Kolom Juara R. Ginting: KESEBELASAN MAROKO — Cermin Diri Sendiri

Saya belum bisa menikmati kemenangan Maroko dari Portugal karena masih kecewa atas kekalahan Belanda dari Argentina. Padahal, seperti pernah saya katakan, sejak awal saya mendukung Kesebalasan Maroko di Piala Dunia ini. Hanya saja, ketika membaca status-status yang mengkait-kaitkan tim Maroko dengan agama, kekecewaan saya semakin dalam.

Dalam hati saya berkata, “apakah saya mendukung Maroko karena agama?”

Lagipula, apa tahumu mengenai orang-orang Maroko terutama yang tinggal di Eropah? (Khususnya di Belanda dan Belgia).

Ini yang sering terjadi, mereka sebenarnya tidak tertarik mengenal Maroko. Mereka menggunakan Maroko untuk mencerminkan diri sendiri. Seperti mereka yang mengagung-agungkan Presiden Turky (Erdogan) tanpa mau tahu saat ini Turky mengalami inflasi di atas 80%. Bandingkan dengan Belanda yang inflasinya 12% dan Indonesia sedikit di atas 5%.

Pertama kali tiba di Belanda, saya tinggal di sebuat flat tidak jauh dari pinggir Kota Leiden. Di sini banyak orang Maroko tinggal dan beberapa diantaranya orang-orang Turky. Biasanya orang-orang Maroko dan Turky tidak cocokan, tapi di kompleks kami ini anak-anaknya lumayan kompak.

Ayah mereka umumnya bekerja sepanjang hari, sedangkan ibu mereka kebanyakan mengerjakan urusan rumah tangga. Di waktu-waktu senggang, ada sekumpulan ibu-ibu yang duduk di bangku panjang di pinggir taman flat sambil menyulam.

Dari pakaian mereka, jelas sekali mereka muslim, tapi sama sekali tidak ekstrim. Hanya berpakaian long dress dan kerudung penutup kepala. Umumnya mereka tidak lancar berbahasa Belanda karena mereka dijodohkan di Maroko untuk kawin dengan seorang pria Maroko yang sudah punya pekerjaan “mapan” di Belanda.

Saya sering bermain sepakbola dengan anak-anak Maroko dan Turky di lapangan kecil taman flat kami. Sebagian besar anak-anak ini duduk di bangku SD dan dua diantara sudah duduk di bangku SMP. Mereka suka bermain sepak bola dengan saya karena mereka bebas menendangi kaki saya sedangkan mereka yakin sekali tidak akan pernah mendapat kekerasan kaki dari saya.

Tidak jarang mereka menekan bel pintu flat saya menanyakan apakah saya datang bermain sepak bola. Saya katakan, saya segera datang mereka senang sekali.

Saya sering memainkan beberapa trick yang mereka sudah kenal. Tapi kadang ada teman-teman sekolah mereka datang bergabung dari tempat lain yang tidak mengenal trick-trick itu.

Salah satu diantaranya adalah menggiring bola ke pinggir lapangan. Ketika semua pemain lawan mengejar bola ke pinggir lapangan, sehingga gawang mereka kosong melompong, saya membalikan bola ke arah gawang mereka dan dengan cepat sekali menyarangkan bola.

Ketika saya melakukan gerakan yang sama, mereka berteriak histeris mengatakan “awas tricknya Juara!!!!” mengingatkan teman-teman mereka yang belum mengenal trick itu.

Sesekali saya ngobrol dengan ayah mereka. Tapi hampir tidak pernah ngobrol dengan para ibu kecuali say helo bila kebetulan berpapasan di jalan atau pusat perbelanjaan.

Anak-anak ini hampir tidak ada yang akan kuliah di universitas. Menjadi asisten apoteker dan perawat adalah pekerjaan favorit bagi anak-anak gadis Maroko yang lahir di Belanda. Sedangkan anak laki-laki, perjuangan pertama bila sudah remaja adalah mendapat rijbewijs mengemudi kenderaan roda empat untuk bisa mendapat pekerjaan.

Saya jadi teringat sewaktu masih dosen tamu di Jerman. Ada seorang mahasiswi keturunan Maroko yang selalu mau diskusi dengan saya. Tapi, dia tidak pernah datang sendirian ke kamar kerja saya. Dia selalu bersama seorang mahasiswa Jerman. Mungkin karena menduga saya juga Muslim, dia tidak berani datang sendirian.

Adanya seorang perempuan keturunan Maroko yang kuliah, Jurusan Antropologi pula, itu sudah hal yang luar biasa. Dia sama sekali tidak mengenakan jilbab.

Inilah yang menjadi persoalan sebagian besar diaspora Maroko di Eropah. Mereka juga ingin hidup wajar dan layak seperti orang-orang Belanda. Kesempatan terbuka seluas-luasnya kepada mereka. Tapi, ayah mereka sibuk bekerja sepanjang hari. Ibu mereka tidak punya pendidikan sama sekali dan tidak bisa berbahasa Belanda.

Sosialisme saya kiranya menurun kepada putri saya sendiri. Ketika dia baru saja menyelesaikan program master di bidang sastra, dia menjadi sukarelawan untuk membacakan buku-buku cerita kepada anak-anak orang asing. Dia datang ke rumah-rumah mereka.

“Saya merasa tidak adil, pap. Saya selalu dibacakan cerita oleh ayah dan ibu. Bahkan bapak sering menceritakan pada saya kisah-kisah Karo sebelum tidur. Sedangkan mereka tidak pernah dapat itu. Mereka mendapat ketidakadilan dalam hidup,” kata putri saya suatu hari ketika saya tanya apa motivasinya melakukan pekerjaan sukarelawan itu.

Menurut putri saya, ibu mereka senang sekali dia membacakan cerita-cerita dalam Bahasa Belanda kepada anak mereka.

“Saya dikasi makanan enak-enak,” katanya sambil tertawa.

Dari pengalaman saya dan putri saya, orang-orang Maroko ini tidak peduli agama kita apa. Mereka mematuhi aturan-aturan agama mereka adalah untuk mereka sendiri.

Ada keinginan mendalam bagi mereka untuk bisa hidup layak seperti orang-orang Belanda pada umumnya meski tetap menjaga perbedaan. Sepak bola adalah jalan mencapai sukses. Apalagi kalau mereka diterima bermain di klub sepakbola profesional.

Sepakbola adalah juga jalan keluar agar anak-anak mereka tidak terlibat kenakalan remaja. Tidak bisa dipungkiri, anak-anak Maroko dan Turky terkenal brutal dan pengganggu keamanan. Tidak mengejutkan bila ketua salah satu partai besar di Belanda, partai kanan, adalah anti Islam dengan alasan kemanan ini.

Tapi, bagi saya yang berteman dengan mereka, dengan anak-anak mereka, saya tahu persoalan mereka dan apa yang mereka perjuangkan. Sama saja dengan semua anak manusia di muka bumi ini.

Tidak usahlah cerminkan dirimu di dalam diri mereka bila tidak tahu siapa mereka. Saya mendukung Kesebalasan Maroko karena mereka bermain bagus dan serasa paham perjuangan mati-matian mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.