Kolom Ita Apulina Tarigan: NUMPANG CELUP

Penulis di sebuah danau dekat Kantor SORA SIRULO Nederland.

Di kampung kami (Taneh Karo, red.), kedai kopi bertebaran di mana-mana. Kedai kopi jadi tempat bersosialisasi warga, tukar informasi dari soal musim, harga kubis sampai tempat kampanye para TS (team sukses) Pilkada.

Ada satu istilah umum yang sangat terkenal diantara orang-orang Karo mengenai perkedaikopian ini, yaitu ‘numpang celup’. Numpang celup ini bagi pelakunya adalah suatu kepuasan tersendiri. Bagi yang kena celup bisa menimbulkan kekesalan luar biasa.

Si pelaku numpang celup berbekal roti manis atau roti kosong, tanpa minuman. Lalu, karena penghuni kedai kopi umumnya saling kenal, mereka tanpa basa basi dan tanpa beban akan minta ijin membasahi rotinya dengan cara mencelupkan ke gelas minuman temannya.




“Apa sih masalahnya sekedar celup?” barangkali begitu pikir kalian.

Gak jadi masalah sih… Yang jadi masalah apabila roti dicelup sampai menyentuh dasar gelas dan celupan dalam waktu yang agak lama. Bisakah kalian bayangkan seberapa banyak teh susu yang terserap ke roti ketika diangkat dari gelas?

Kadang sampai 3/4 isi gelas hilang. Wajar kan, ya, si empunya minuman mangkel atau bahkan memaki?

Tapi, walau begitu, para pelaku numpang celup ini masih saja ada di tiap kedai kopi dan lucunya mereka juga marah ketika gantian orang lain mencelupkan rotinya ke dalam gelasnya.

Foto Header: Bayak Pa Mangkok






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.