Kolom Eko Kuntadhi: ISRAEL, BUNG KARNO DAN GANJAR PRANOWO

Perhatiin gak, belakangan isu-isu yang nyerempet agama mulai dimainkan lagi. Kayak ada semacam skenario teroskestrasi untuk membenturkan publik. Lihat saja bagaimana serombongan orang memaksa menerobos palang saat hari raya Nyepi di Bali.

Mereka ramai-ramai naik motor dengan alasan mau piknik di pantai.

Di Kulonprogo ada patung Bunda Maria yang terpaksa ditutup terpal. Setelah sebelumnya ada Ormas agama yang protes. Bukan. Ini bukan soal keimanan. Tapi sengaja mau cari isu untuk menggesekkan publik dengan dasar agama.

Di Palembang, ketika ada rencana Kedubes Vatikan mau hadir di Gereja Katedral di sana. Mulai lagi diisukan bakal ada demo penolakan. Alasannya mereka menolak Dubes karena mayoritas penduduk Palembang beragama Islam.

Lha, emang Dubes Vatikan hanya mau kunjungi gereja? Mengunjungi jemaat katolik di sana. Gak akan ada hubungannya dengan ummat Islam.

Yang paling santer adalah soal Timnas Israel yang mau main di Piala U-20. Indonesia menjadi tuan rumah. Salah satu pesertanya adalah Kesebelasan Israel.

Isu inilah yang akan dijadikan gelombang untuk dibesarkan. Targetnya akan digiring opini bahwa pemerintahan Jokowi pro Yahudi. Selain pro Komunis, pro Tiongkok dan memusuhi umat Islam.

Memang soal Israel-Palestina ini sejak jaman rekiplik gak pernah kelar masalahnya. Selalu saja bisa jadi bahan gorengan.

Fakta bahwa sampai sekarang negeri zionis itu terus menjajah Bangsa Palestina itu sudah jelas. Fakta bahwa untuk memperluas pendudukan Yahudi, mereka dengan bengis mengusir orang Palestina dari tanahnya, itu sudah rahasia umum.

Puluhan resolusi PBB sudah dibuat mengecam kebiadaban itu. Puluhan konferensi sudah digelar untuk menghentikan penjajahan terang-terangan itu. Ribuan pembicaraan sudah dilakukan. Tapi makin ke sini, warga Palestina makin merana. Hidup mereka terusir dari tanahnya.

Sebetulnya persoalan Israel Palestina adalah persoalan kemanusiaan. Persoalan ketidakadilan yang nyata. Persoalan penjajahan di abad modern.

Tapi ada gerombolan orang yang lebih suka menjetikkan isu agama untuk membingkai konflik ini. Jadilah Israel-Palestina seperti perang agama. Sialnya, di Indonesia mereka yang membela Israel juga menggunakan alasan agama.

Dua kelompok inilah yang duduk di dua titik ekstrim. Sama-sama merasa paling beragama. Paling berpegang pada kitab suci masing-masing.

Padahal mah, Hugo Cavez saja sejak dulu sudah teriak paling lantang membela warga Palestina. Dan Hugo Cavez bukan pemimpin beragama Islam.

Nah, di Indonesia juga sama. Para penganut Islam politik kerap menunggangi isu Israel-Palestina untuk kepentingannya. Merekalah yang meneriakkan isu agama dalam persoalan Palestina. Tujuan sebetulnya bukan membela Palestina. Tapi sekadar untuk memanaskan mesin politik di dalam negeri saja.

Kalau dilihat dari eskalasi isunya sih, memang ada orkestrasi untuk membenturkan pemerintahan Jokowi dengan isu agama, berselancar di kasus pageleran U-20 ini.

Tapi Indonesia sejak dulu sudah cerdas. Pemerintah kita gak pernah menempatkan kasus Israel-Palestina dalam konteks Islam versus Yahudi. Konflik di sana semata-mata adalah penjajahan. Dan dalam penjajahan hanya ada dua pihak : para penjajah dan masyarakat yang dijajah.

Itulah yang sejak dulu disuarakan Bung Karno. Indonesia berdiri untuk menentang penjajahan Israel atas bangsa Palestina. Berdiri dengan alasan kemanusiaan dan kedaulatan sebuah bangsa. Gak ada hubungannya dengan agama.

Sikap penentangan ini harus diekspresikan. Harus dinyatakan. Harus disuarakan.

Soekarno misalnya, mengekspresikan dengan memerintahkan kesebelasan Indonesia mundur dari prakualifikasi Piala Dunia 1957, ketika kita harus berhadapan dengan tim Israel.

Soekarno juga yang menolak kontingan Israel ikut Asian Games 1962 dengan tidak mengeluarkan visa.

Itu adalah sikap politik.

Kita bisa sepakat atau menolak sikap tersebut. Kita bisa berargumen olahraga gak ada hubungannya dengan politik. Tapi sebagai sebuah sikap anti penjajahan kita mestinya juga maklum memang harus ada yang selalu disuarakan agar penjajah tidak merasa benar ketika merampas hak orang lain.

Berdiam diri sama saja membenarkan penjajahan.

Ingat Ronaldo? Bintang besar itu juga terang-terangan membela Palestina ketika di lapangan sepak bola. Membela Palestina adalah sikap kemanusiaan. Momen olahraga bagi Ronaldo bisa dijadikan panggung untuk menyuarakan kemanusiaannya.

Ketika isu Yahudi dijadikan target memojokkan pemerintahan Jokowi dalam pagelaran U-20, tetiba Ganjar Pranowo mengingatkan lagi sikap Bung Karno terhadap kelakuan zionis.

Kadrun yang tadinya mau menunggangi isu ini jadi kebingungan. Ganjar meneriakkan lagi bahwa kasus Israel-Palestina bukan soal agama. Tetapi soal kemanusiaan. Seperti sejak dulu sudah disuarakan Indonesia di forum internasional.

Mereka mau mau menarik kasus ini menjadi topik agama gondok. Mereka gak bisa lagi berselancar di atas bangunan isu. Mereka sebel, strategi besarnya seketika diporakporandakan oleh Ganjar.

Sebetulnya simpel. Ganjar sedang kembali meneriakkan semangat Bunga Karno dan isi UUD kita: Dan penjajahan di atas muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Meneriakkan ketidakadilan itu penting. Agar dunia tahu: Di belahan lain, ada suku bangsa yang kini terus dirampas tanahnya. Berlangsung sejak lama. Sampai hari ini.

Ya, sampai hari ini!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.