Kolom Ganggas Yusmoro: MENGCOPY PASTE CARA TRUMP?

Kontroversi seorang Wan Abud dengan kebijakan-kebijakan “gila”nya sejak dia dipilih jadi DKI 1 benar-benar membuat semua mata harus tertuju ke sosok dirinya. Bahkan nyaris semua media selalu dan selalu membuat tajuk dengan sosok dirinya di halaman terdepan. Nyaris semua kebijakan Wan Abud selalu kontroversi. Tidak ada satupun yang membuat situasi menjadi baik. Tidak ada sebutirpun yang tidak menjadi polemik.

Semua sepertinya suka-suka dia, selera dia, sak enak udele deweee.

Apakah Wan Abud bodoh bin lolot? Jika bodoh, tentu seorang Wan Abud tidak mungkin bisa malang melintang di tengah-tengah kekuasaan dalam setiap rezim. Kelicinan dan kelicikan Wan Abud terbukti pernah menjadi salah satu tokoh cendekiawan nasional.

Seperti halnya seorang Donald Trump yang kontroversial, yang selalu dihujad ketika awal-awal menjadi lawan tanding Hillary clinton, bahkan ketika Trump dituduh “bermain” dan melakukan pelecehan seksual terhdap wanita-wanita cantik. Juga dituduh pernah tidak bayar pajak. Donaldd Trump tetep melakukan kejutan-kejutan agar media berbondong-bondong “mgintil” di belakangnya.

Dan seorang Wan Abud, dengan membuat kebijakan yang menjengkelkan, media dan masyarakat mengecam dan membully habis-habisan.




“Tidak ada publisitas yang buruk,” itu semboyan Trump yang nampaknya di copy-paste oleh Wan Abud. Buktinya, meski Wan Abud didungu-dungukan oleh media, toh media akan kembali mendatangi dirinya untuk verifikasi dan klarifikasi.

Di sinilah kepiawaian Wan Abud. Sebagaimana Trump, Wan Abud langsung melontarkan GRANAT RETORIKA dan lagi-lagi membuat media dan masyakat harus mengakui bahwa retorika Wan Abud yang keturunan Yaman namun mengaku pribumi ini betul-betul teruji dengan kelincahan mengolah kata dan memutar balikkan fakta.

Yang paling mutakhir adalah, ketika kasus Kali Item, Wan Abud menyalahkan kepemimpin yang terdahulu. Apakah cukup? Belum. Bahkan dengan pongahnya mengatakan dirinya ditunjuk oleh warga Jateng dan Jatim untuk nyapres. Ini barangkali klimaks dari situasi yang dibuatnya.

Persoalannya adalah, jika Trump seorang milyarder, duitnya sudah berkarung-karung dan kampanye brutal yang dilakukan Trump sudah positip menjadi kandidat Capres, dan cara-cara yang digunakan selalu kontroversi hingga Hillary Clinton dibuat keok. Seorang Wan Abud hanya mantan menteri yang dipecat. Hanya seorang Gabener dengan cara-cara tersebut dia berharap ada partai yang meminangnya. Sekedar berharap !!

Namun, celakanya, menjelang detik-detik berakhirnya pendaftaran Cawapres dan Capres, belum ada satupun wacana seorang Wan Abud dilirik. Boro-boro dilirik, dikedipin saja belum. Itulah kenapa dia seperti biasa dengan mendablegkan diri, dengan gak punya malu mengatakan bahwa dirinya diminta untuk nyapres oleh masyarakat Jatim dan Jateng. Masyakat yang mana?

Jelas Wan Abud telah mempertaruhkan kredibilitas dan harga diri. DKI Jakarta tidak diurus secara maksimal dan bisa diyakini, menteri dalam negeri dan Pak Dhe rasanya juga ngerti langkah-langkah Wan Abud soal ini.

Jika di kemudian hari Pak Dhe teripilih kembali dengan suara mayoritas, percayalah, untuk menyingkirkan dan menyungsepkan Wan Abud akan sangat mudah. Apalagi PKS, Gerindra serta umatnya HRS sudah tidak harmonis lagi.




Jadi, untuk sementara, kelakuan Wan Abud dibiarkan saja. Jangan dibuat uring-uringan. Dibuat lucu-lucuan saja. Jika ada yang emosi dengan kelakuan Wan Abud, kita bilangin: “Mbok sabarrrr …..”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.