Ganjar adalah anak ideologis PDIP, penerus cita-cita revolusioner Bung Karno. “Selagi Palestina belum menjadi negara berdaulat dan diakui Israel, Indonesia tidak pernah membuka hubungan diplomatik apapun dengan Israel”.
Begitulah statement membahana Bung Karno saat masih hidup.
Keberpihakan Indonesia kepada Palestina, bukan hanya karena sesama negara Muslim tetapi juga karena senasib sebagai negara yang ditindas, diobok-obok, dirampas dan dihancurleburkan oleh negara lain.
Membela Palestina dan menolak Israel adalah amanat Konstitusi yang ditorehkan dalam pembukaan UUD 1945. PDIP adalah partai pembela dan pelaksana UUD 1945 secara lurus, murni dan konsekuen.
UUD 45 dan Pancasila adalah ideologis tulen PDIP. Ganjar adalah anak kandung ideologisnya. Dalam aliran darah Ganjar, mengalir sel-sel UUD 45 dan Pancasila.
Ganjar tidak pernah menolak Piala U-20 di Indonesia. Ia hanya dengan tegas, lugas dan terang benderang menolak Tim U-20 Israel datang ke Indonesia. Jika kemudian pelaksanaan Piala U-20 di Indonesia dibatalkan FIFA, itu adalah sebuah konsekuensi.
Posisi Ganjar yang menolak tim Israel dengan sangar adalah pertunjukan kejantanan. Soal Israel, Ganjar benar-benar jantan tulen. Posisinya jelas. Berbeda dengan capres lain yang memilih jadi banci dan tidak mau berkomentar.
Ketika kemudian U-20 batal, Ganjar dihujani rudal kekecewaan. Ganjar tetap tegar, kukuh, dan kokoh saat diserang oleh para penggila bola di Tanah Air. Apalah arti U-20 itu dibanding dengan mengkhianati amanat konstitusi.
Euforia kekecewaan batalnya U-20 yang ditumpahkan secara membabibuta kepada Ganjar membuat elektabilitas Ganjar merosot tajam. Tapi ini juga sebuah konsekuensi.
Namun kejantanan Ganjar menolak kedatangan tim Israel memberi pesan yang sangat jelas. Ideologis PDIP yang diwakili oleh Ganjar, LOLOS TEST dengan nilai 100. Itu adalah buah kejantanan Ganjar. Hadiahnya elektabilitas Ganjar saat ini kembali rebound. Begitulah lato-lato.