Kolom Boen Syafi’i: SEPAKBOLA LEBIH DARI SEKEDAR NYAWA

Sangat dilematis, satu sisi jika tidak pakai gas air mata, pemain dari kedua klub, terancam nyawanya. Pakai gas air mata, suporter sesak nafas, dan per detik ini sudah 180 orang melayang nyawanya. Tanpa mengurangi rasa turut berdukacita untuk para korban, dalam insiden ini Panitia Pelaksana dan pihak keamanan jelas salah.

Karena telah menyalahi prosedur keamanan FIFA, tentang larangan penggunaan gas air mata guna menghalau massa di dalam stadion.

Namun, suporter dalam hal ini Aremania, jelas-jelas salah, karena nekat merengsek masuk ke lapangan pertandingan. Hal ini sangat diharamkan oleh FIFA. Apalagi merengseknya tersebut ada niatan untuk mencederai para pemain, yang sangat dilindungi oleh FIFA.

Kalah menang adalah hal yang lumrah di dalam dunia sepakbola. Brazil saat kalah 1 – 7 oleh Jerman, suporternya juga bisa menerima. Meskipun ada juga suporter mereka yang nekat menghabisi nyawanya sendiri, dengan terjun dari gedung bertingkat, karena rasa kekecewaan yang tak terhingga.

Kalian yang dengan entengnya berkata “Biarlah Indonesia disanksi FIFA” sejatinya memang tidak memiliki jiwa sepakbola. Manusia yang memiliki jiwa sepakbola, ruh mencintai sepakbola, pasti tidak akan berkata yang demikian. Apalagi Timnas kita saat ini sedang bagus-bagusnya.

Pecinta sepakbola sejati itu menganggap sepakbola lebih dari sekedar nyawa. Lebih dari detakan jantung, bahkan kesakralannya melebihi dari agama.

Jika yang kalian harapkan itu benar-benar terjadi, yakni FIFA menghukum Indonesia dengan dibekukan organisasinya, tidak diperbolehkan mengikuti kalender kegiatan FIFA, maka hal tersebut lebih sakit dari segala kesakitan yang ada.

Jika Indonesia menerima sanksi, apalagi sanksi bertahun-tahun, maka saya akan mengingat dan menandai, bahwa kalianlah Aremania yang menyebabkan kehancuran sepakbola Indonesia ini terjadi.

Sedih sekaligus bercampur geram.

PSSI, tetap semangat. Lobi FIFA, kalau perlu dengan berbagai cara, agar sepakbola Indonesia terselamatkan, dari ulah suporter picisan, yang tidak pernah dewasa.

RIP para korban di Stadion Kanjuruhan.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.