Kolom Boen Syafi’i: SAUDI DAN PARA KACUNGNYA BIKIN BODOH BANGSA INI

Sudah sering kita mendengar dan membaca berita, murid perempuan disuruh pakai jilbab di sekolah-sekolah milik negara. Bahkan siswi yang non Islam pun dipaksa juga untuk mengenakannya. Jilbab di sekolah negeri bahkan mereka yang pegawai negeri pun mengenakannya. Peraturan yang sebenarnya tidak wajib, tetapi kemudian menjadi “wajib” karena ancaman cibiran, bullyan dan sinisme menghantui mereka yang mencoba melawan.

Jelas sudah mereka yang non Islam bakal menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang non Islam, daripada di sekolah negara.

Meskipun jaraknya agak jauh, namun hal itu harus mereka lakukan, karena mereka tidak ingin anaknya diolok-olok, dibully dan, celakanya lagi, di kafir-kafirkan. Apakah ini yang namanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia? Apakah demi melayani ego satu agama, harus mengorbankan agama lainnya? Apa mereka yang non Islam bukan WNI, sehingga kondisinya harus seperti itu?

Sekolah adalah titik awal pembentukan karakter anak, setelah didikan orang tua. Dari sekolah pula arah peradaban bangsa Indonesia ditentukan. Jika dari awal saja sudah belajar membeda-bedakan, mengkafir-kafirkan, agamanya salah dan agamaku yang paling benar, maka tak heran jika kelak intoleransi, radikalisme, tindakan anarkis bakal mewarnai karakteristik generasi penerus bangsa.

Saya curiga, gerakan eksklusifisme satu agama di sekolah milik negara ini sudah didesain serta dirancang sedemikian rupa. Tujuannya apa?

Tujuannya jelas, agar generasi penerus tetap awet bodohnya. Agar Negara Indonesia terus ketinggalan teknologi, karena generasi penerus sehari-hari disibukkan dengan mempelajari dongeng surga neraka, daripada mempelajari sains, sport dan teknologi.

Lantas siapa yang merancang konsep pendidikan berbasis dongeng ini? Tak lain dan tak bukan, adalah mereka yang menikmati kebodohan dari bangsa kita. Mereka yang tiap tahun menerima cuan jutaan dolar dari bangsa kita, bahkan rela antri puluhan tahun hanya untuk sebuah gelar yang katanya menjamin surga.

Dan bangsa itulah yang kemudian mengembalikan sedikit upeti yang diterima dari bangsa kita, untuk tetap melestarikan kebodohan dan ketakutan tentang dongeng surga neraka lewat para kacungnya, para politikus dan sales bersurbannya.

Ya, dari sekolah saja bangsa Indonesia sudah kalah. Apalagi dari aspek yang lainnya. Indonesia bersyariah dan berkhilafah itu bukan gagasan mengada-ada. Cetak biru itu sudah tertulis lengkap plus detail-detailnya. Dan target mereka seharusnya tahun 2025 sudah bisa diterapkan, namun kemudian mundur lagi menjadi 15 sampai 25 tahun mulai dari sekarang.

Kenapa bisa mundur? Karena internet ciptaan kafirlah yang sekali lagi menggagalkan rencana mereka. Dengan internet, ajaran mereka dikuliti secara brutal, hingga keburukan yang dulu coba ditutup-tutupi sekarang menjadi terlihat jelas dan dibaca oleh siapa saja.

So, yang bisa melawan mereka itu bukan NU, bukan pula Muhamadiyah. Tetapi yang sanggup melawan mereka adalah gerakan murtad berjamaah.

Selesai sudah..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.