Kolom Eko Kuntadhi: JANGAN BUGIL DI DEPAN KAMERA

Kemarin, banyak pembicaraan soal video heboh mahasiswi UI. Saya sendiri belum menyaksikan. Tapi saya sama sekali tidak tertarik untuk mengomentari. Bagi saya, video itu adalah wilayah privat, wilayah pribadi orang. Jadi buat apa kita heboh dengan masalah dapur orang lain?

Mau buat video, kek. Mau gak, kek. Itu sekali lagi urusan dia sendiri. Bukan urusan kita. Jika kebetulan Anda sudah mendapatkannya, gak usahlah menyebarkan ke orang lain. Jangan viralkan aib orang di media sosial. Jangan sebarkan lagi di group WA, japri, atau jaringan apapun.

Saya ingat sebuah pesan moral, kita masih bisa berjalan tegak menunjukkan wajah kita kepada orang lain, karena sesungguhnya Tuhan menutupi aib kita. Jika saja seluruh aib kita dibuka, mungkin hari ini tidak ada yang sanggup saling berpandangan. Semuanya akan jijik dengan dirinya sendiri.

Nah, jika Tuhan saja berbaik hati menutupi aib kita, tidak ada salahnya kita juga perlu belajar berbaik hati menutupi aib orang lain.




Apalagi kita sebarkan disertai ujaran miring dan hujatan. Apakah dengan berkomentar miring terhadap video itu, kita jadi merasa lebih suci dari pelaku dalam video itu? Tidak. Jangan-jangan kita hanya ingin menutupi kelakuan diri sendiri dengan melakukan hujatan.

Saya rasa, kita perlu berhenti jadi polisi-polisi moral bagi orang lain.

Tapi memang, di jaman digital ini, kita mestinya hati-hati dengan kamera. Saya ingat, pada 2000-an awal, bersama Peri Farouk, saya ikut aktif menggagas gerakan ‘Jangan Bugil Depan Kamera’. Waktu itu ada banyak kejadian persis seperti sekarang. Ada video atau foto-foto pribadi yang nyelonong di area publik.

Ada kalanya HP-nya hilang, lalu file-file rahasia dalam HP miliknya didapati orang lain. Ada kalanya memori card-nya bermasalah. Ada juga saat HP-nya diperbaiki, lalu memorinya di-copy untuk back-up. Nah, file yang tersimpan di komputer tempat service HP akhirnya melanglang buana menjadi konsumsi publik.

Jadi, jikapun Anda merasa sudah aman ketika membuat foto atau video pribadi, itu tidak menjamin 100% keamanannya.




Di jaman ini, file digital relatif abadi sifatnya. Sekali dia terlepas ke publik, tidak akan ada yang sanggup menghapusnya. Kamu ingat kan, kisah seorang politisi senior dari Golkar yang karirnya hancur karena video pribadinya tersebar? Itu sudah sangat lama. Tapi. jika sekarang ada yang mau menggali lagi, kita gampang mendapatkannya.

File-file digital itu, hari ini, mirip catatan malaikat Mungkar dan Nangkir. Sekali dicatat tidak ada yang bisa menghapusnya. Ada server raksasa yang tidak seorangpun sanggup melakukan penghapusan apabila sebuah file sudah tersebar.

Bayangkan sebuah momen memalukan yang dilakukan dalam satu waktu, misalnya, akan menjadi catatan seumur hidup. Padahal orang bisa berubah. Tapi ingatan digital sudah terlanjur merekamnya.

Jadi, meskipun diniatkan sebagai koleksi pribadi, saran saya, janganlah sesekali bermain-main dengan file digital. Jika Anda punya koleksi pribadi hapuslah mulai sekarang. Tidak ada gunanya disimpan.

Untuk mengenang sebuah momentum yang kamu anggap indah, cukuplah simpan memori itu di kepalamu saja. Apalagi yang sifatnya sangat pribadi. Kecuali jika kamu ingin dikenal sebagai Miyabi atau Mia Khalifah.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.