Kolom Joni H. Tarigan: LUIS MILLA, GINTING

Sebelumnya saya sangat penasaran apakah pencipta lagu Meraih Bintang gemar karya klasik sperti Julius Caesar atau tidak. Setelah diskusi di FB, ternyata di gerbang Gelora Bung Karno ada tulisan “KITA DATANG KITA LIHAT KITA MENANG”. Dengan informasi baru ini, saya membayangkan, siapapun perncanganya, mungkin Soekarno sendiri dulu sudah merenungkan jiwa optimisme dari Julieus Caesar yang menyerukan “Veni, Vidi, Vici”.

Masih sekitar Asian Games 2018, kali ini saya ingin menuliskan pikiran-pikiran yang melayang dalam kepala saya tentang dua hal yang sangat menarik.

Mungkin dua hal ini juga menarik bagi kebanyakan masyarakat Indnesia yang mengikuti Asian Games 2018. Hal yang saya maksud adalah bagaimana  tim sepak bola Indonesia U-23 yang kalan dari UEA setelah adu penalti. Anthony Ginting Sinisuka adalah hal kedua yang ingin saya tuliskan. Dua hal inilah yang mendasari tulisan ini saya buat dengan  judul “LUIS MILLA, GINTING”.

Saya adalah pencinta sepak bola Indonesia. Saya memang sangat spefisik hanya menggemari sepakbola Indonesia saja. Saya suka bermain bola sekedar untuk olahraga, akan tetapi saya tidak suka menonton bola. Pertandingan bola yang sangat saya nanti-nantikan adalah ketika Tim Nasional Indonesia berlaga. Saya bahkan harus bersaing dengan anak saya untuk menonton TV saat U-23 Indonesia berlaga.

Saya sangat menantikan permainan tim negara ini, sedangkan anak saya tidak kenal kompromi dengan film cartoon pilihannya. Saya mencintai tim sepakbola negeri ini, tetapi mengabaikan anak saya adalah dosa berat bagi saya. Ahirnya seringkali cuplikan laga Timnas saya tonton hanya lewat Youtube.

Keinginan saya menonton laga “live” Timnas Indonesia semakin bertambah saat Luis Milla mulai menangani persepakbolaan Indonesia. Dari beberapa tournament, memang Indonesia belum bisa menjadi juara. Akan tetapi saya pribadi sangat menikmati perkembangan cara bermain tim Indonesia. Permainan bola Indonesia mulai terasa seperti menonton liga-liga Eropa. Koordinasi antar permain, cara bermain, sudah indah untuk ditonton.

Puncak perkembangan tim Indonesia terlihat saat babak ke-2 laga U23 Indonesia melawan U23 Uni Emirate Arab ( UEA). Sekalipun pemain dari negara Timur Tengah ini tinggi, pemain Indoensia mampu bermain dengan sangat Indah. Bola begitu lincah berpindah dari satu pemain ke pemain yang lain. Mental adalah sumbangan besar lain dari Luis Milla, tim Indonesia menjadi terkenal karena selalu mampu bangkit kembali di babak ke-2. Hal ini sangat berbeda sebelum Luis Milla, dimana dulu babak pertama sangat bersemangat dan langsung menurun drasti di balak ke-2.

Seorang ibu Karo yang biasa meramu minyak urut Karo sedang merangkai dedaunan penyejuk jiwa (bulung simalem-malem) dari hutan larangan sebuah desa Karo di Dataran Tinggi Karo.

Supporter Indonesia biasanya sangat sadis terhadap tim yang didukungnya. Jika sukses maka akan dipuji, jika gagal maka tidak sungkan mencacimakinya. Dalam hal kekalahan Indonesia dari UEA, hal yang sangat berbeda terjadi. Supporter yang langsung mendukung di stadion menyatakan “BANGGA” dengan tima U-23. Sekalipun kalah mereka tetap menyayangi tim negara mereka. Ini tidak terjadi sebelumnya.

Kejadian ini juga menjadi penilaian baru bagi saya terhadap supporter Indonesia, yakni bahwa rakyat juga tidak menutup mata terhadap para pemain mereka di lapangan.

Rakyat, atau supporter, juga jujur menilai apa yang terjadi. Dengan kata lain, Luis Milla telah sukses memberikan apa yang diharapkan rakyat terhadap tim sepakbolanya. Masyarakat menginginkan permainan indah lewat kerjasama, kejujuran, dan kerja keras.  PSSI, Menpora, Presiden, dan saya sendiri merasa permainan sepakbola Indonesia telah berubah jauh. Juara memang masih belum, akan tetapi perkembangan ini jika diteruskan akan menuju kemenangan.

Sama seperti Anthony Ginting, saat harus kalah melawan tunggal China karena cedera kaki, masyarakat tetap menyanjungnya bagaikan pahlawan yang tak menyerah sampai tetes darah penghabisan. Demikian juga tim Luis Milla yang tetap dielu-elukkan kendati kalah dari UEA.

Proses Lusi Milla dan Anthony Ginting mengajari kita untuk sabar dan menghargai suatu proses. Semoga semangat juang dari Ginting dan juga Luis Milla bersama timnya dapat terus meresap dalam kehidupan kita masyarakat Indonesia. Semoga juga Luis Milla dapat melanjutkan membimbing Timnas sepakbola Indonesia menjadi juara.

SESUATU YANG SUDAH BAIK, AKAN JAUH LEBIH BAIK LAGI JIKA DITERUSKAN, BUKAN GONTA GANTI DENGAN YANG BELUM JELAS RIMBANYA.

MERDEKA!.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.