Kolom Bastanta P. Sembiring: Jeruk Karo

bastantajerukMembaca berita tentang harga jeruk yang perlahan menanjak, tentunya merupakan angin segar bagi petani jeruk, khususnya lagi di Dataran Tinggi Karo, dimana jeruk merupakan salah satu komoditi unggulan daerah ini. Namun, lebih lengkapnya apa yang diberitakan oleh Loren Ketaren di Sora Sirulo hari ini membuat kita sedikit pesimis. Pasalnya, diberitakan kalau jeruk Karo kini kurang diminati para pedagang, dikarenakan daya tahannya yang tidak lama, membuat pedagang merugi.

Membaca berita ini, jadi ingat pembicaraan sebelumnya dengan beberapa agen jeruk di Jambi dan Riau yang barang dagangannya seluruhnya dipasok dari Dataran Tinggi Karo. Salah satunya Ginting, seorang pedagang yang sudah sekitar 6 tahun ini menjalankan usahanya di wilayah Jambi.

Pagi itu [Jumat 14/8], sekitar Pukul 09.00 wib, Ginting datang ke tempat saya dengan muka masam. Tidak seperti biasanya, dia selalu tampak segar dan gembira. Belum sempat turun dari sepeda motornya, saya melihat dia sibuk menelepon dari ponselnya.

Sebagai seorang sahabat yang juga masih ada hubungan keluarga, rasa ingin tahu sangat besar apa yang membuatnya murung. Namun, tidak harus menunggu saya bertanya, dia pun langsung bercerita, katanya: “Sudah kubilang dari kemarin sama turangndu, kalau barang dari X, Y dan Z jangan diambil. Pasti rugi!” Katannya tampak sedikit emosi.

Sudah dapat diduga, ini pasti masalah bisnis lagi. Perlahan saya mengorek lebih dalam, apa sesungguhnya yang menjadi inti permasalahannya.

Lalu katanya: “Sekitar 35 keranjang jeruk sekarang sedang di perjalanan.”

“Jadi, apa masalahnya?” tanya saya.

“Kan biasapun habisnya kam jual segitu? Untung kecilpun jadilah, yang penting barangndu habis,” sambungku mencoba meyakinkannya.

jeruk 3“Bukan soal jumlah barangnya itu, silih!” katanya sedikit menaikkan volume suarannya.

Sambungnya: “Sudah kubilang dari dulu sama turangndu kalau barang dari derah itu jangan diambil. Pasti rugi!” Menegaskan, dia pun mengulangi apa yang sudah dikatakannya sebelumnya.

Tanyaku lagi: “Kenapa kam berani menjamin itu pasti rugi.?”

Jawabnya: “Sudah pernah kita coba 4 keranjang. Sebenarnya, kemarin itupun saya berat menampungnya, tapi karena turangndu maksa, sebab itu barang punya kadé-kadénya (kerabat), makanya kita terima.”

“Lalu?” tanyaku penasaran.

“Ya, lebih setengah yang busuk sampai di sini,” jawabnya sembari tersenyum.

“Coba kam bayangkan. Ini sudah dikirim 35 keranjang dan masih ada 2 Coldt Diesel lagi yang tertahan di Kabanjahe, belum dikirim karena hujan deras,” diapun tertawa, wajahnya memerah dan matanya tampak berbinar-binar.

Lebih lanjut Ginting menerangkan, kalau ada beberapa daerah tertentu di Dataran Tinggi Karo, bahkan hingga ke Simalungun yang petaninya mengembangkan pupuk dan obat hama sendiri.

“Orang itu sudah canggih kali, silih. Bisa nanti diramunya pupuk itu biar mantab kali nampak buahnya. Tapi, itulah efeknya, cepat busuk,” kata Ginting.

Memang, saat dua tahun lalu saya singgah di daerah-daerah yang dimaksud Ginting, produksi lahan mereka, dari tampilan buahnya sangat menarik dan mengundang selera kita, namun efeknya pada daya tahannya. Saat buah sudah lepas dari tangkai (pohonnya), maka dapat dipastikan daya tahannya paling lama hanya satu hari. Bayangkan jika mengirimnya ke Jambi yang setidaknya butuh waktu 24 jam di perjalanan dan bagaimana pula ke Tanggerang yang setidaknya butuh waktu 4 hari perjalannan untuk truk niaga, juga ke daerah-daerah lainnya.

Saat saya menantang untuk pengiriman dengan kotak pendingin, Ginting tetap meragukan, sebab dia mengaku sudah pernah juga mencobanya dan hasilnya memang daya tahannya tidak lama.

Jika berkaca dari ini, maka sangatlah wajar para pedagang kemudian ragu untuk menampung buah dari Dataran tinggi Karo. Walaupun sesungguhnya hanya sebahagian kecil yang demikian.

jeruk 4Untuk memperjelas hal ini, saya coba menanyakan kepada beberapa teman asal Dataran Tinggi Karo yang saat di kampung juga berkecimpung di sektor perkebunan jeruk. Melalui pesan BBM, mereka pun membenarkan hal ini. Memang diindikasikan ada beberapa daerah di Dataran Tinggi Karo yang demikian dan semua membenarkan itu akibat dari pemakaian pupuk racikan sendiri.

Namun mereka menegaskan, itu hanya sebagian kecil saja dan untuk saat ini buah dan sayuran dari Dataran tinggi Karo masih diminati di pasar. Akan tetapi, lebih lanjut, mereka juga menyayangkan hal ini, karena jika produksi dari Dataran Tinggi Karo seperti ini semakin sering ditemukan, maka nama jeruk Karo dan juga tentunya hasil produksi pertanian Karo lainnya akan tercemar di pasaran.

Ini sebuah dilema bagi pertanian jeruk Karo. Di saat harga jeruk kian membaik, namun jeruk Karo itu disangsikan kwalitas dan daya tahannya. Untuk itu, diharapkan pihak terkait dalam hal ini, khususnya Pemkab Karo (Dinas Pertanian) untuk segera melakukan tindakan pencegahan, agar jangan karena beberapa daerah yang menghasilkan produksi yang kurang baik, daerah lainnya juga terkena imbasnya karena diragukan kualitasnya

Lebih lanjut Ginting menuturkan kalau ada beberapa daerah tertentu di Dataran tinggi Karo bahkan hingga ke Simalungun yang hasil produksinya (buah dan sayur) tidak tahan lama, sehingga jika penbgiriman yang memakan waktu berhari-hari akan merugi, karena barangnya akan membusuk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.