Kolom Eko Kuntadhi: BIRGALDO DAN PGI

Hari ini saya membaca beberapa tulisan teman saya Birgaldo Sinaga yang nampaknya kecewa dengan sikap PGI. Sebagai institusi keagamaan dari kacamata Birgaldo, PGI cenderung mengambil sikap pasif terhadap isu yang dilontarkan oleh Eggy Sudjana.

Kita tahu, kemarin Eggy Sudjana melontarkan ocehan yang menyinggung konsepsi ketuhanan umat agama lain, selain agama Islam. Umat Hindu sudah bergerak melaporkan Eggy ke polisi. Elemen-elemen lain juga sudah bersuara. Sementara PGI, sampai saat ini, setidaknya di mata Birgaldo belum menyatakan sikap apa-apa.




Saya sendiri tidak mengikuti berita soal PGI. Jadi, apakah benar PGI belum menyatakan sikap terhadap isu yang menyinggung perasaan umat Kristiani tersebut, saya tidak tahu pasti. Jikapun memang belum bersikap, keheranan saya sama seperti Birgaldo.

PGI dibentuk sebagai wadah yang membawahi umat Kristen di Indonesia. Tentu saja wadah itu dibentuk agar menjadi wakil dalam mengekspresikan ajaran dan doktrin Kristen dalam konteks ke-Indonesia-an.

Jadi, ketika makna keindonesiaan dari ajaran Kristen digugat oleh Eggy Sudjana dalam pernyataannya, logikanya yang harusnya paling awal bersikap adalah organisasi-organisasi seperti PGI itu.

Rumah Karo di Museum Pusaka Karo (Gereja Katolik, Berastagi)

Memang aneh, padahal Kristen sendiri pada dasarnya lahir sebagai kekuatan protes dan kritis. Tapi, entah kenapa justru diam ketika ada orang yang meragukan makna ketuhanannya. Mungkin, jika malas bersentuhan dengan hukum, tidak harus melaporkan. Tapi cukup membuat pernyataan resmi bahwa statement Eggy Sudjana itu menyingung umat Kristiani di Indonesia. Lalu menuntut permohonan maaf dan sebagainya.

Ok, Kristen memang mengajarkan soal kasih. Mengasihi sesama dan memaafkan orang-orang yang bersalah. Itu adalah ajaran kebaikan. Tetapi, jangan lupa, Almasih juga mengajarkan kewajiban menegakkan keadilan.

Memperjuangkan hak konstitusional untuk hidup di Indonesia secara sederajat berdampingan dengan semua pemeluk agama lain adalah bagian dari menegakkan keadilan. PGI wajib memperjuangkan itu.

Setidaknya, itu yang saya baca dari kegelisahan Birgaldo Sinaga. Sebagai penganut Kristen syiah, dia resah. Lalu menuliskan keresahannya di wall FB. Saya rasa Birgaldo hanya sedang menunaikan kewajibannya untuk meneriakkan haknya sebagai jemaah. Dia sedang menunaikan kewajibannya meneggakan keadilan.

Sejak Raisa menikah dengan Hamish Daud, seingat saya, baru kali ini Birgaldo dilanda keresahan lagi…








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.