Kolom Joni H. Tarigan: KEHANGATAN PAGI TANPA BAYANGAN?

bandung



Aku bukanlah orang yang rutin berpergian dari Kabupaten Bandung ke Bandung Kota, sehingga hari pertama ini, 21 November 2016, aku berangkat dari rumah joni hendra tariganpukul 06.30 WIB dengan menggunakan trasnportasi umum (angkot) dengan perkiraan akan sampai di Bandung kota pada pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, perkiraan saya meleset sangat jauh. Jarak 8 km ditempuh dalam waktu 1.5 jam, dan itupun baru setengah perjalanan. Untuk sampai ke tujuan, akupun melanjutkan naik Bus Damri yang sudah sangat nyaman di Bandung. Macet ternyata di mana-mana. Aku mungkin akan tiba di tujuan sekitar satu jam lagi. Berarti, sangat terlambat.

Aku pun memutuskan beralih  dari Damri ke transportasi berbasis aplikasi, yakni Gojek, dengan harapan keterlambatanku tidak akan terlalu lama. Untuk hal ini, aku merasa pantas mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membuat transportasi ini. Ini bukan kali pertama aku pakai jasa mereka. Kali ini adalah kali ke dua setelah selama 2 minggu di Surabaya pada bulan October 2016.

Hari ini, dengan sangat nyaman dan rute yang sangat singkat, jika dengan Damri waktu tempuh 1 jam, waktu tempuh dengan Go-Jek ini hanya butuh 5 menit. Ini artinya, keterlambatanku masih dalam batas yang sangat wajar, yakni terlambat 5 menit.

Karena training dimulai dengan proses registrasi sampai pukul 08.30 WIB, aku masih punya waktu 15 menit menarik nafas, mereganggkan otot, dan menyegarkan mata dari balik kaca besar yang membatasi antara lingkungan luar dan hotel tempat training diadakan. Hari ini cukup cerah, sejuk, dan sinar matahari pagi sangat hangat.

mentariMungkin karena naik Gojek aku telah terpapar tiupan angin yang banyak sehingga aku merasa dingin. Aku pun memunggungi matahari untuk menghangatkan punggung. Ohh… hangat sekali. Sejuk, nyaman dan hangat.

Aku pejamkan mata sambil merasakan kehangatan sinar mentari pagi, dan mendengarkan suara kendaraan yang lalu lalang di depan hotel. Berselang satu menit perlahan aku buka mata dan senyum kebahagiaan. Pagi yang sangat indah setelah melewati kemacetan yang tidak biasa aku alami.

Matahari terus memberi kehangatan, sampai perhatianku beralih ke bayangan yang tepat di hadapanku. Ya, itu bayanganku sendiri. Pertanyaan ini kemudian muncul: “Apakah bayangan ini ada jika sinar mataharinya tidak cerah dan hangat?”

Pertanyaanku ini aku coba jawab sendiri dengan mengingat-ingat pengalaman selama ini. Pekerjaanku di pengunungan. Di situ, sering mendung dan berkabut, sangat membantu dalam menjawab pertanyaan tersebut. Apa yang sering aku alami ketika cuaca mendung dan berkabut adalah perasaan dingin. Selain dingin aku juga tidak melihat bayangan di sekitarku.

Selain cuaca yang mendung dan berkabut, aku juga mengingat ketika matahari sangat terik, selain tidak ada bayangan, sinarnya sangat panas mengenai tubuh.




Pertanyaanku pun aku jawab dengan kesimpulan: “Jika kita menginginkan hangatnya sinar mentari, maka kita tidak bisa menghidar dari bayangan kita sendiri.” Kesimpulan ini pun, menurutku, berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebaik apapun yang ingin kita perbuat, baik itu bagi lingkungan maupun untuk sesama, maka kita tidak akan pernah luput dari pertentangan. Di tengah satu keluarga, contohnya, sebaik-baiknya orang tua pasti anggota keluarga itu pernah mengalami pertentangan atau ketidakcocokan satu dengan yang lain. Akan tetapi, keluarga yang baik tentu tidak  melakukan pemutusan hubungan keluarga karena perbedaan.

Jangankan dalam satu keluarga, aku sendiri sering merasakan, setelah merenungkan kembali, aku tidak setuju dengan apa yang telah aku pikirkan dan lakukan. Akupun tentu tidak mengganti diriku menjadi orang lain atau malah bunuh diri.

Dengan diri sendiri saja kita mengalami pertentangan, maka pertentangan di ruang lingkup yang lebih besar adalah wajar. Yang tidak wajar adalah kita ingin menghindar dari bayangan. Kehangatan mentari tidak ada tanpa bayangan. Damai sebenarnya itu tidak ada jika tidak ada perbedaan. Bersyukurlah karena perbedaan yang ada.

DAMAI DAN JAYALAH INDONESIAKU!.

Salam semangat dan perjuangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.