Kolom Asaaro Lahagu: MANTAP! JOKOWI BUAT MALAYSIA PERTAMAKALINYA MENGEMIS KEPADA INDONESIA

Kemarin, perhelatan Asian Games selesai sudah. Ada banyak keuntungan yang diraih di sana. Apa saja keuntungan itu? Mari kita hitung dengan hati riang, gembira dan bahagia selamanya.

 

Wapres Jusuf Kalla (JK) beberapa bulan lalu, membeberkan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang bersama INASGOC di Kantor Komite Olimpiade Indonesia (KOI) di Jakarta (Kompas, 25 Maret 2018).

Menurut JK, total anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 30 triliun.

Anggaran itu terdiri dari biaya infrastruktur jangka panjang dan perbaikan sarana Asian Games di Palembang dan Jakarta. Besaran dana Rp 30 triliun. Dana ini kemudian benar-benar keluar untuk membiayai perhelatan Asian Games.

Dengan dana yang keluar Rp 30 triliun, maka duit yang bisa dipancing agar berputar sebesar Rp 45-47 triliun. Jumlah ini berdasarkan data Indonesia Asian Games 2018 (Inasgoc). Duit Rp 45 triliun itu berasal dari perputaran pengeluaran pengunjung, biaya perhelatan dan biaya konstruksi serta infrastruktur.

Lalu, berapa uang masuk yang diraih oleh Indonesia? Menurut Menteri Pariwasata, Arief Yahya, dikutip dari laman kemepar.go.id, dampak langsung (direct impact) dari Asian Games berupa spending dari wisatawan asing yang datang menyaksikan pertandingan sebesar Rp 3 triliun. Realisasi direct impactnya sebesar Rp 7 triliun.

Selain direct impact, Indonesia juga akan mendapat keuntungan dari indirect impact melalui media value dan branding Indonesia. Gelaran Asian Games ditonton sebanyak 300 juta penonton televisi dengan standar biaya media US $25 per 1.000 penonton. Hasilnya bisa triliunan Rupiah.

Jika dikurangi dengan pengeluaran modal sebesar Rp 30-32 triliun yang dikeluarkan oleh negara, maka uang masuk secara langsung sebesar Rp 3-7 triliun itu sebetulnya tidak mampu mengembalikan modal Rp 30-32 triliun itu. Modal yang telah dikeluarkan oleh negara sebesar Rp 30-32 triliun itu tidak bisa kembali.

Namun, modal yang dikeluarkan itu, tidak sia-sia atau menguap begitu saja. Mengapa? Karena modal Rp 30-32 triliun itu dalam bentuk infrastruktur berupa LRT, wisma atlet, jalan, dan sarana olahraga lainnya baik di Jakarta maupun di Palembang.

Infrastruktur yang dibangun ini tetap menjadi keuntungan tersendiri karena bisa dipakai hingga 50 tahun ke depan. Jadi, sebetulnya, modal Rp 30 triliun itu tidak hilang tetapi tetap bermanfaat bagi Indonesia. Lalu, di mana keuntungan besar itu?

Selain keuntungan branding luar biasa Indonesia di seluruh dunia, keuntungan paling spektakulernya dari Asian Games itu adalah berupa rasa nasionalisme dan kebanggaan tersendiri atas NKRI. Kebanggaan atas nama harum NKRI diperoleh dari sikap hormat seluruh dunia dan rasa segan kepada Indonesia atas kesuksesan pesta olahraga Asian Games 2018 yang luar biasa.

Saat atlet Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya seraya menghormat bendera, air mata menetes tanda kebahagiaan. Belum pernah ada euforia serentak seluruh rakyat Indonesia yang menangis bahagia atas prestasi gemilang para atlet Indonesia.

Rasa nasionalisme yang lahir berkat Asian Games nilainya miliaran dollar. Ingat miliaran dollar dan bahkan tak ternilai. Itu keuntungan besar yang dibuat Jokowi. Berkat Asian Games, jiwa nation kita lahir kembali. Ia meledak, mengaum, bergelora dan melonjak-lonjak.

Ketika bendera merah putih berkibar mengiringi medali emas yang diraih atlet terbaik, rakyat Indonesia merasakan kebanggaan sebagai bangsa. Di antara 10 negara ASEAN, hanyalah Indonesia yang bisa berbicara banyak menandingi negara lain di luar ASEAN.

Lalu, di mana Singapura, Malaysia, dan Thailand yang selama ini jago kandang? Ternyata Singapura keok. Thailand KO. Medali emas yang diperoleh hanya seupil. Lihatlah kiprah Malaysia di Asian Games. Negara ini tak bisa berbicara banyak. Dulu negara ini sering menyombongkan diri kepada Indonesia.

Malaysia di zaman Pepo SBY, Indonesia diobok-obok. Mereka berani memindahkan batok-batok perbatasannya dengan Indonesia. Lalu Singapura, negeri seupil itu berani sesuka hatinya melanggar wilayah udara Indonesia dan bahkan menguasainya. Sekarang? Semuanya sudah berubah dalam 4 tahun. Malaysia mengemis.

Di Asian Games, untuk pertama kalinya Malaysia mengemis kepada Indonesia. Apa yang diminta Malaysia kepada Indonesia? Berbagi emas. Saat Indonesia hampir menyabet 14 medali emas di Pencak Silat, Malaysia dengan rasa mengemis, meminta sebagian jatah emas kepada Indonesia.

Apa maksudnya? Malaysia meminta Indonesia agar sedikit mengalah sehingga medali emas mereka sedikit bertambah dari pencak silat. Walaupun hal ini hanya rumor dari penonton Indonesia, namun kalau dipikirkan dalam-dalam, ada benarnya juga.

Lalu apa jawaban dari Indonesia dari rasa memelas Malaysia itu? Indonesia sama sekali tidak mau mengalah. Prinsipnya sportif. Olahraga ya olahraga. Tanding ya tanding. Merasa kalah dan Indonesia tidak mau berbagi, mengamuklah atlet pencak silat bernama Mohd Al Jufferi yang mewakili Malaysia. Ia membuat alibi dengan merasa dicurangi.

Al Jufferi tidak terima perlakuan juri pertandingan yang dinilai ogah-ogahan memberikan poin kepadanya. Dengan alibi mendapat perlakuan tidak adil, Al Jufferi pun memilih mundur hanya dua detik menjelang pertandingan selesai. Karena masih kesal dengan juri, juara dunia pencak silat itu kemudian melampiaskan amarahnya dengan memukul papan pembatas di belakang ruang pemanasan Padepokan Pencak Silat TMII.

Lalu, di mana Malaysia yang selama ini angkuh, sombong, dan memandang rendah Indonesia? Malaysia sekarang sudah hancur lebur di tangan PM Najib Rajak yang korup. Negara itu terpaksa diambilalih oleh PM tua Mahatir Muhammad dengan sisa-sisa kejayaan masa lalu. Sementara itu, Indonesia kini siap meninggalkan Malaysia yang diambang kebangkrutan. Siapa di balik semuanya itu?

Sang Presiden kita, Jokowi. Ia adalah sosok pekerja keras. Di tangah Presiden ndeso inilah Indonesia berjaya dan disegani di dunia internasional. Di tangan Jokowi jugalah, Malaysia untuk pertama kalinya mengemis kepada Indonesia.

Jadi, tak berlebihan jika kita beri kesempatan kepada Jokowi satu periode lagi untuk memimpin Indonesia. Jadi #JokowiLagi.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.