Kolom Eko Kuntadhi: HARGA INDOMIE BAKAL 20 RIBU SEBUNGKUS

Teman-teman di Bali cerita. Kini cafe-cafe di Canggu sepi peminat. Biasanya itu adalah lokasi nongkrong turis dari Rusia. Setelah boikot ekonomi dari AS, turis-turis itu tetiba kehilangan duitnya.

Kartu kreditnya gak bisa dipakai.

Tabungannya dibekukan. Mereka langsung jadi gembel. Akibatnya kafe di sana kehilangan pelanggan. Dampak perang Rusia-Ukraina ternyata terasa juga di Canggu, Bali.

Sepertinya bukan hanya di Bali. Jika terus berlanjut, dampaknya akan dirasakan seluruh dunia.

AS dan NATO bermaksud menekan Rusia dengan embargo ekonomi. Mereka berniat memutus segala sesuatu yang berbau Rusia di seluruh dunia.

Tapi jangan lupa. Rusia bukannya Korea Utara. Ekonomi Rusia terbuka, saling kait mengait dengan seluruh dunia. Negeri beruang putih itu bukan kacang-kacang.

Kebijakan mengembargo Rusia bukan hanya dirasakan oleh Rusia saja. Juga akan dirasakan oleh seluruh komunitas dunia.

Rusia adalah penghasil minyak terbesar ke dua dunia. Produksinya 5 juta barel per hari. Rusia memasok lebih dari 20% pasar minyak dunia.

Kalau pasokan minyak Rusia terhenti, bayangkan dampaknya pada harga. Sekarang saja harga minyak sudah menembus 140 USD per barel. Padahal tahun kemarin paling tinggi cuma 80 USD.

Gas dari Rusia memasuki Eropa. Musim dingin sebentar lagi. Tanpa gas Rusia, Eropa akan menggigil. Meski AS mencoba menutupinya dengan gas cair produksinya, tapi distribusi butuh waktu. Butuh energi. Dan musim dingin gak bisa ditunda.

Sementara Ukraina dan Rusia juga penghasil gandum dan bahan makanan. Embargo ini akan membuat harga terigu naik ke langit. Kalau perang berlanjut, bukan tidak mungkin harga Indomie jadi Rp 20 ribu sebungkus.

Perusahaan Rusia di AS kayak dirampas begitu saja. Sementara perusahaan AS di Rusia, memilih hengkang ketimbang terjadi balas dendam.

Kebijakan politik AS yang merasa pemilik dunia ini pada akhirnya akan menjadi kiamat ekonomi. Yang menderita adalah seluruh dunia.

Padahal perang Rusia-Ukraina juga disebabkan karena provokasi AS. Ukraina didekati, diiming-imingi bakal dibantu asal mau kurang ajar sama Rusia.

Bahkan infonya di Ukraina, AS juga membangun laboratorium senjata biologi. Padahal posisi Ukraina berdempetan dengan Rusia.

Presiden Ukraina yang mantan pelawak itu mau saja jadi kacung AS. Ia yakin kalau Rusia bergerak, AS dan NATO akan membantunya.

Nyatanya gak. AS cuek. NATO takut. Mereka hanya mengirimkan tentara bayaran ke Ukraina yang diambil dari Syuriah. Tentara inilah yang kemarin bergabung dengan Jabhat An-Nusra, salah satu organisasi teror yang membunuhi rakyat Syuriah.

Setelah keok di Syuriah, AS mengimpor mereka ke Ukraina. Lengkap dengan bawa-bawa agama Checnya dan panji jihad. Mungkin di lapangan mereka akan berhadapan dengan tentara Checnya yang muslim juga.

Di Ukraina, Presiden pelawak yang sekarang naik disokong oleh kelompok Neo-Nazi. Gerombolan ini mengkampanyekan supremasi kulit putih. Bahkan mereka punya paramiliter yang banyak.

Sementara AS yang punya UU Antisemit, justru menjadi pemasok senjata buat mereka.

Bagaimana dengan Indonesia? Negeri ini dikelilingi pangkalan militer AS. Tapi yang diteriakkan anti China melulu. Heran.

“Mas, kenapa gak ada promotor yang bikin ring tinju buat Biden dan Putin. Biar mereka yang berantem. Kita gak perlu kena dampaknya,” usul Abu Kumkum.

Setuju Kum. Gue pegang Putin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.