Kolom Eko Kuntadhi: KEMATIAN YANG INDAH

Dunia selalu dihiasi oleh kematian-kematian yang indah. Prosesi kematian yang indah itulah yang sering menjadi kekuatan ideologis. Jadi simbol pengorbanan menegakkan keyakinan. Umat Islam mazhab Syiah punya tradisi merayakan Assyura, memperringati wafatnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad yang terbantai di Karbala.

Setiap tanggal 10 Muharam dijadikan hari kesedihan. Hari dimana, setiap orang yang menghayati, mengenang kematian yang indah itu dengan segenap jiwanya.

Umat muslim lain juga memperingati kematian yang indah para syuhada perang Badar. Kisah-kisah kematian paman Nabi, Hamzah sering dijadikan inspirasi. Dalam ajaran Kristiani, pengagungan pada kematian yang indah juga menjadi salah satu intinya. Jesus mengikhlaskan dirinya menderita di tiang salib sampai kematian menjemputnya.

Lelaki agung itu, merelakan darah mengucur dari badannya. Merelakan tikaman duri di tubuhnya. Ia ingin membebaskan manusia lain dari beban kesalahan sejarah yang dipikul. Melepaskan manusia dari dosa.

Bagi jiwa-jiwa agung itu, mempertahankan kebenaran yang diyakininya jauh lebih berarti ketimbang sekadar hidup yang mengkhianati makna. Justru peristiwa tragis itu jadi semacam pertanda, ada yang selalu pantas untuk diperjuangkan.

Kematian-kematian indah orang-orang suci dan agung itu bukan akhir dari sebuah masa. Dia menjadi titik awal, yang akhirnya menjadi cahaya yang menerangi keyakinan jutaan orang.

Jauh sebelum Jesus, sejarah juga menampilkan kisah kematian yang indah. Socrates, sang pencerah dan pemikir jaman Yunani, dihukum penguasa. Kesalahannya adalah membuka hati dan pikiran orang. Sehingga setiap orang tidak tengelam dalam doktrin absurd dan buta. Tetapi dibimbing boleh pengetahuan dan pikiran yang jernih.

Kisah Socrates ini diabadikan oleh muridnya Plato, dalam buku kecil berjudul Apologie.

Hari ini seluruh Umat Kristiani sedang merenungi makna kematian yang indah itu. Ketika seorang lelaki memanggul salib di bukit Golgota. Dengan kulit yang robek dan daging mengelupas ia berjalan menuju keabadian.

Selamat memaknai Paskah. Selamat memaknai setiap tetes penderitaan Jesus yang tidak berkecambah menjadi dendam. Justru menjelma menjadi kasih sayang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.