Kolom Eko Kuntadhi: BERBEDA LEBARAN DAN HIDUP YANG MELOMPAT SEHARI

Malam in,i dalam hitungan kalendar Hijriyah adalah tanggal 1 Muharam. Bulan Muharam adalah bulan pertama dalam perhitungan hijriyah. Seperti Januari dalam kalendar Masehi.

Berbeda dengan perhitungan Masehi yang menggunakan putaran matahari sebagai acuan penghitungannya, pada kalendar Hijriyah menggunakan acuan perputaran bulan. Makanya sistem perpindahan hari pada sistem Hijriyah bukan jatuh pada pukul 00.00. Tapi jatuh pada saat matahari terbenam, atau sekitar waktu Magrib.

Wajar saja jika perayaan Tahun Baru Hijriyah tidak ada perayaan malam tahun baru seperti ketika momen 31 Desember. Kalau mau merayakan pergantian tahun, ya mestinya waktu magrib tadi. Nah, pergantian tahun Hijriyah tidak perlu dirayakan dengan kembang api. Wong, masih terang. Mana seru.




Dalam hitungan hari-hari ibadah, umat Islam menggunakan kalendar Hijriyah sebagai patokan. Misalnya untuk puasa pada bulan Ramadhan, lebaran pada 1 Syawal, Wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah, dan sebagainya.

Semua momen itu, biasanya tidak banyak perbedaan. Yang seringkali berbeda adalah saat merayakan Lebaran. Di Indonesia, kita menemukan banyak kelompok masyarakat yang penghitungan waktu lebarannya kadang berbeda satu ata bahkan ada yang sampai berbeda dua hari.

Ini yang selalu membuat saya heran. Mestinya jika penentuan waktu 1 Syawal (Idul Fitri) dari masing-masing kelompok umat Islam itu berbeda, logikanya harusnya akan berbeda pula saat menentukan waktu Wukuf di Arafah atau menentukan kapan tepatnya 1 Muharam. Kan waktu bergeser terus.

Tapi anehnya, yang sering diributkan perbedaanya hanya saat lebaran doang. Sementara pada waktu-waktu ibadah lainnya kita gak pernah ribut. Lha, kalau waktu-waktu ibadah lainnya sama, padahal waktu lebarannya berbeda, ini kan aneh. Apa ada diantara yang berbeda itu meyakini bahwa waktu untuk mereka melompat sehari atau mundur sehari?

Jadi, sebetulnya apa sih maknanya kita meributkan kapan tepatnya 1 Syawal, kalau selanjutnya kita gak pernah meributkan kapan jatuhnya 1 Muharam, kapan 9 Dzulhijah, kapan Idul Adha, dan sebagainya?

Kalau diyakini 1 Syawal jatuhnya lebih dulu atau lebih belakangan dari hitungan yang lain, sewajarnya sepanjang tahun setelah itu mereka berbeda terus dalam menentukan waktu-waktu ibadah. Tapi ketika pada hari-hari berikutnya tidak ada perbedaan bisa jadi diantara mereka ada yang kehilangan satu hari begitu saja. Hidupnya melompat dari tanggal 1 langsung ke tanggal 3. Tanggal duanya entah terselip dimana.

Jadi, malam ini saya sendiri gak tahu, ini tanggal 1 Muharam apa sudah tanggal 2 Muharam sih?

Selamat Tahun baru Hijriyah, baik kemarin, hari ini atau esok.













Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.