Kolom Asaaro Lahagu: TAKTIK GIMIK SANDIAGA TEKUK JOKOWI

Perhatikan baik-baik gelagat Sandiaga Uno. Dalam tempo 3 minggu, ia sukses menjalankan 3 taktik gimik yang hebat. Mulai dari menyogok PKS, PAN; berkoar-koar di media mengabarkan keinginannya bertemu Ma’ruf Amin dan mencium tangan Jokowi; mau bertemu Gatot, membungkam mulut para politisi dengan kata ‘shut up’, sampai aksi menjual dollarnya.

Taktik gimik paling anyar Sandiga adalah aksi menjual dollarnya.

Ia seakan-akan membela pemerintah, mencintai NKRI dengan ikut menjual dollarnya. Padahal, dalam 8 kebijakan Jokowi soal merosotnya Rupiah, tidak ada gerakan cinta Rupiah atau himbauan untuk menjual mata uang dollar ala Presiden Turki, Erdogan.

Faktanya di balik aksi jual dollarnya, Sandiaga untung 2 hal. Pertama, Sandiaga untung ketika menjual dollar ke Rupiah. Sandiaga paling tidak untung Rp. 1.500 per dollar. Jika ia menjual 10 juta dollar saja (30% dari assetnya), maka Sandiaga bisa untung Rp 15 miliar Rupiah.

Ke dua, Sandiaga untung dari segi pencitraan. Ia pura-pura membuktikan kecintaannya kepada negara, mencintai Rupiah dan membela Pemerintahan Jokowi yang sedang tersudut. Bahkan tak segan-segan memerintahkan para politisi agar ‘shut up’ yang berarti diam atau tutup mulut, ketika Rupiah anjlok.

Sandiaga dengan taktik gimiknya, berhasil memperdayakan Jokowi secara halus. Ia berlaku seolah-olah pembela Jokowi, namun sebenarnya ia sedang membangun citra sebagai Cawapres sejati yang tidak mau ‘memukul lawannya di atas ring ketika sudah terpojok’.

Sebelumnya Sandiga juga sudah menjalankan taktik gimiknya yang membingungkan Kubu Jokowi. Adalah hal yang wajar ketika Sandiaga menjalankan politik safari ke beberapa pihak di luar Kubu Jokowi. Namun, ketika Sandiga ingin melakukan safari kepada Ma’ruf Amin dan Presiden Jokowi, adalah suatu keanehan.

Sandiga berkoar-koar di media, bahwa dia ingin bertemu langsung dengan Ma’ruf dan Jokowi. Dalam pertemuan itu, Sandiaga ingin mencium tangan Ma’ruf dan Jokowi sendiri. Apa pesan dari taktik Sandiaga ini? Ia sedang melakukan taktik gimik. Ia seolah-olah sedang menunjukkan kepatuhan, kerendahan hati, keteladanan dengan menghormati orang yang lebih tua atau bosnya sendiri.

Padahal, sebetulnya, Sandiaga ingin mencari simpati masyarakat agar dikenang sebagai pribadi yang santun, sopan dan baik seraya mengharapkan diliput media secara besar-besaran. Sampai saat ini, belum ada respon Kubu Jokowi untuk meladeni pertemuan dengan Sandiaga itu.

Jika kita melihat ke belakang, maka semakin terlihat taktik gimik Sandiaga itu. Ia berani menyogok PKS, PAN demi mencapai tujuannya. Sama seperti pengakuan orangtua angkatnya, Ny Lili Soeryadijaya, bahwa Sandiaga telah menipu mereka demi menjadi pengusaha.

Taktik gimik Sandiaga ketahuan ketika Andi Arief membongkar kedok besar Sandiaga. Melihat kemelut antara Prabowo vs PKS, PAN ditambah tekanan Demokrat, munculah Sandiaga Uno. Ia muncul bak pahlawan di muka Prabowo dengan sekardus duit Rp 500 miliar untuk membungkam PKS dan PAN.

Di hadapan media, Sandiaga awalnya mengakui bahwa duit sogok itu sebagai dana kampanye. Namun, ketika ia dikejar soal peraturan dana kampanye, Sandiaga berkelit bahwa dia tidak pernah memberikan duit Rp 500 miliar kepada PKS dan PAN.

Kalau menilik kembali lebih ke belakang, maka terlihat kelicikan pada program Sandiaga OK OC. Program ini penuh kebohongan dan digunakan untuk memenangkan dirinya dan Anies di Pilgub DKI Jakarta. Kini program OK OC itu tengah bangkrut.

Melihat OK OC tak jalan dan bangkrut, Sandiaga dengan licik melemparnya kepada Gubernur Anies yang juga tidak tahu apa-apa. Ternyata Sandiaga hanya menggunakan Program OK OC sebagai gimik untuk merebut kekuasaan. “Dimodali, diberi tempat dan dicariin pembeli”, begitulah spanduk kampanye Sandiaga soal OK OC.

Lalu, apa artinya gimik itu sendiri? Gimik (gimmick) berarti seni gerak-gerik tipu daya aktor untuk mengelabui lawan peran. Istilah gimik pada awalnya digunakan di panggung teater seni peran. Peran antagonis dan protagonist dalam seni teater sesungguhnya disetting sedemikian rupa sesuai dengan keinginan sutradara. Bukan hanya dalam seni peran, beberapa reality show televisi di berbagai belahan dunia, juga merupakan hasil setting-an alias gimik.

Dalam pergaulan sosial, istilah ngegimik kerap ditemukan. Artinya, bersikap atau berpenampilan pura-pura untuk maksud-maksud tertentu. Misalnya seseorang berpenampilan pura-pura serius, padahal hanya bercanda. Orang-orang yang Caper biasanya mulai melakukan gimik karena merasa kalah saing dari teman-temannya.

Maka, untuk memenangkan kompetisi perhatian, biasanya yang bersangkutan melakukan penonjolan peran, laku lajak (over acting) serta lebih agresif dalam pergaulan demi sebuah pencitraan, atau perhatian yang lebih dari lingkungan.

Di era medsos sekarang, banyak pelaku bisnis melakukan gimik alias berpenampilan pura-pura untuk merebut pangsa pasar agar jualannya laku. Ada juga yang berperan sambil menyelam minum air seperti yang dilakukan Sandiaga. Mencintai Rupiah dengan menjual dollar dan mendapat keuntungan atau terjun ke daerah, pergi ke luar negeri dengan biaya APBD sambil melakukan kegiatan bisnis.

Sekarang, istilah gimik sudah masuk dalam ranah politik seperti yang dipertontonkan oleh Sandiaga. Taktik gimik mulai dilakukan oleh para politikus atau pejabat publik yang lebih mementingkan pencitraan daripada fakta kerja. Lebih banyak janji-janji ketimbang bukti. Dan, tentu saja, istilah tersebut lebih bernuansa negatif, yakni sebagai strategi propaganda untuk merebut kursi kekuasaan.

Sandiaga dalam usahanya merebut kekuasaan, ia tak segan-segan melakukan taktik gimik alias taktik kepura-puraan, dusta dan kebohongan. Dengan kata lain, Sandiaga saat ini sedang menggunakan taktik gimik untuk menekuk Jokowi. Apakah kelak dia berhasil? Gimik tetaplah gimik, dusta tetaplah dusta, akan terbongkar pada saatnya. Begitulah kura-kura.

One thought on “Kolom Asaaro Lahagu: TAKTIK GIMIK SANDIAGA TEKUK JOKOWI

  1. “Ia seakan-akan membela pemerintah, mencintai NKRI dengan ikut menjual dollarnya.” kata AL dalam kolomnya.

    Sandiaga bergimik he he . . seakan-akan mencintai NKRI. Didunia perpolitikan internasional sekarang ini tidak terelakkan hanya ada dua pilihan yaitu pro nasionalisme atau pro globalisme/NWO. Itulah perkembangan dunia, perkembangan bangsa-bangsa dunia, setelah lenyapnya kontradiksi utama abad lalu antara sosialisme/komunisme kontra neoliberalisme/demokrasi atau antara Timur kontra Barat. Yang menarik ialah bahwa sebelum era internet, dunia atau manusia dunia masih menganggap bahwa neoliberalisme bertentangan dengan komunisme. Pandangan inilah yang telah ditanamkan di otak manusia selama 270 tahun, artinya sejak munculnya Manifesto Partai Komunis Marx 1848. Itulah hasil mind control dan brainwashing ditanamkan oleh benggolan NWO dengan memanfaatkan MSM (main stream media) milik mereka, yang berdominasi sejak manifesto itu. Media, bagi publik yang luas cuma itu. Suntikan apa saja terhadap publik, berjalan mulus karena tak ada media tandingan seperti di era internet. Mind control dan brainwashing mulus bangat jalannya.

    Harus diingat juga bahwa Marx disewa oleh bankir Rothschild untuk mengarang marxisme untuk menipu dan menyesatkan publik dan kaum intelektual pada jamannya. Harus dicatat juga bahwa teori Marx jelas banyak ngawur dalam soal penting seperti memutar balikkan atau mengaburkan teori ilmiah dialektika Hegel ‘tesis-antitesis-syntesis’. Dialektika Hegel tesis-antitesis-syntesi ini betul-betul mematikan bagi teori Marx soal perkembangan kapitalisme, terutama soal krisis kapitalisme. Tetapi apa daya, 270 tahun mind control itu . . . tidak ada yang bisa mengerti penipuan Marx itu selama ini.

    Dengan datangnya internet, bikin mind control dan brainwashing jadi berantakan karena semakin tertelanjangi semua yang lain-lainnya juga yaitu yang sangat penting ialah, bahwa

    NWO = KOMUNISME = NEOLIBERALISME dan berada dibawah satu pimpinan yaitu bankir rentenir internasional Rothschild dkk. Belakangan Rothschild bilang kalau NWO collapsing, walaupun ini jelas adalah pernyataan politis, artinya punya maksud tertentu juga dibelakangnya. Yang sangat mencurigakan ialah tambah massivnya kegiatan narkoba, LGBT, sextrafficking, pornografi, pedofil, homo/boy porno, mind control anak-anak kindergarten, perusakan famili/keluarga dengan feminism dst. Kegiatan-kegiatan ini memang sangat luar biasa aktifnya beakangan ini.

    Pergolakan rakyat-rakyat dunia sangat jelas arahnya . . . bersatu dan berkumpul mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasionalnya, atau ikut melawan nasionalisme yang berarti ikut memperjuangkan neoliberalisme menuju kekuasaan global NWO. Tidak ada jalan tengah seperti berpura-pura cintai NKRI seperti yang dibikin Sandiaga. Sandiaga masih bisa terus berpura-pura atau bergimik, tetapi orang banyak atau publik sudah banyak belajar, dan semakin melihat dengan jelas HANYA ADA DUA PILIHAN. Sandiaga juga masih bisa ambil pilihan yang benar, kita akan apresiasi. Bahwa dia orang kaya tidak berarti harus ikut neolib/NWO, karena Trump juga orang kaya luar biasa, tetapi menentang NWO yang dia jadikan NO WORLD ORDER.

    Presiden Trump sudah bikin pilihan. Publik AS terpecah jadi dua pilihan itu. Trump melihat kedepan sesuai dengan janji kampanyenya, kepentingan nasional AS adalah yang utama, America First. Presiden Jokowi sudah bikin pilihan. Kepentingan NKRI yang utama.

    Bergimik berarti ikut sana, bukan ikut NKRI. Ikut ‘sana’ berarti ikut neolib=NWO=komunisme. Jelaslah sekarang perumusan ini.
    Arah perkembangan dunia juga semakin jelas. Partai-partai nasionalis di Eropah semakin besar, dan sudah menjadi nr 2 dibeberapa negara. Yang lain-lainnya sedang tumbuh pesat. Gelagat ‘collapsing’ NWO yang diduga Rothschild semakin nyata memang. Tetapi harus tetap WASPADA itu.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.