Kolom Juara R. Ginting: ARTI SEBUAH SESUNGGUKAN — Membunuh Anggapan

Seorang reporter TVOne menangis sesunggukan ketika kendaraan yang ditumpangi Paus Fransiskus melintas dekat sekali dengan tempatnya berdiri. Dan, Sri Paus melambaikan tangan kepadanya. Sebelumnya, penyanyi Lyodra Ginting langsung sesunggukan ketika dia menjawab wartawan dan mengatakan dia akan tampil di depan jutaan orang serta bisa bertemu Paus Fransiskus.

Dapat dipastikan kedua orang itu, yang sesunggukan, mendapat didikan Katolik sejak kecil. Karena itu, terbangun sebuah rasa khusus antara diri mereka dengan Sri Paus.

Saya sendiri yang mendapat didikan Protestan sejak kecil justru meneteskan air mata haru saat orang-orang ini sesunggukan. Saya merasakan apa yang mereka rasakan meski saya tidak punya rasa seperti yang mereka rasakan dalam kaitannya dengan Sri Paus.

Bisa saya rasakan perasaan mereka seperti suatu malam saya menonton Tim Kesenian USU nampil di Museum Etnologi Leiden. Saya baru beberapa bulan saja tinggal di Leiden.

Mendengar suara sarune yang ditiup Kilo Ginting saat itu langsung menekan dadaku hingga meneteskan air mata haru. Itu karena aku dididik sebagai Orang Karo sejak kecil selain sebagai seorang Protestan.

Demikian pula ketika Lyodra Ginting bernyanyi di GBK kemarin dengan pakaian adat Karo yang anggun sekali. Aku meneteskan air mata. Bukan karena lagu-lagu yang dinyanyikannya, yang sebagian aku tidak mengerti, tapi karena yang menyanyi di depan jutaan orang itu jelas sekali membawakan atribut Suku Karo. Tidak ada pakaian yang mirip dengan yang dikenakannya kecuali pakaian adat Suku Karo sendiri.

Di sini Lyodra Ginting menyebut pakaiannya itu pakaian adat Karo, bukan Batak Karo apalagi Batak.

Tapi, sebuah media nasional menyebut Lyodra Ginting seorang Batak Karo. Kalau saja aku tidak mendengar pengakuan Lyodra sendiri bahwa dia berasal dari Suku Karo (bukan Batak Karo) rasanya kebanggaanku atas tampilnya Suku Karo di kancah nasional apalagi kali ini adalah internasional bisa menjadi hambar.

Lalu, aku termenung. Apa salahnya menyebut Lyodra dan Anthony Ginting sebagai Suku Karo. Kalau anda menganggap Karo adalah bagian Batak, silahkan menganggapnya begitu dan turut bangga seorang Karo (yang anda anggap bagian Batak) punya prestasi. Mengapa anda harus kali menyebut mereka seorang Batak atau Batak Karo?

Kalau kami bangga atas anggapan kami dan anda bangga atas anggapan anda, mengapa anda harus kali membunuh anggapan kami?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.