kekalahan dengan sejumlah catatan. Jadi Prabowo tidak akan membawa kecurangan itu ke MK. Prabowo pun dengan lantang mengucapkan selamat kepada Jokowi namun mungkin ada sedikit deal-deal kecil keduanya. Skenario ke empat ini mungkin yang paling bisa dilakukan oleh Prabowo. Mengapa? Karena lebih banyak untungnya.

Jadi, ketika Prabowo gagal jebak Jokowi, Prabowo masih punya 4 skenario akhir. Ia bisa menjalankan salah satu skenario di atas atau mencampur semuanya menjadi kopi susu skenario. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.