Kolom Eko Kuntadhi: SEBERAPA GREGET PKS?

Seorang teman bicara padaku: “Aku kok kasian sama kader PKS? Setiap hari kerjanya belain Prabowo, tapi mereka juga tahu, partainya gak dapat apa-apa.”

 

Saya cuma tersenyum menyahuti teman itu. PKS memang ngenes. Kardus yang dijanjikan bakal membantu operasional partai gak sesuai isinya. Cuma secuil. Capresnya dari Gerindra. Cawapres diambil Gerindra. Ketua tim pemenangan juga Gerindra. Wagub Jakarta juga Gerindra lagi. PKS praktis gak dapat apa-apa. Kader-kader di bawahnya juga mau diambil Gerindra.

Sebab semakin kader-kader PKS kampanye buat Prabowo justru semakin memindahkan suara partainya ke Gerindra. Asyik kan, tuh?

Iya, PKS punya kader militan. Jumlahnya sekitar 2%-lah dari total pemilih. Didapat dari hasil liqo dan menjajakan agama selama puluhan tahun. Angka itu sendiri masih belum cukup meloloskan PKS dari batas elektoral.

Tapi, ingat, jumlah itu gak solid lagi. Sekarang PKS sedang dilanda konflik internal serius. Kubu Anis Matta didepak dari PKS. Lalu sebagian pengikut Anis Matta kini ramai-ramai mundur. Lihat saja Bali, Binjai, Lahat, Sidoarjo, Sumatera Utara atau Banyumas. Semuanya gembos. Kabarnya masih ada banyak wilayah lain yang bakal mengikuti.

Sekolah-sekolah semacam SDIT atau SMPIT, pokoknya yang ada embel-embel Islam Terpadunya itu yang dulu menjadi salah satu lumbung memetik suara PKS, dengan mempengaruhi orangtua murid, kabarnya lebih banyak ada di kubu Anis Matta.

Bisa diprediksi, suara PKS bakal babak belur. Jika mereka ngotot kampanye Prabowo, akan makin menciutkan suaranya di Pileg. Padahal di Pilpres mereka gak dapat apa-apa. Syukur kalau menang. Kalau kalah, plus suara ambruk, itu sama saja sudah jatuh lalu tertimpa Bude Sumiayati. Mejret.

Bagi kader PKS berkampanye buat Prabowo sama seperti disuntik mati pelan-pelan. Sambil mendengarkan lagu Nasyid.

“Bagaimana dengan suara HTI?” tanya saya. Apakah PKS bisa memetiknya untuk membantu perolehan suara mereka, minimal sekian ribu suara bisa bermanfaat bagi PKS?

HTI itu dasarnya membenci demokrasi. Mereka mengharamkan Pemilu. Dalam kacamata HTI, yang ikut Pemilu adalah kafir. Jadi, kader PKS dipandang sama HTI, ya, kepanjangtanganan setan kafir karena ikut Pemilu. HTI itu libido berkuasa tinggi, tapi caranya bukan dengan jalur resmi.

Dia maunya marampas kekuasaan. Bikin kudeta atas nama agama. Bikin huru-hara dan penuh darah. Lalu memaksa khilafah berdiri. Orang HTI asli akan cenderung Golput. Karena itulah inti doktrin HTI.

Mau jualan agama? Selain PKS ada juga PBB yang doyan jualan agama. Jangan lupa PAN juga punya jualan yang gak jauh berbeda. Sedangkan pasar pemilih yang doyan ditipu jargin agama gak nambah-nambah.

Mungkinkah PKS bisa menggarap suara FPI? Mahal, bro. Emangnya FPI mau kerja gratisan?

Jadi PKS ini memang ngenes nasibnya ya, bang. Dia mendukung Prabowo untuk merusak partainya sendiri. Kasian.

“Coba tanya, mas. Seberapa gregetya kader PKS sekarang,” celetuk Abu Kumkum.

“Emang masih greget, Kum?”

“Kemarin lihat matahari mau tenggelam. Eh, mereka ramai-ramai mau nolongin…”

Eeeaaa…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.