Kolom Asaaro Lahagu: YUSRIL GAGAL JEBAK JOKOWI SOAL BAASYIR (Akhirnya Gigit Jari)

Saya menduga, pembisik pertama di telinga Jokowi untuk mendorong pembebasan ABU Bakar Baasyir (ABB) adalah Bang Yusril. Alasan saya sederhana. Lihatlah wajah Bang Yusril sesaat setelah dia mengumumkan bahwa ABB akan bebas. Wajahnya cengingisan, gembira ria, mirip orang yang ketiban durian runtuh.

Jika ABB dibebaskan, maka Yusril-lah yang paling diuntungkan.

Bang Yusril dianggap berhasil menyusup di Kubu Jokowi. Selain itu, Bang Yusril juga dipastikan akan ketiban durian runtuh. Lihat saja sekarang. Bang Yusril terus merapat berselfi-ria dengan ABB di depan kamera wartawan.

Bukan namanya Bang Yusril jika tidak lihai memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Dia tahu bahwa lewat pembebasan ABB, Bang Yusril akan menjelma sebagai pahlawan di siang bolong di mata umat Islam garis keras. Simpati umat Islam tentu mengalir deras kepada Bang Yusril.

Dan kita tahu menjelang Pileg, sekecil apapun simpati yang diraih, tetap saja amat berguna. Apalagi Bang Yusril saat ini lagi berjuang keras menghidupkan kembali partainya PBB yang sudah punah menjadi dinosaurus.

Kembali kepada bisikan Bang Yusil tadi. Karena Bang Yusril sudah resmi menjadi lawyer TKN, tentu Jokowi mendengarkan bisikannya. Lalu apa bisikan Bang Yusril itu kepada Jokowi? Dia bilang bahwa ABB ini sudah seharusnya dibebaskan dengan 2 alasan.

Pertama, masa tahanan sudah 2/3 dijalani. Sesuai dengan undang-undang bahwa narapidana yang sudah menjalani masa hukuman 2/3, bisa bebas bersyarat.

Ke dua, alasan kemanusiaan. ABB sudah ujur dengan umur 81 tahun, maka dengan alasan kemanusiaan, ABB sudah seharusnya dibebaskan.

Soal penolakan ABB tidak mau menandatangani pernyataan ikrar setia kepada Pancasila dan NKRI, menurut Bang Yusril tidak menjadi masalah. ABB bisa bebas melalui kebijakan Presiden Jokowi dengan syarat soal setia kepada Pancasila itu ditiadakan.

ABB sudah setia kepada Islam. Ia telah membela Islam dan itu sudah berarti membela Pancasila dan setia kepada NKRI. Pun soal ketentuan hukum baru bahwa para teroris tidak bisa bebas bersyarat, hal itu tentu tidak berlaku secara surut. Jadi ABB tetap bisa bebas.

Bisikan-bisikan Bang Yusril di atas jelas membuat Jokowi angguk-angguk kepala. Apalagi kalau Bang Yusril membisikkan sebuah rahasia bahwa dengan membebaskan ABB, Jokowi mendapat keuntungan secara politis, maka anggukan kepala Jokowi semakin dalam. Anggukan kepala itu terbukti saat Jokowi mengiyakan bahwa ABB bebas dengan alasan kemanusiaan. Sampai di sini bisikan Bang Yusril masuk. Masuk, Pak Eko!

Rupanya ada pembisik lain yang selama ini sangat ikhlas mendukung Jokowi. Pembisik ini adalah orang utama kepercayaan Jokowi. Dialah the operator istana. Kata si operator ini, bahwa pembebasan ABB bisa menjadi bermasalah, bisa melabrak hukum jika tidak memenuhi persyaratan.

Penolakan ABB soal kesetiaan kepada Pancasila dan NKRI sebagai salah satu syarat pembebasan, tidak bisa ditawar-tawar. Itu harga mati Pak Jokowi. NKRI harga mati. Begitu kata si operator.

Apalagi pembebasan ABB itu membuat pendukung Jokowi kecewa. Bukankah di mata para teroris, sisi kemanusiaan itu tak ada sama sekali? Bagaimana mungkin teroris dibebaskan dengan alasan kemanusian padahal mereka tak berperikemanusiaan?

Masukan baru ini membuat Jokowi tersadar. Ternyata dia sudah terlalu jauh mendengarkan bisikan Bang Yusril. Ia sudah terjebak. Apalagi Jokowi paham sekarang bahwa ternyata Bang Yusril itu memanfaatkan isu pembebasan ABB itu untuk menaikkan namanya. Ini jelas permainan tingkat tinggi politik.

Sekarang, Jokowi telah menyebak semak. Para ular beludak sudah keluar. Isu ABB menjadi polemik. Lalu apakah Jokowi sekarang sedang makan buah simalakama? Artinya serba salah? Jelas tidak.

Jokowi itu orang baik. Kali ini ia lagi-lagi lolos dari jebakan Yusril. Karena ada satu kunci yang dikaburkan Bang Yusril dan kini menjadi terang-benderang. Apa itu? Soal Pancasila dan NKRI harga mati.

Saya sendiri ragu ABB mau menandatangani ikrar setia kepada Pancasila dan NKRI. Ia pasti ngotot untuk menolaknya. Karena, bagi dia ayat-ayat suci di atas ayat-ayat konsitusi. Pemahaman ini sebetulnya benar jika merujuk pada penghayatan agama yang diyakini. Namun, jika merujuk pada kesatuan bangsa, maka ayat-ayat konstitusilah yang paling tinggi.

Jika ayat-ayat suci yang menjadi nomor satu, maka bangsa ini sudah punah. Antar seagama mayoritas saja saling mengkafirkan. Di dalamnya saling mengklaim aliran, mazabnyalah yang paling benar, dan tafsiran ayat sucinyalah yang paling benar.

Dengan alasan ABB ngotot menolak ikrar setia kepada Pancasila dan NKRI, maka penolakan itu sudah cukup kuat untuk membatalkan pembebasan bersyaratnya. Publik pun sangat memahami alasan itu.

Jika ABB mau menandatangani pernyataan kesetiaan kepada Pancasila dan NKRI, maka saya setuju ABB dibebaskan. Toh dia sudah sadar dan bertobat. Apalagi dia sudah ujur. Tentu persyaratan lainnya harus dipenuhi. Saya yakin para pendukung Jokowi memahami keputusan itu.

Jadi, keputusan soal bebas tidaknya ABB bukan lagi tergantung kepada Jokowi, tetapi tergantung kepada ABB. Jika ia setia kepada Pancasila dan NKRI dan memenuhi persayaratan lain sesuai dengan kaidah hukum, maka ia bisa menghirup udara bebas.

Sebaliknya jika ia menolak, ia tidak boleh dibebaskan. Dan saya yakin Jokowi tidak akan membebaskannya. Dengan demikian, jebakan kepada Jokowi gagal, dan Bang Yusril gigit jari. Begitulah kura-kura.

One thought on “Kolom Asaaro Lahagu: YUSRIL GAGAL JEBAK JOKOWI SOAL BAASYIR (Akhirnya Gigit Jari)

  1. Ulasan bagus dan masuk akal. Yusril ‘gigit jari’. Rumus politik soal kewaspadaan dalam merangkul lawan masih tetap berlaku.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.