Kolom Eko Kuntadhi: JANGAN KUATIR, SAUDI CUMA MENANGKAP ULAMA

Kalau kamu ulama tinggal di Saudi dan tidak ikut bersuara keras terhadap Qatar, kamu mungkin akan ditangkap.

Sampai sekarang sudah tercatat sekitar 20 ulama yang ditangkap oleh pihak keamanan Arab Saudi. Diantaranya Salman Awda, Awad al-Qarni, Ali al-Omari, Ibrahim al-Haritsi, Muhammad bin Abdul Aziz al-Khudhairi, Hasan Farhan al-Maliki, Gharam al-Baysyi, Muhammad al-Hibdan, termasuk juga Pangeran Abdul Aziz bin Fahd.

Mereka bukan pendukung Qatar. Kesalahan mereka karena tidak ikut ramai-ramai mengeluarkan suara keras memaki negeri tetangganya tersebut.




Ini memang aneh. Biasanya ulama ditangkap karena mengkritik pemerintah. Di Saudi, ulama ditangkap karena tidak ikut memaki negara lain. Kata Gus Zuhairi Misrawi, penangkapan itu bukan pemberangusan kebebasan berpendapat. Justru malah penghardikan untuk yang tidak berpendapat.

Konon, Salman Awdah diciduk karena sebuah doa yang diunggahnya di twitter. Isinya, “Ya Tuhan pertemukanlah hati-hati mereka untuk kebaikan bangsa-bangsa mereka.”

Doa ini bagi penguasa Saudi dianggap semacam pelemahan semangat konfrontasinya dengan Qatar. Makanya, ulama dengan 14 juta pengikut di twitter itu ditangkap oleh penguasa.

Qatar sendiri, meskipun sebagai negara kecil, tidak mau begitu saja didikte Saudi. Mungkin Emir-emir Qatar masih yakin pengaruh kekayaannya dapat membeli dukungan para pemimpin dunia. Sedangkan Saudi yang merasa sudah menjadi jagoan di Timteng, bersikap tidak mau kalau diginiin. Jadilah perseteruan makin ramai.

Apa sih yang dituntut oleh Saudi?




Pertama Qatar diminta menutup jaringan berita Al Jazeera, memutus hubungan diplomatik dengan Iran, menggagalkan pembangunan pangkalan militer Turki dan membayar uang pengganti ke Saudi karena dianggap kebijakan Qatar telah merugikannya. Di samping itu, juga Saudi meminta Qatar untuk menyerahkan buronan politik Saudi yang selama ini berlindung di Qatar.

Ini memang bukan permintaan normal. Tapi lebih pada pengompasan seorang jagoan pada pedagang kecil. Dan Qatar menolaknya.

Nah, ulama-ulama Saudi yang menganggap konflik itu bukan hal yang positif karena itu cenderung diam, kini malah ditangkapi.

Gelombang penangkapan ini terjadi justru kepada ulama-ulama yang netral sikapnya.

Mendengar banyak ulama yang ditangkapi di Saudi, seorang buronan asal Indonesia yang kabur ke Saudi gak pulang-pulang, rupanya deg-degan juga. Dia mencari tahu apakah dirinya juga termasuk yang diincar untuk ditangkap. Ketika sempat bertemu seorang pejabat kepolisian Saudi, dia menanyakan statusnya.

“Maaf, Wan. Apakah ane nanti juga akan ditangkap?”

“Ente gak usah kuatir. Saudi hanya akan menangkapi para ulama. Kami tidak akan menangkap preman. Apalagi kalau perkaranya cuma urusan cabul,” jawab polisi itu menenangkan.

“Alhamdulillah…” katanya dalam hati dan, lalu, diapun sujud syukur.






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.