Kolom Eko Kuntadhi: ANAK-ANAK REVOLUSI

“Revolusi bukan jamuan makan malam,” kata ketua Mao.

“Tapi, revolusi bisa jadi menu serapan pagi,” kata Prabowo.

Maka lahirlah gerakan revolusioner minum susu!

 

Che Guevara, tokoh revolusi Kuba asal Argentina mungkin akan meletakkan cerutunya mendengar ide revolusi yang sehat ini. Dia tidak perlu masuk ke hutan-hutan Bolivia untuk meneruskan cita-cita revolusinya. Sebab untuk sebuah gerakan revolusi, Che hanya cukup duduk berhadapan dengan payudara sapi.

Mungkin ceritanya akan lain. Che Guevara tidak akan mati ditembak sersan yang kecanduan alkohol, di sebuah gedung tua sehari setelah dia ditangkap di hutan Bolivia. Tapi mungkin, dia akan mati karena menderita rematik dan paru-paru basah. Di sebuah rumah jompo, di pinggiran Havana.




Che barangkali tetap meneruskan studinya di fakultas kedokteran universitas di Argentina. Lulus. Jadi dokter. Pacaran dan menikah. Lalu beranak pinak seperti marmut.

Tapi, lupakanlah jalan revolusi yang berliku seperti yang dilakukan oleh Che atau Soekarno. Kali ini, revolusi yang ditawarkan sangat menarik dan sehat. Revolusi putih. Dengan semboyan yang gegap gempita: Yuk, Minum Susu!

Cuma susu? Ya, cuma susu. Jika susu yang dimaksud adalah protein, bisa digantikan dengan ikan. Tapi kalau digantikan ikan, namanya bukan revolusi putih lagi. Mungkin revolusi lele dumbo atau mujair.

Sebab hanya susu dan getah cairan alami yang berwarna putih. Karena orang tidak mungkin diajak minum getah karet, maka hanya susu yang cocok jadi simbol revolusi. Minum getah karet, selain tidak dianjurkan dokter, juga akan membuat usus menjadi lengket. Memangnya kamu mau saat diare, yang keluar malah Aica Aibon? Lengket taooo.

Maka, ide brilian ini ditawarkan kepada Pemda DKI. Maukah Pemda melakukan revolusi? Kita lihat saja nanti hasilnya.

Tapi, karena namanya revolusi putih, susunya harus putih. Jangan pernah membayangkan meminum susu cokelat atau rasa strawberry. Nanti jadi revolusi cokelat atau pink. Kedengarannya kurang gagah.

Revolusi jenis ini, mungkin ingin menggantikan kebiasaan anak-anak Indonesia mengkonsumsi cilok. Makanan uyel-uyelan tepung sagu yang dicelup-celup ke dalam sambel. Ini makanan yang tidak sehebat susu. Kalau soal cilok, tidak perlu ada gerakan revoilusi. Sebab yang ada hanya PT Susu Nusantara, yang dikomandani Fadli Zon. PT Cilok Nusantara sampai saat ini belum pernah berdiri.

Ok, kita mulai dengan revolusi putih. Mendorong konsumsi susu di Indonesia. Susu siapa? Itu belakangan dipikirkan. Yang penting minum susu dulu! Jangan ditanya susu siapa.

“Anak-anak, apa kewajiban kita pada revolusi,” tanya bu Guru di depan kelas.

“Minum susu, buuuu…”

“Kenapa kita perlu minum susu?”

“Karena kalau kita minum Ciu bisa mabukkkk!”

“Pinter…”

Lalu bel berbunyi. Anak-anak berlarian ke luar sekolah. Tahukah kamu? Mereka semua adalah anak kandung revolusi!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.