Kolom Juara R. Ginting: FAKTA TERGANTUNG PADA INQUIRY

Di sebuah grup Karo, seseorang berusaha mengidentifikasi lokasi sebuah foto Masa Kolonial dengan mengatakan kalau foto perkampungan itu jelas bukan di Karo Gugung. Menurutnya, di Karo Gugung tidak tumbuh kelapa, sementara latar belakang foto terlihat banyak pohon kelapa.

Saya mengerti dia salah memahami istilah Karo Gugung.

Apa yang dikatakannya Karo Gugung kemungkinan besar adalah Karo Julu yang merupakan satu bagian dari Karo Gugung. Memang di Karo Julu tidak kita dapati pohon kelapa sebanyak itu mengelilingi sebuah kampung.

Saya juga mengerti kalau pemahaman mengenai pembagian wilayah tradisional Karo masih kabur untuk banyak generasi muda Karo. Karena itu, saya coba menjelaskan bahwa kita tidak bisa mengeneralisir di Karo Gugung tidak tumbuh kelapa dengan komen sebagai berikut:

“Karo Berneh, Karo Baluren, Karo Singalor Lau, Karo Gunung-gunung, dan Karo Julu adalah bagian dari Karo Gugung. Kelapa tidak tumbuh di Karo Julu dan Karo Gunung-gunung (kecuali Bintang Meriah yang sudah berada di perbatasan Karo Gunung-gunung dan Karo Singalor Lau). Jadi, semua wilayah Karo yang bukan Karo Jahe adalah Karo Gugung. Kelapa tumbuh di Karo Berneh dan Karo Singalor Lau.”

Karena itu sebuah komen spontan, sambil lalu, saya lupa menyebutkan Kalu di Taneh Pinem (Karo Baluren) juga banyak tumbuh kelapa. Juga lupa menyebut beberapa kampung lain. Bahkan saya lupa menyebut Karo Teruh Deleng sebagai salah satu wilayah tradisional Karo.

Saya hanya mengingatkan kalau di Karo Gunung-gunung juga ada kemungkinan tumbuh kelapa dengan menyebut Bintang Meriah (Kecamata Kutabuluh, Kabupaten Karo) yang termasuk Karo Gunung-gunung tapi sudah berbatasan dengan Karo Singalorlau.

Intensi saya dalam komen itu mengingatkan agar kita tidak mengeneralisir di Karo Gugung tidak tumbuh kelapa.

Lalu, seseorang mencak-mencak menuduh saya mengikuti teori usang tanpa melihat fakta kalau pohon kelapa di mana saja bisa tumbuh sambil menunjukan dia adalah seorang pakar pertanian.

Hal pertama yang saya tangkap, dia mengabaikan intensi saya, yaitu meluruskan pengertian Karo Gugung. Saya sama sekali tidak mengkritik dia. Sebaliknya saya malahan mengkritik lawannya berdebat. Tapi, justru saya yang diserang habis-habisan olehnya.

Setahu saya, komen saya itu tidak ada salahnya. Dengan contoh Bintang Meriah, saya membuka kemungkinan adanya kampung-kampung di Karo Gunung-gunung dimana kelapa tumbuh banyak. Hanya saja, saya tidak menyebutkannya satu per satu karena itu bukan intensi saya.

Menurutnya, yang seorang sarjana pertanian, di mana saja pohon kelapa bisa tumbuh. “Itu adalah teori usang mengidentifikasi lokasi foto dengan indikasi ada atau tidak adanya pohon kelapa. Faktanya pohon kelapa di mana saja bisa tumbuh,” katanya.

Saya mulai berpikir, dia ini tidak memahami apa itu fakta. Fakta diangkat dari data-data, sementara data-data adalah catatan (kuantitatif maupun kualitatif atau keduanya) dari sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa.

Sejak pengumpulan data, peneliti sudah diarahkan oleh sebuah Inquiry. Secara gamblang Inquiry bisa kita terjemahkan pertanyaan, tapi menurut saya lebih baik dipahami sebagai issue di sekitar pertanyaan itu.

Seorang peneliti ekonomi punya Inquiry berbeda dengan peneliti peternakan dalam mencatat peristiwa yang sama, yaitu misalnya berapa banyak (kg) per ekor ayam menghasil telur per hari di Kampung X.

Seorang peneliti Ekonomi mungkin mengetengahkan Fakta kalau warga Kampung X hidup makmur karena per kapita memiliki income rata-rata sekian rupiah per hari. Sementara seorang peneliti Peternakan mengetengahkan fakta kalau ternak ayam di Kampung X rata-rata sehat karena menghasilkan banyak telur di atas rata-rata produksi kabuten, misalnya.

Datanya sama, tapi faktanya bisa berbeda karena beda Inquiry.

Demikian juga dengan perdebatan mengenai pohon kelapa kemarin. Sebagai Fakta Budidaya Pertanian, benar pohon kelapa bisa tumbuh di mana saja. Tapi, sebagai Fakta Geografi Sosial, kita bisa mengatakan pohon kelapa tidak tumbuh di Karo Julu dan sebagian Karo Gunung-gunung.

Dalam rangka mengidentifikasi lokasi foto yang latar belakangnya terlihat banyak pohon kelapa, kita sudah bisa mengabaikan kampung-kampung yang ada di Karo Julu dan sebagian besar kampung di Karo Gunung-gunung.

Kemungkinan lokasi foto itu Karo Berneh dan Karo Singalorlau maupun Taneh Pinem juga kecil sekali meski di tiga daerah ini banyak pohon kelapa tumbuh. Soalnya, foto-foto dari Masa Kolonial hampir tidak ada dari ketiga daerah itu. Mungkin karena lokasinya sudah terlalu jauh dari Medan.

Kemungkinan besar memang foto itu lokasinya di Karo Jahe (Kabupaten Deliserdang atau Medan atau Kabupaten Langkat).

Jadi, hati-hati mengatakan seuatu itu adalah fakta sementara issuenya tidak relevan dengan fakta yang kam sodorkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.