Kolom Asaaro Lahagu: JITU! JOKOWI UMPAN MULDOKO CAWAPRESNYA (SBY-Prabowo Terjebak)

Jokowi akan mengumumkan nama Cawapresnya pada last minute. Strategi itu bertujuan untuk mengunci habis kawan dan lawannya. Lalu, mengapa Jokowi seolah sedang mengiklankan Moedoko saat ini, seolah sosok ini akan menjadi Cawapresnya? Itu adalah bagian dari strategi. Jokowi sedang memainkan Moeldoko sebagai umpan untuk mengecoh lawan.

Perhatikan baik-baik. Ketika nama Cawapres Jokowi menguat dalam diri Muhaimin Iskandar, Romarhumuzy, Mahfud MD, nama Gatot Nurmantyo kemudian menguat pada kubu Gerinda-PKS-PAN. Sebaliknya ketika nama Moeldoko menguat, justru nama Prabowo-Anies menguat. Artinya apa?




Jika Jokowi memilih wakilnya dari kalangan santri, maka Prabowo akan mudah menghantamnya dengan memilih wakilnya dari kalangan militer seperti Prabowo-Gatot, atau Prabowo-AHY agar kelihatan benar-benar sangar. Masyarakat kemudian akan ditakut-takuti sedemikian rupa soal teori Indonesia bubar 2030, dikuasai asing dan aseng serta harta kekayaan dirampas oleh negara luar karena pemimpinnya lemah.

Pasangan Jokowi-Muhaimin, Jokowi-Romy, Jokowi Mahfud MD, Jokowi –Airlangga sebagai kandidat Capres 2019, semuanya sipil. Jika ini yang akhirnya tampil, maka SBY, Prabowo akan memainkan psikologi ketakutan massa soal keamanan karena pemimpin bukan dari militer. Pemimpin sipil akan dibuat seolah-olah lemah dengan syahadat teori informasi kekacauan yang diulang-ulang. Informasi salah yang diulang-ulang, akan dianggap benar.

Seandainya PDIP tidak bermain strategi di Pilgub Jawa Barat, maka sangat mungkin Sudrajat yang militer menang atas Ridwan Kamil. Karena mereka memainkan politik SARA nan menakutkan. Namun taktik jitu PDIP untuk menyodorkan nama TB Hasanuddin yang militer, sudah cukup mengimbangi Sudrajat yang akhirnya kalah tipis. Akan tetapi di Sumut, ketika Edy yang militer berhadapan dengan Djarot yang sipil, mudah memainkan isu SARA yang menakutkan. Hasilnya Edy yang menang.

Ketika Jokowi mengiklankan Moeldoko sebagai Cawapresnya, nama Prabowo-Anies, Prabowo-Aher akan menguat. Lewat Anies dan Aher yang pandai membual dengan kata-kata, maka Jokowi-Moeldoko yang kurang pandai berkata-kata akan dihantam dengan aneka teori membius massa. Itulah strateginya.

Banyak pihak yang percaya dan yakin bahwa peluang Moeldoko menjadi Cawapres Jokowi semakin besar. Hal itu terlihat dari beberapa kesempatan dimana Jokowi sangat akrab dengan Moeldoko. Benarkah Moeldoko akan menjadi Cawapres Jokowi? Tak ada yang tahu. Bisa ya, bisa tidak. Sok akrab bukanlah jaminan.

Jika Jokowi sok akrab dengan Moeldoko, itu hanya gaya. Ya, gaya manis Jokowi. Ia pura-pura sok akrab dengan Moeldoko karena ia sedang bermain catur. Ia sedang mengumpan Moeldoko seolah-olah akan menjadi Cawapresnya, untuk melihat pergerakan dan reaksi lawan.

Dan, benar saja, umpan ini sebagian dimakan habis oleh Prabowo-SBY. Langsung menguat Prabowo-Anies. Padahal itu hanya permainan catur Jokowi. Jokowi justru sedang menunggu lawan melangkah terlebih dahulu. Jokowi ingin agar Prabowo mengumumkan terlebih dahulu siapa nama Cawapresnya. Jokowi menunggu dengan sabar manufer SBY. Berdasarkan siapa yang maju dari oposisi, maka Jokowi akan mencabut nama Cawapresnya.




Jika Prabowo-Gatot atau Prabowo-AHY yang maju sebagai lawannya, sudah pasti Jokowi akan memilih Moeldoko untuk mengimbangi Prabowo-Gatot, Prabowo-AHY yang militer. Jika Prabowo-Anies-Aher yang maju, maka kemungkinan Jokowi akan memilih Cawapresnya dari kalangan santri atau sosok yang kuat di kalangan Islam seperti Mahfud MD, Romarhumuzy, Muhaimin Iskandar.

Jika Prabowo-Rizieq, Prabowo-Amin Rais yang tampil, maka Jokowi akan memilih TBG sebagai Cawapresnya untuk mengimbangi penjualan ayat dan mayat. Jika Prabowo memilih Fahri Hamzah, Fadli Zon atau Mardani Ali Sera sebagai cawapresnya, maka Jokowi akan memilih Ngabalin sebagai Cawapresnya hehe.

Lalu bagaimana jika yang tampil Gatot-Anies? Jokowi akan memilih Moeldoko. Jika Anies-AHY? Jokowi akan memilih Moeldoko. Jika Anies-Aher? Jokowi akan memilih Mahfud MD atau TBG. Jika yang tampil Muhaimin-AHY, maka Jokowi akan memilih Cawawpresnya Airlangga Hartarto, Sri Mulyani atau Susi Pudjiastuti.

Jelas, lewat nama Cawapresnya, Jokowi sedang memainkan permainan catur. Ia sedang mengunci langkah kawan yang kaki dua dan lawannya yang bernafsu liar. Ketika Jokowi menggunakan nama Cawapresnya sebagai kartu trufnya, posisi lawan tak leluasa bergerak. SBY mati langkah dan berteriak, Prabowo terskak. Keduanya tak bisa bermanuver.

Nama Cawapres Jokowi memang sudah mengerucut menjadi 10 orang sudah di kantongnya. Namun ia belum mengumumkan nama-namanya. Ketika ditanya wartawan apakah sudah ada nama Cawapresnya, Jokowi menjawab sudah ada. Tinggal diumumkan. Artinya ada 10 nama yang sudah dikantongi dan tinggal diumumkan. Ketika ditanya kapan diumumkan, elit PDIP menjawab akan dimumukan ketika cuaca cerah.

Menjelang 1 bulan pendaftaran nama Capres dan Cawapresnya, Jokowi asyik bermain-main. Ia tidak akan mencabut 1 nama Cawapresnya secara terang-terangan. Ia justru akan memainkan nama-nama Cawapres itu sebagai umpan untuk mengelabui lawan. Ia akan mencabut dengan tegas nama Cawapresnya pada last minute, 9-10 Agustus mendatang. Dan inilah adalah strategi jitu Jokowi.




Ketika Jokowi mengumumkan nama Cawapresnya pada last minute, SBY-Prabowo tidak bisa lagi bermanuver. Kubu lawan akan kalang kabut dan terpaksa mengumumkan nama Paslon mereka lebih awal. Pun tarian Muhaimin Iskandar dan Airlangga Hartarto soal VIP Cawapres akan macet. Semuanya akan terkunci.

Jika kemudian para elit PDIP menyebut bahwa nama Cawapres Jokowi akan sangat mengejutkan, bisa jadi yang ia pilih nama Tito Karnavian. Dan itu adalah sebuah kejutan.

Jika saat ini Jokowi seolah-olah sok akrab dengan Moeldoko, itu hanya sebagai umpan untuk mengelabui lawan dan membuat lawan terjebak. Begitulah kura-kura.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.