Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI SAKSIKAN SBY-PRABOWO SALING TIKAM

Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu

Koalisi kardus Prabowo akan bubar. Demokrat hampir pasti menarik diri. Sementara pantat bau kentut PAN sudah condong ke Kubu Jokowi. Tinggal Gerindra dan PKS terpaksa bercumbu liar. Lima tahun ke depan, Fadli Zon menjadi profesor nyinyir oposisi. Lalu, ke mana Fahri Hamzah?

Ia akan asyik dengan kegatalan ubannya bersama Ormas Garbi-nya.

Hal yang paling menarik saat ini adalah aksi saling tikam SBY-Prabowo. Pasca pengumuman KPU 21 Mei 2019, SBY langsung menikam Prabowo. Puteranya Agus Yudhoyono direstui untuk berhaha–ria dengan Jokowi di istana. Kemesraan Jokowi-Agus itu membuat ujung jantung Prabowo teriris-iris.

Dengan cantik, Jokowi memainkan kartunya. Ia menarik Demokrat dari cengkeraman Kubu Prabowo yang tidak bisa menerima kekalahan. Sebaliknya, Demokrat merasa saatnya membuang jauh Prabowo. Elit partai ini kemudian ramai-ramai menatapi dan ngiler melihat kue lezat di tangan Jokowi.

Tikaman SBY yang merestui Agus ke Kubu Jokowi dibalas dengan sadis oleh Prabowo. Saat melayat ke Cikeas, Prabowo langsung menikam ulu hati SBY bahwa di Pilpres 2014 dan 2019, Ani Yudhoyono memilihnya. Di hati almarhumah Ani Yudhohono, Prabowo is numero uno. Jokowi is numero duo.

Reaksi SBY saat ditikam Pranowo langsung berubah. Saat itu wajah SBY langsung berubah masam dan melipat lengan tangannya. SBY kemudian tak tahan mengomentari ocehan liar Prabowo itu. Ia melakukan konferensi pers singkat. Menurutnya ocehan Prabowo itu tak elok.

Pesan tikaman balik Prabowo kepada SBY jelas. Jika SBY sekarang berbalik merapat ke Jokowi, itu karena ada sate di balik kerupuk. SBY terang tidak mendukung Jokowi termasuk Ani Yudhoyono. Bahkan SBY sangat ngebet mendepak Jokowi. Namun, karena gagal, SBY berbalik menyerah. Sekarang terpaksa ikut arah angin semilir.

Tentu saja tikaman Prabowo itu dibalas cepat oleh SBY. AHY-Ibas bersama isteri mereka masing-masing kembali berlebaran-ria di istana bersama Jokowi. Tidak cukup dengan itu, AHY-Ibas mendatangi Mega dan berselfie ria. Pesannya jelas. Prabowo telah selesai. AHY-Ibas memulai kehidupan baru bersama Kubu Jokowi-Mega.

Bersama Jokowi, ada kehidupan. Ada optimis. Ada keyakinan, ada harapan. Ada kue lezat, kue donat, kue brownies. Sementara bersama Prabowo, tak ada harapan, tak ada kehidupan. Yang ada hanya aura pesimistis, aura kegagalan, aura malapetaka, aura Indonesia bubar.

Namun, bukan namanya Jokowi kalau sekali lagi tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain memainkan kartunya. Jokowi ingin melihat SBY-Prabowo, Agus-Sandiaga terus beradu memperebutkan dirinya. Tujuannya untuk kepentingan Pilpres 2024. Tentu bagi Jokowi, taktik ini bertujuan untuk menjinakkan Prabowo yang merengek-rengek meratapi kekalahan.

Lewat pintu Jusuf Kalla, Jokowi-Prabowo akhirnya bisa bertelepon-teleponan. Hasilnya elit-elit Gerindra mencium aroma tawaran kursi menteri dari Jokowi. Sandiaga sedang digoda kursi menteri. Tentu ada syaratnya dari Jokowi. Prabowo berhenti merengek.

Kalaupun Prabowo masih memberi perlawanan di MK, hal itu tidak lebih sebagai dagelan penghiburan bagi para pendukung butanya. Semua paham bahwa bukti omong-kosong tuduhan kecurangan TSM (terstruktur, sistematis dan masif), yang dibawa Bambang Widjajanto di MK, akan membuat lelucon tingkat tinggi. Sampai kiamat, Prabowo tidak akan pernah menang di MK.

Tak ada pilihan lain bagi Prabowo selain mengakui kemenangan Jokowi. Setelah skenario rusuh kubunya 22 Mei gagal dan skala kerusuhan dipatahkan Polri dan TNI, Prabowo tidak punya pilihan lain. Ia harus fight dan adu tikam dengan SBY memperebutkan hati Jokowi.

Ke depan, potensi saling tikam SBY-Prabowo terbentang. Sejak Prabowo ikut dipecat oleh SBY dari militer, sejak itu pertarungan keduanya bagai api dalam sekam. Selama 10 tahun menjadi Presiden, SBY menghabiskan sepertiga energinya menghadapi berbagai manufer Prabowo.

Pun ketika keduanya bergabung di Pilpres 2019, keduanya tidak pernah sepi dari aksi saling tikam termasuk aksi Prabowo yang menikam SBY dengan tidak memilih Agus menjadi Cawapresnya. Bahkan saat kampanye pun, elit-elit pendukung kedua belah pihak saling tikam.

Tentu saja aksi saling tikam SBY-Prabowo membuat Jokowi santai. Ia tidak perlu menghabiskan energinya membaca berbagai manufer SBY ke depannya. Pun sama halnya dengan Prabowo. Biarkan kedua jenderal ini saling tikam.

Lalu Jokowi akan fokus bekerja membangun sumber daya manusia Indonesia pada periode ke duanya. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.