Kolom Ganggas Yusmoro: Saracen, ala PKI Masa Kini?

Hiruk pikuk tertangkapnya Saracen jelas membuat kita semua membelalakkan mata. Mau tidak mau negara ini sudah seperti api dalam sekam. Dipermukaan nampak adhem ayem, namun sewaktu-waktu bisa membakar apa saja. Menghanguskan dan memporakporandakan negeri ini. Kenapa?

Mari kita simak sejarah menjelang G30S. Saat itu rakyat juga terbelah. Konon juga selalu ada isu di lapisan bawah yang salah satunya paling santer adalah isu adanya Dewan Jenderal.

Seperti halnya sekarang, dengan tekhnologi yang berkembang pesat, memanfaatkan dunia maya, pihak-pihak yang ingin merongrong pemerintahan Jokowi, bahkan sepertinya malah sudah tidak sabar mau menggulingkan pemerintahan yang sah. Mereka membuat isu yang luar biasa dahsyat agar para pembenci Jokowi semakin kalap, semakin tidak terkendali, semakin hilang akal.




Tujuannya apa? Jelas. Ada Grand Design supaya orang-orang kalap bisa diperalat.

Jika saat itu PKI bisa ditumpas, lalu dengan mudahnya Pak Soekarno mengeluarkan Supersemar, dan Soeharto begitu mudah menjadi RI 1. Sepertinya Indonesia mau dikondisikan sebagaimana halnya di era 1965 itu.

Yang jadi soal, kenapa mereka tidak sabar ingin menggulingkan Jokowi sebelum Pilpres?

Track record seorang Jokowi yang terkenal lembut tapi keras, yang berprinsip, yang tidak gampang kena pengaruh, yang berani. Itu terbukti saat masih menjabat walikota. Jokowi pernah dikatakan goblok oleh Gubernur Jawa Tengah gara-gara kebijakan Jokowi yang pro rakyat. Apakah lalu jokowi takut? Gubernur Jawa Tengah malah dilawan.

Demikian juga saat Jokowi dicalonkan oleh PDIP untuk maju di Pilpres. Jelas Jokowi harus dihadang, jokowi tidak boleh menang. Jika menang, sungguh sangat membahayakan bisnis yang selama ini dibangun dengan empuk.




Yang membuat Celaka 12 adalah, ternyata Jokowi terpilih. Lebih celakanya lagi, seperti yang ditakutkan mereka, Jokowi menggebrak semua aspek yang menggerogoti negara tanpa ampun. Semua dihajar oleh tangan kurus seorang Jokowi. Mulai Dweeling Time, Petral, dibuat Saber Pungli, hingga yang terakhir Freeport harus takluk dengan Saham 51% untuk Indonesia.

Di sinilah kenapa muncul SARACEN. Di sinilah kenapa isu fitnah, ujaran kebencian, dan badai Hoax berhembus kencang dengan mengorbankan orang-orang bodoh yang sudah dicekoki dogma agama.

Untungnya, Saracen gagal total. Karl Marx pernah nulis begini: Sejarah akan berulang. Yang pertama adalah sebuah tragedi, selanjutnya akan menjadi lelucon.”

Jika ada tokoh di balik Saracen sedang lagi kepanasan, kita semua boleh ketawa ngakak karena kasus Saracen adalah lelucon.

Mari kita ketawa bareng-bareng.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.