Kolom Edi Sembiring: JEMBATAN LAYANG DAN JEMBATAN EMAS — Selamat Pagi, Kempu!

“Merdeka hanyalah sebuah jembatan, walaupun jembatan emas…. di seberang jembatan itu jalan pecah dua: Satu ke dunia sama rata sama rasa….. satu ke dunia sama ratap sama tangis!”

Aku dengar, kempu minta jalan layang (tol) karena macet dan susahnya distribusi hasil panen dan barang ke Kota Medan dan sebaliknya. Bahkan kabupaten-kabupaten tetangga juga terkena dampaknya seperti Simalungun, Dairi, Alas hingga ke Aceh Tenggara. Jalan utama yang super padat dipakai sebagai jalur distribusi barang ke berbagai pelosok daerah.

Namun, kabarnya, ternyata tetangga baik kami diberi pembangunan besar-besaran, bulang.

Bila jembatan emas (Kemerdekaan Indonesia) didapatkan, salah satunya dengan perjuangan, pengorbanan nyawa dan harta hingga 32 kampung menjadi lautan api membakar ratusan rumah adat besar dan megah hingga hampir 11.000 orang Karo mengungsi ke perbatasan Aceh, lalu jembatan layang diminta karena apa, kempu?

Bulang, karena di seberang jembatan emas kami memilih jalan ke dunia sama rata sama rasa.

Oh Kempu, sepertinya kalian menjadi “si pengupas nangka.” Enggo ku kataken berulang kali, maka politieke macht (kekuasaan politik) harus di tanganmu.

Pada bulang dan ninindu mbarenda kuajarkan berulang-ulang: “Dengan politieke macht di tangannya, dengan senjata pamungkas di tangannya, maka Kaum Marhaen gampang membinasakan stelsel kapitalisme dan memelantingkan imperialisme dari pundaknya.”

Dulu Bulang dan Nini menikmati masa kejayaan, dimana bisa berdagang sayur mayur dan buah-buahan hingga ke Penang dan Singapura. Dan terhenti ketika dikobarkan semangat Ganyang Malaysia. Menolak imprealisme. Bulang dan Nini kami tetap setia dengan mendukung penuh, baik petani dan politikusnya, baik Kaum Marhaen maupun Marhaenisnya ……. walau pedih.

Lalu, bulang, apakah yang terjadi saat ini bisakah disebut koncoisme? Kami pun sudah memerahkan Taneh Karo dengan 92% untuk keduakalinya.

https://www.youtube.com/watch?v=ATRI9YdHos0

Tapi atas dasar sama rata harus tercapai, kami menginginkan pembangunan berkeadilan di seluruh Indonesia. Bukan karena kami memenangkan Jokowi.

Bulang, sepeninggalanmu, sudah lama kami sama ratap sama tangis di masa Orba hingga 10 tahun erupsi Sinabung yang tiada henti hingga kini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.