Kolom Eko Kuntadhi: PENCERAMAH RADIKAL MENGEPUNG KITA

Kemarin Pak Jokowi mengingatkan jangan sampai TNI/ Polri mengundang penceramah radikal. Lalu banyak orang bertanya, siapa sih penceramah radikal?Ada yang ngomong, jangan sampai penceramah yang mengkritik pemerintah langsung dicap radikal.

Saya setuju dengan statemen ini.

Tapi jangan sampai juga, penceramah yang seolah mendukung pemerintah, gak suka demo, dicoret dari daftar ini. Padahal ajaran yang dia bawakan justru menjadi landasan berfikir kelompok-kelompok yang menggunakan kekerasan atas nama agama.

Saya sih, simpel mengategorikan penceramah radikal. Pertama, mereka yang membenturkan semangat keagamaan dengan semangat keindonesiaan. Negara dibenturkan dengan agama.

Gerombolan khilafah ada di ketegori ini. Juga mereka yang mau mendirikan negara berdasarkan agama. Maksudnya hukum negara harus sesuai dengan tafsir hukum syariah menurut versinya.

Pandangan ini berangkat dari pikiran segala sesuatu harus disesuaikan dengan agama. Masalahnya, agama yang mana? Yang sesuai dengan versinya saja.

Yang sesuai dengan versinya biasanya agama yang sibuk dengan kulit dan istilah. Bukan agama sebagai dasar moral. Misalnya, ketika Indonesia merumuskan dasar negara adalah Pancasila. Mereka protes. Pancasila buatan manusia. Mestinya dasar negara adalah Alquran.

Kamu mau pilih Pancasila apa Alquran?

Ketika ditanya apa yang bertentangan dari Pancasila terhadap Alquran. Mereka mingkem. Pokoknya harus sesuai dengan hukum Allah! Titik.

La hukma ila lillah, kata mereka. Artinya semua hukum salah, kecuali dari Allah. Tetapi yang dari Allah itu diterjemahkan menurut versinya sendiri. Jadinya semua hukum salah, kecuali hukum menurut versi saya yang seolah-olah dari Allah.

Lha, kan. Mereka menentang Pancasila karena buatan manusia. Lalu mau mengganti dengan hukum yang mereka ciptakan. Tetapi dengan cara memanipulasi seolah itu buatan Tuhan.

Jadi, di mana-mana mereka selalu membenturkan persoalan keindonesiaan dengan keislaman. Padahal secara prinsip gak bertentangan sama sekali.

Mereka mau mendirikan khilafah. Tapi diminta contoh negara khilafah yang maju, mereka gak punya. Pokoknya harus khilafah, kayak jaman dulu. Meskipun konsep kekhilafahan yang mereka inginkan gak pernah jelas.

Karena kata khilafah, kok kesannya ada bau-bau agamanya. Sementara kata Perdana Menteri, Presiden, Kanselir gak ada bau agama.

Nah, penceramah yang mengusung khilafah ini mesti dihindari.

Felix Siauw, Ismail Yusanto, Suteki, ada di kategori ini.

Ke dua, adalah penceramah yang selalu menarik segala sesuatu dalam konsep tauhid. Orang sungkeman sama emaknya, dibilang syirik. Karena sujud hanya untuk Allah.

Orang suka wayang, dibilang wayang haram. Sebab katanya, patung yang menyerupai manusia gak boleh. Mirip berhala.

Astagah, gak ada juga yang nyembah wayang.

Jadi, meskipun mereka gak ngajak demo atau menentang pemerintah, ajarannya sendiri Radikal. Sebab mereka langsung mengatakan bahwa yang gak sesuai dengan budaya Islam (sekali lagi Islam yang mereka pahami) itu adalah kafir. Wajib diberantas.

Basalamah bersaudara adalah contohnya. Termasuk Yazid Jawas, Zaenal Abidin, Firanda dan banyak lagi.

Ke tiga, penceramah yang suka menjelekkan agama lain. Nah, Somad, Rizieq, Waloni adalah penceramah model begini. Mereka inilah yang sering membuat gesekan antar umat beragama di Indonesia.

Ke empat, mereka yang menggunakan panggung agama untuk kepentingan politik belakang. Amien Rais, Novel Bamukmin, Alfian Tanjung, Neno Warisman atau kelompok PKS masuk ketegori ini.

Ke lima, para penyeru hijrah. Artis-artis baru yang merasa lebih baik dari orang lain. Yang baru saja memelihara jenggot dan ngomong ikhwan-akhwat adalah para influencer kelompok ini.

Mereka seolah dakwah. Padahal ujungnya hanya menyebarkan kebencian saja.

Cirinya berlebihan dalam segala hal. Merasa diri paling benar.

Ujungnya semua itu tidak pernah mengajarkan cara beragama yang rendah hati. Yang menyadari keterbatasan dirinya sendiri dalam memahami universalitas agama.

“Mas, mau tanya. Kalau ada Kuntilanak frustasi. Lalu dia bunuh diri. Arwahnya gentayangan gak?” celetuk Kumkum.

Lu apaan sih, Kum…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.