Kolom Eko Kuntadhi: ABDUL QODIR HASAN BAHAYA LATEN BARU!

Sejak awal kemerdekaan ada dua kelompok ekstrim yang ngebet mau mengganti Pancasila. Kelompok komunis dan gerombolan khilafah. Keduanya dikenal dengan ekstrim kiri dan ekstrim kanan.

Komunis jualan pertentangan kelas. Khilafah jualan negara Islam dan negara toghut.

Kedua kelompok ini selalu mengganggu Indonesia. Bahkan sejak awal kemerdekaan. PKI berkali-kali melakukan pemberontakan. Puncaknya pada 1965.

Sementara gerombolan khilafah bernaung di bawah gerakan DI/TII. Mereka terus merongrong. Di Jawa Barat ada Kartosuwiryo, di Aceh ada Daud Beureh, di Sulsel ada Kahar Muzakar. Untung saja rakyat dan TNI sigap.

PKI susah dimusnahkan. Bahkan kita punya TAP MPRS yang melarang ideologi komunis disebarkan di Indonesia. Tapi DI/TII meski tokohnya banyak dihukum mati, ideologinya masih terus berkembang. Mereka mendesak mendirikan Negara Islam, meskipun konsep tentang itu masih kacau balau.

Di zaman Orde Baru, gerombolan teroris lahir dan bila dilacak ujungnya sampai ke DI/TII. Ada beberapa tokoh yang dikenal jadi gembong teroris jaman Orba. Ada Abu Bakar Baasyir, Abdullah Sungkar dan Abdul Qodir Hasan Baraja.

Mereka terlibat dalam banyak aksi teror. Mulai dari pemboman Candi Borobudur, pembajakan pesawat, pemboman gereja, sampai perampokan pom bensin. Kesemuanya pernah dijatuhi hukuman karena aksi terornya.

Baasyir mendirikan Jemaah Islamiyah. Di dunia berafiliasi dengan Alqaedah. Lalu ada JAD yang ujungnya ISIS. Abdullah Sungkar kabur ke Malaysia. Dan Abdul Qodir awalnya membantu Baasyir, lalu sibuk dengan NII (Negara Islam Indonesia).

Belakangan Abdul Qodir bikin Khilafatul Muslimin. Dia mengangkat diri jadi khilafah. Mau menjadi pemimpin unat Islam dunia. Merasa dirinya selevel dengan Syaidina Abu Bakar, Umar, Ustman dan Imam Ali bin Abu Thalib.

Mengkhayal kayaknya.

Gerakan KM ini terus merangsek. Mimpinya Abdul Qodir jadi pemimpin dunia. Sementara gerakan khilafah lain, dengan jaringan transnasional, berkumpul di bawah panji Hizbut Tahrir.

Hizbut Tahrir sendiri khilafahnya adalah Taqiyudin, orang Palestina. Kantor pusatnya di Inggris. Sedangkan Khilafatul Muslimin kantor pusatnya di Lampung. Jadi sama-sama khilafah, tapi beda siapa yang dirujuk sebagai pimpinannya.

Bayangin kalau gerombolan ini menang, mereka akan cakar-cakaran sendiri. Berebut panggung khilafah. Akan saling mengkafirkan dan membunuh.

Sama kayak di Irak, Syuriah, atau Libya. Gerombolan itu saling serang sendiri. Saling bunuh. Saling berebut kekuasaan. Saling jualan nama Tuhan.

Kita bersyukur Indonesia disatukan dengan Pancasila. Dengan kekuatan itulah kita masih berdiri sebagai bangsa sekarang. Masalahnya, bahaya laten masih terus mengancam. Kalau laten PKI sudah ditumpas. Tapi laten khilafah ini masih terus merongrong.

Baru saja kemarin gerombolan ini bikin aksi. Pawai khilafah. Mereka terang-terangan berteriak makar. Bermaksud mengganti ideologi bangsa ini.

Saya, sistem hukum kita masih agak gagap menghadapi kecoa-kecoa khilafah ini. Mestinya terhadap bahaya laten, sikap kita lebih keras. Sama seperti ketika kita menghadapi PKI.

Semoga ada terobosan hukum yang diambil, agar para pengasong khilafah ini secepatnya dibereskan. Mereka gak melakukan sumbangsih apa-apa buat bangsa. Tapi inginnya menguasai doang.

Kan, bangke!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.