Kolom Juara R. Ginting: KALENDER KARO — Kombinasi Kalender Hindu dan Kalender Austronesia

Perhatikan nama-nama berngi dalam kalender Karo. Berngi pertama sampai ke enam berbahasa Sansekerta: 1. Aditia, 2. Suma, 4, Nggara, 5. Budaha, 6. Beraspati. Tapi, berngi ke 7 atau 14 dan ke 21 bernama belah yang bukan dari Bahasa Sansekerta.

Memang, 1 bulan (paka) sebanyak 30 berngi.

Ditandai dengan nama berngi setelah Berngi ke 30 adalah Aditia. Akan tetapi, perhatikan nama Berngi ke 28. Namanya Mate Bulan, yang artinya Tutup Bulan.

Nama itu mengindikasikan Kalender Karo juga ikut Sistim Austronesia dimana 1 bulan (paka) adalah 28 berngi. Sistim ini lebih cocok dengan sirkulasi masa haid perempuan yang standarnya 28 hari/ berngi (dikonfirmasi oleh Ilmu Kedoketeran).

Indikasi Kalender Austronesia diperkuat pula oleh nama Berngi ke 29, yaitu Dalin Bulan.

Nama Mate Bulan untuk Berngi ke 28 mengindikasikan perhitungan 28 berngi per bulan (paka) yang diperkuat oleh nama Dalin Bulan yang mengindikasikan Bulan mulai bergerak setelah berhenti di Berngi ke 28.

Sepanjang pengetahuan saya, hanya Batak, Jawa, dan Bali yang menggunakan kalender dengan perhitungan Hindu sedangkan beberapa suku di Indonesia Timur menggunakan perhitungan Austronesia (minim pengaruh Hindu).

Tapi, hanya satu suku di Nusantara yang mampu mengkombinasikan kedua sistim Hindu dan Austronesia (Pre Hindu), yaitu Suku Karo (Bukan Batak).

Sebagai tambahan, perhatikan nama Berngi ke 15, yaitu TULA. Secara logika, seyogyanya Berngi ke 15 itu bernama Aditia. Apa artinya Tula?

Dalam banyak mitos Karo, lahir pada saat Tula disebut 4 berngi mate nandena, peempat bernginken ka mate bapana.

Mengapa secara tradisional Kerja Tahun diusahakan pada saat Cukera Dudu (2 berngi sebelum Tula)? Demikian juga halnya Erpangir ku Lau biasanya pada saat Cukera Dudu (Berngi ke 13) sehingga Cukera Dudu disebut juga Cukera ku Lau.

Meski masing-masing Bulan pertama hingga Bulan ke dua belas disebut paka, penyebutan bulan sebagai sebuah jangka waktu di dalam mitologi Karo biasanya dengan Tula. Misalnya, “gelap me wari dekahna 7 tahun 7 tula, pitu berngi“. Tidak pernah disebut 7 paka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.