Kolom Boen Safi’i: HARAPAN ITU TERSISA HANYA SATU

Sebenarnya, kemunculan Ahok kemarin adalah sebuah fenomena. Sikap Ahok yang keras kepada begundal negara adalah hal baru yang jarang sekali kita jumpai saat ini. Ahok pun menyebut dirinya bahwa dialah anjing yang menjaga harta tuanya (rakyatnya).

Tetapi takdir dari Sang Maha Kuasa berkehendak lain, Ahok gagal memimpin ibu kota dan malah dipenjara karena “keseleo” lidahnya.

Peristiwa ini bermula dari ucapan Ahok yang mencampuri urusan agama lain. Apa daya, ucapanya menjadi senjata ampuh bagi lawan-lawan politiknya untuk menjegalnya di Pilgub DKI Jakarta. Ditambah sang kebo yang turut ngompor-ngompori agar Ahok dihukum penjara.

Ahok segera tersadar dari “kekeliruan” ucapanya. Sesegera mungkin dia minta maaf kepada semua umat yang tersinggung atas ucapanya.







Sudah beratus ratus kali dia minta maaf, baik di akun pribadinya, youtube atau pun tayangan tivi tetapi tetap saja ada gerombolan muslim karbitan yang tiada mau memaafkanya. Gerombolan muslim karbitan ini hanya berkata “dimaafkan tetapi proses pidana jalan terus”. Ya ALLOH Gusti, saya tak bisa memahami kenapa mereka yang mengaku Islam, tetapi giliran memberi maaf ko masih ada embel embelnya?

Bukankah jika kita mengaku Islam, kita wajib memaafkan siapa saja dengan ikhlas hati dan lapang dada? Bukankah ini hanya sebuah ucapan dan buru buru diralat oleh Ahok dengan meminta maaf kepada kita? Tetapi, beginilah jika politik dibungkus oleh agama. Tindakan yang jauh melenceng dari ajaran kesucian pun dianggap halal dan malah dianjurkan.

Berapa kali gerombolan muslim karbitan ini mengucapkan kalimat takbir yang Maha Suci, untuk sebuah tindakan kotor dan brutal. Untuk menebar fitnahan, menebar kebencian dan mengobarkan peperangan

Dari Jonru, Buni Yani, Saracen hingga terakhir kelompok MCA yang mengatasnamakan agama. Tetapi sayang, tindakannya jauh melenceng dari nilai-nilai suci suatu agama.

Ah sudahlah, Ahok adalah gambaran kegagalan demokrasi kita dan semua itu sudah menjadi takdir dariNya. Sekarang kita fokus ke depan, singsingkan lengan bajumu untuk menjaga kebhinekaan dan NKRI kita..

Karena masih ada satu anak bangsa yang perlu kita kawal dan kita jaga. Karena sekarang hanya dialah yang tersisa, dan belum tentu seratus tahun lagi kita menemukan seorang pemimpin sepertinya.

Dialah sang fenomenal saat ini, dialah Jokowi Sang Pembangkit Kejayaan NKRI.

Gusti mboten sare koh.

Salam Jemblem.

VIDEO: Lagu Karo berjudul Ngarap Gestung Api Bas Lau (Mengharapkan Bara Api dari Genangan Air) yang dinyanyikan oleh Lyodra Ginting di Karo Hilir (Kabupaten Langkat), yang baru saja memenangkan lomba menyanyi internasional di Italy.









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.