Kolom Eko Kuntadhi: GARIS DAN BURUNG GEREJA

Ada Ormas bernama Garis (Gerakan Reformasi Islam) di Cianjur. Pendirinya Chep Hernawan. Dia dulu simpatisan ISIS. Pernah memberangkatkan orang ke Suriah. Entah. Untuk ikut perang atau sekadar jadi budak seks. Organisasi ini tujuannya mau mengubah dasar negara Indonesia. Menjadi negara agama. Mereka memperhalus dengan istilah NKRI Bersyariah.

Tapi sesungguhnya ya, menjadikan Indonesia kayak Taliban.

Ketika bencana terjadi di Cianjur, Garis beraksi. Bukan membantu korban bencana. Mereka malah menghinakan pemberi bantuan.

Ada beberapa posko bantuan yang didirikan oleh jemaat gereja. Anggota Garis marah. Mereka tidak mau ada orang beragama lain berbuat baik. Bantuannya boleh. Tapi nama gereja tidak boleh terpampang.

Menyebalkan memang.

Pada Pemilu 2019 Garis mendukung Prabowo-Sandi. Bahkan kabarnya saat kampanye di Cianjur, Prabowo sempat menumpangi mobil milik Chep Hernawan ini.

Setelah Prabowo merapat ke pemerintah sepertinya Garis marah. Kemarahan mereka sama seperti kemarahan kelompok Rizieq yang menuduh Prabowo berkhianat.

Bagi Garis kebaikan hanya monopoli dirinya dan agama saja. Kalau ada orang yang berbeda agama berbuat baik, orang Garis marah. Mereka marah ketika sebuah gereja mendirikan posko bantuan membantu di Cianjur. Entah apa alasannya.

Mungkin orang-orang ini tidak terbiasa melihat kebaikan. Mereka hanya mau mengacau. Sama dengan tujuan organisasinya sendiri : mengacaukan Indonesia.

Merobek papan nama di tenda relawan, sama sekali gak membantu korban bencana. Yang ada hanya kesebalan saja.

Mereka lupa sejarah. Ketika zaman Nabi. Saat pemeluk Islam belum banyak. Nabi pernah mengutus sahabat ke Ethiopia. Itulah hijrah pertama dalam sejarah Islam. Meminta perlindungan pada seorang raja beragama Kristen disana.

Beberapa sahabat yang diutus Nabi mendapat perlindungan penuh. Pertolongan dari saudara kemanusiaannya meski berbeda agama.

Tapi mungkin Garis tidak peduli dengan kisah itu. Baginya Islam harus menyebalkan dan keras. Islam harus didirikan dengan menebar kecurigaan dan kebencian dengan agama lain.

Garis tidak mengikuti cara Rasulullah. Mereka mengikuti ulah Chep Hernawan. Mereka lebih mementingkan egonya saja ketimbang menabur kebaikan bersama.

Sebenarnya Garis bukanlah tarikan lurus yang mempertemukan dua kutub. Garis di Cianjur hanyalah penghalang bagi indahnya kebersamaan.

Keimanan orang-orang kalah hebat sama seekor burung. Meskipun mereka bikin sarang di masjid, tapi tetap saja menyandang nama Burung Gereja. Imannya gak goyah meski sehari lima kali mendengar adzan.

Bagi burung-burung itu, tidur di masjid tidak menjadikannya mualaf.

“Iman burung gereja lebih kuat dari Daniel Mananta, mas,” ujar Abu Kumkum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.