Kolom Asaaro Lahagu: STOP SARA NENEK LU!

PKS tiba-tiba mengajak publik untuk menghentikan isu SARA. Ajakan PKS itu tentu saja membuat publik muntah, termasuk Yenny Wahid. “Anda, PKS dan Demokrat yang memulai isu SARA. Anda harus bertanggungjawab,” tegas Yenny.

Dari ucapan Yenny Wahid ini, ada pesan jelas. Isu SARA yang hampir menenggelamkan dan memporakporaknda negeri ini dimulai oleh PKS.

Demi nafsu berkuasa, PKS memakai isu SARA sebagai senjata utama. Dan itu berhasil di Pilkada DKI Jakarta. Jika kemudian Yenny Wahid langsung menyemprot langsung PKS yang tiba-tiba mengajak untuk menyetop isu SARA, itu adalah luapan kemarahan. PKS memang pintar bermuka munafik. ketika partai tersudut, maka ia pura-pura bermanis muka. Dan malah ingin menunjukkan diri menjadi pendekar penghentian isu SARA.

Mengapa PKS langsung bertobat 180º soal isu SARA? Pun Fadli Zon mengatakan bahwa isu agama sudah selesai dan sekarang isu ekonomi yang lebih penting. Apa yang terjadi di kubu PKS, PAN, Gerinda dan Demokrat? Apakah di sana sudah ada pertobatan ajaib?

Saya sendiri heran mengapa isu SARA tiba-tiba hilang ditelan bumi? Awalnya saya prediksi, ketika Jokowi mendeklarasikan diri bersama wakilnya, isu SARA akan langsung menggema, sahut-menyahut dan gemuruh. Tetapi setelah seminggu, isu SARA yang dinantikan itu masih hening. Apa yang sedang terjadi?

Mengapa seorang Amin Rais, tiba-tiba hilang? Apakah karena nafsunya ingin menyerupai Mahatir Muhammad di Malaysia yang gagal, sudah membuat urat malunya putus? Di mana koar-koar isu SARA Rizieq Shihab yang sebelumnya didatangi Amin Rais? Hilang.

Apakah karena sosok Ma’ruf Amin di kubu Jokowi? Apakah isu SARA sedang disimpan? Jika melihat dari pernyataan PKS yang mengajak untuk menghentikan isu SARA dan penegasan Fadli Zon bahwa isu SARA sudah selesai, maka kecil kemungkinan isu SARA sedang disimpan sebagai senjata pamungkas. Jadi alasan sosok Ma’ruf Aminlah bisa jadi kunci jawabannya. Mengapa?

Untuk sementara, sosok KH Ma’ruf Amin mulai terbukti menjadi kartu truf Jokowi. Ketika KH Ma’ruf maju, terlihat semua menjadi sungkan dan takut. Salah bully sedikit, Banser akan langsung bergerak. Kyai Haji Ma’ruf adalah sosok yang sangat dihormati NU. Di belakang Ma’ruf ini, ada puluhan juta warga NU dengan ratusan ribu banser yang tersebar di pelosok negeri.

Maka cukup logis alasan isu SARA ditinggalkan. Simbol NU dan ulama sekarang ada di kiri-kanan Jokowi. Sebaliknya justru di kubu Prabowo, sosok ulama ditinggalkan secara mengharukan. Malah yang jadian adalah Sandiaga Uno, sosok auto santri post Islamisme.

Ketika isu soal SARA terutama isu agama tak bisa dipakai untuk menyerang Jokowi, maka isu cepat-cepat ditinggalkan. Isu baru pun diangkat. Dan isu itu tidak lain selain isu ekonomi. Ke depan kemungkinan kubu Prabowo akan mati-matian mengangkat, menumis, menggoreng, memanggang isu ekonomi ini.

Kembali ke PKS yang sebelumnya memulai isu SARA. Kesadaran PKS bahwa isu SARA mulai tidak laku ketika kekalahan PKS di Jawa Barat. Ternyata isu jualan agama tidak selalu laku walaupun sudah ditumis dan digoreng sedemikian rupa. Isu SARA di Jawa Barat ternyata gagal total.

Bukan hanya gagal di Jabar, isu SARA yang sebelumnya menjadi senjata andalan, lama-kelamaan berbalik menghajar PKS. Dukungan PKS kepada HTI misalnya membuat partai ini dicap sebagai bagian dari HTI itu sendiri. Akibatnya, PKS yang identik dengan HTI sulit dihapus dari memori publik.

Kini PKS harus menuai apa yang telah ditanamnya. Isu SARA yang telah dimulainya di Pilkada DKI, kini berbalik menghancurkan dirinya. Gagalnya ke 9 Capres dan Cawapres PKS bersanding dengan Prabowo, membuat PKS semakin tenggelam. Tak ada lagi figur PKS yang bisa mengangkat elektabilitas partai.

Tentu saja yang ditakuti PKS adalah kehancuran PKS pada Pileg 2019. Apalagi di mana-mana berseliweran tagar tenggelamkan PKS. Bisa dibayangkan jika PKS tenggelam dan tidak lolos ke Senayan, apa kata Fahri Hamzah yang menang telak atas PKS? Bisa kiamat PKS.

Kini PKS bersama PAN berubah dari partai Allah menjadi partai penggembira. Keduanya hanya sebagai penyorak dan pendukung Prabowo di tengah isu duit Rp. 500 miliar Sandiaga. Akankah strategi PKS yang meninggalkan isu SARA manjur? Entalah.

Mungkin kalau Ahok, korban SARA PKS, mendengar bahwa PKS sekarang sedang mengajak untuk menyetop menggunakan isu SARA, Ahok akan menjawab: Stop SARA nenek lu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.