Kolom Asaaro Lahagu: SKENARIO KEJI (7 Langkah Prabowo Tunggangi Kasus Ratna Kepada Jokowi)

Apa yang terjadi jika Ratna Sarumpaet benar dipukul orang sampai bonyok? Mari kita berandai-andai. Jika benar-benar Ratna dipukul orang dan polisi masih menyelidikinya, 2 langkah grasa-grusu Prabowo, yaitu langkah pertama, langsung mengunjungi Ratna dan ke dua, melakukan konferensi pers, akan berlanjut pada langkah ke tiga.

Jika pada langkah ke dua, yakni konferensi pers, Prabowo sudah mengutuk penganiyaan Ratna sebagai tindakan pengecut, menyinggung kasus-kasus sebelumnya yang tidak jelas penyelesaiannya, maka langkah ke tiga lebih menggigit. Apa langkah ke tiga itu?




Prabowo akan mengunjungi Kapolri Tito dan berbicara mengenai penganiayaan Ratna. Sudah pasti dibawa juga Si Amin Rais, sang pengkhianat menurut Tri Sutrisno. Keduanya akan berbicara dari hati ke hati kepada Tito. Apa artinya berbicara dari hati ke hati? Mereka dengan suara pelan, setengah berbisik, sambil senyum mengancam Kapolri Tito.

“Pak Kapolri, tolong dengan segera tangkap pelakunya. Selidiki siapa di belakangnya. Apakah suruhan Jokowi? Kalau suruhan Jokowi atau tim suksesnya atau orang di sekitarnya, jangan bela itu si Jokowi,” ucap Amin Rais.

“Jika Jokowi terlibat, Pak Tito tidak boleh mencoba-coba membelanya. Akan ada 7 juta pendemo di Monas. Itupun untuk ukuran si Ahok. Tentu untuk ukuran Jokowi sebagai Presiden, pendemonya 2 kali lipat, 14 juta. Mereka akan berkerumun dari Monas sampai ke Senayan. Ingat Pak Kapolri, ya, jangan coba-coba membela Jokowi,” ancam Amin Rais.

“Saya minta kepada Pak Tito agar menegakkan hukum seadil-adilnya. Sudah banyak kasus tidak jelas. Kasus Novel, kasus Neno yang ditolak untuk mengunjungi beberapa wilayah di negerinya. Kali ini usut tuntas penganiayaan Ratna Sarumpaet itu. Jika ada keterlibatan penguasa, Pak Tito harus netral dan menegakkan hukum tanpa pilih bulu,” tegas Prabowo.

Apa reaksi Kapolri Tito? Tentu Tito di bawah tekanan. Mendengar pendemo 14 juta, membuat Tito tarik nafas dalam-dalam. Terbayang energi yang harus keluar lagi untuk mengamankan demo yang akan dikerahkan Amin Rais.

Untuk menetralisir sedikit situasi, Tito akan berbicara kepada pers bahwa polisi akan bekerja keras untuk menyelidiki kasus penganiayaan Ratna secepat mungkin. Polisi akan profesional dalam bekerja. Tito akan meminta kesabaran dan menjaga situasi kondusif kepada berbagai pihak.

Setelah langkah ke tiga, langkah ke empat dilakukan. Langkah ini semakin berbahaya. Seusai mengunjungi Kapolri Tito, Amin Rais akan melakukan konferensi pers juga. Nada suara Amin Rais akan langsung menuding Jokowi. Ia mungkin mengatakan bahwa negara kita semakin kacau. Pembungkaman di mana-mana. Perampokan, penjarahan dan ketidakpastian hukum.




“Tanda-tanda dari Allah akan melengserkan Jokowi semakin terlihat. Pemukulan Ratna adalah blunder besar Rezim Jokowi. Kita tidak bisa lagi mempercayai Rezim Jokowi, rezim ini sudah harus diganti, bla…bla…bla. Itu mungkin kalimat yang diucapkan Amin Rais. Dan Fahri Hamzah menambahnya: “Kami tidak sudi dipimpin Jokowi lagi.”

Situasipun semakin panas. Tim buzzer Prabowo mulai semakin liar memprovokasi rakyat. Ada Ferdinand Hutahaean, Dahnil Azar, Fadli Zon, Rachel Maryam, Nanik Deyang, Arief Pouyono, Natallius Pigai, Fahira Idril, Habiburokhman, Sandiaga Uno, Hanum Rais, Said Didu, Eggy Sudjana, Captain Firdaus, dan lain-lain terus berkomentar tentang kasus Ratna.

Orang-orang itu sebagaimana yang masuk dalam daftar laporan Farhat Abbas, akan silih berganti mengecam, mengutuk dan menuding pemerintah ada di balik penganiayaan Ratna. Kasus terus digoreng, ditumis dan disambal. Semua serangan terpusat kepada Jokowi.

Ketika kasus sudah sangat panas dan matang, demo pun mulai dikibarkan. Inilah langkah ke limanya. Target pendemo 100 ribu orang pun dikerahkan ke Monas. Para pengikut HTI dan FPI akan dengan setia mengikuti arahan Amin Rais. Kecaman dan ketidakbecusan pemerintahan Jokowi menjaga demokrasi dikumandangkan ke seluruh negeri.

Situasi dibuat seolah-olah mencekam. Demo bergelombang ketika situasi memihak Prabowo akan kembali dibuat. Sambil berdemo, langkah ke enam dilakukan. Fitnah kepada Jokowipun akan diulang-ulang sampai dianggap sebagai kebenaran.

Tudingan siapa yang bermain pada kasus Ratna semakin liar. Tim Prabowo mencoba mengaburkan fakta, mengalihkan perhatian, membeberkan sinyal-sinyal yang mengecoh agar polisi tidak segera menemukan siapa pelakunya. Semakin lama pelakunya tidak ditemukan, pihak Prabowo semakin senang. Dan kalaupun polisi sudah menemukan pelakunya, akan ada tuduhan dan fitnah dikeluarkan semisal polisi tidak jujur membongkar siapa di belakang para pelaku.

Elektabilitas Prabowopun naik dipengaruhi gerakan demo. Masyarakat mulai bersimpati kepada Prabowo sebagai pejuang kebenaran. Sementara itu tim Prabowo terus menebar ketakutan kepada masyarakat. Situasi sudah sangat kacau. Rezim Jokowi sudah harus diganti. Cukup 1 periode. Jokowi karena tidak mampu, hanya bisa bekerja, bekerja, bekerja.

Langkah ke tujuh pun menjadi langkah pamungkas. Jika Jokowi masih bertahan dan belum bisa dijatuhkan oleh gerakan massa, maka Pilpres menjadi taruhannya. Masyarakat yang sudah ditakut-takuti dipastikan enggan memilih Jokowi dan lebih memilih Prabowo. Jokowi menang dan menjadi Presiden RI yang ke delapan. Fitnah menang, kebenaran kalah. Keji.

Tetapi Tuhan di atas sana ternyata tidak setuju. Ratna yang selama ini memang tukang bohong dipakai untuk membongkar kebohongan tim Prabowo yang gemar menyebar hoax. Tuhan sudah mulai bosan akan tingkah gerombolan Prabowo selama ini. Hanya 2 skenario keji Prabowo yang diizinkan Tuhan. Skenario ke tiga untuk bertemu dengan Titopun tidak dikabulkan.




Tuhan tetap membela kebenaran. Jokowi yang tulus membantu rakyatnya siang malam, diberi kekuatan untuk tidak reaktif menanggapi konferensi pers Prabowo 2 Oktober 2018 itu. Jokowi dengan teguh terus bekerja. Hasilnya, Prabowo yang menyebar hoax, tertipu bersama tim pemenangannya. Skenario keji 7 langkah Prabowopun gagal. Elektabilitas Prabowo pun akan berdampak akibat kasus Ratna.

Prabowopun panen hasil blundernya. Jika saja ia membuang kecurigaannya kepada polisi dan menunggu sedikit, maka Prabowo tidak akan tertipu. Padahal polisi sudah memperingati Prabowo dengan memberikan informasi awal bahwa tidak ada penganiayaan Ratna di Bandung, pun tidak ada daftar namanya di rumah sakit. Toh Prabowo tetap bersikukuh dan nekat untuk melakukan konferensi pers.

Hasil konferensi persnya? Prabowo #CapresHoax, #PrabowoCapresCeroboh, #JenderalCeroboh, #PrabowoJenderalCeroboh. Begitulah kura-kura.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.