Kolom Boen Syafi’i: PERIODE KE 2 WAKTUNYA MAIN KERAS DAN TEGAS

Semestinya kalau pemerintah benar-benar menegakkan aturan, seorang mantan Gubernur Ahok tidak akan dipenjara tetapi hanya ditegur oleh Mendagri saja. FPI pun harus menyusul kakaknya HTI untuk dihabisi, karena terang-terangan ingin mengganti idiologi Pancasila dengan NKRI yang bersyariat.

Semestinya juga Riziek Shihab dipaksa pulang ke Tanah Air untuk mempertanggungjawabkan segala fitnah dan ocehan yang dilontarkanya.

Dan, tagar ganti presiden pun seharusnya dilarang keras, karena telah melanggar aturan KPU dengan berkampanye dini. Tetapi, fakta yang terjadi malah sebaliknya. Ahok tetap dipenjara, Riziek Shihab nyaman berlindung di ketiak wahabi Saudi dan FPI pun tetap ada. Sedangkan gerombolan PKS dengan tagar ganti presidennya makin ngelunjak dengan kampanye terang-terangan dan keliling Indonesia.

Apakah pemerintah lembek dan tidak punya nyali dalam menghadapi mereka? Apakah pemerintah takut untuk menegakan aturan?

Jawabnya adalah, menjadi seorang pemimpin sebuah negara besar yang bernama Indonesia, tentu berbeda dengan saat memimpin sebagai Gubernur Jakarta. Semua perlu strategi untuk menangani “duri dalam daging” di tubuh NKRI. Niscaya Pak Jokowi belajar banyak dari tragedi Pilkada Jakarta tempo hari.

Salah ngomong maupun blunder dalam hal kebijakan, pasti akan membuat mereka bersorak bahagia. Karena memang inilah yang ditunggu oleh mereka. Termasuk jika hukum dan aturan itu ditegakkan bagi mereka, maka niscaya lagu lama yakni pemerintah otoriter dan anti Islam akan sekuat tenaga mereka teriakan.

Demo yang bersilid-silid pun akan terjadi, isu agama dimainkan dan miliyaran uang disebarkan, hanya untuk meng-Ahok-kan seorang Jokowi. Bila nantinya atas izin Tuhan, Jokowi memimpin lagi negeri ini, maka inilah kiamatnya FPI, Riziek Shihab, PKS, dan gerombolan radikal lainnya. Dapat dipastikan pada periode ke duanya, Jokowi akan main keras dan tegas terhadap siapa saja yang berniat merusak kebhinekaan di NKRI.

Inilah yang ditakutkan oleh gerombolan fifis unta, maka musim Pilpres esok adalah penentuan hidup matinya gerombolan kaum intoleran di Indonesia. Kami warga NU tentu dengan senang hati akan mentahlilli mereka, meski kata mereka tahlil itu bidengah dan doanya tidak diterima oleh Sang Maha Kuasa.

“Tetapi bagi kami, doa tahlil tentu diterima olehNya, lha wong doa itu tidak pernah kembali kepada kami” (Al Maghfurlah Gus Dur).

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.